Di Hindu kita mengenal ajaran tentang alam semesta [bhuwana agung]
beserta seluruh lapisan-lapisan dimensinya. Ada alam materi [dimana kita
sekarang berada] dan ada alam-alam halus. Secara garis besar bisa
dikelompokkan menjadi tiga, yang disebut Tri Loka, yaitu Bhur Loka
[lapisan-lapisan dimensi alam negatif], Bvah Loka [lapisan-lapisan
dimensi siklus samsara, siklus kehidupan-kematian] dan Svah Loka
[lapisan-lapisan dimensi alam positif]. Bhur Loka dalam beberapa
teks-teks Hindu disebut juga Sapta Petala. Bvah Loka dan Svah Loka dalam beberapa teks-teks Hindu digabung jadi satu dan disebut Sapta Loka.
Lapisan-lapisan
dimensi alam ini tidak terletak vertikal [tinggi rendah] satu sama
lain, tapi ada sama persis dengan kita sekarang. Hanya saja sebagian
besar berada di dimensi [lapisan] yang halus [bukan alam materi]. Halus
disini dimaksudkan diluar kemampuan indriya-indriya dan pikiran kita
untuk melihatnya, sehingga kita yang masih di alam materi ini tidak bisa
melihat, merasakan atau mengetahuinya. Kecuali bagi mereka yang
memiliki indriya ekstra dan orang-orang yang sidha. Alam-alam halus ini
semakin positif kehalusannya semakin halus, semakin negatif kehalusannya
semakin kasar.
Komposisi alam semesta [bhuwana agung] ini
sesungguhnya mirip dengan komposisi seluruh lapisan badan kita [bhuwana
alit]. Ketika kita mati, kita akan memasuki salah satu dari
lapisan-lapisan alam halus ini, sesuai dengan tingkat kemurnian bathin
kita sendiri [badan halus]. Kita tidak bisa pergi dan menetap lama-lama
di alam-alam yang berbeda dengan tingkat kemurnian bathin kita.
Analoginya mungkin bisa dikatakan seperti kalau kita naik pesawat
terbang terbuka, kita akan mengalami kesulitan untuk bernafas pada
ketinggian dimana oksigen tipis, kita akan megap-megap, tapi bagi orang
yang sudah biasa tinggal di pegunungan tinggi hal ini tidak masalah.
KEMATIAN
Sebelumnya
perlu dijelaskan kembali bahwa faktor kunci di alam kematian adalah
kecenderungan pikiran kita sendiri [vasana]. Alam kematian adalah
lapisan-lapisan alam yang mayoritas dibentuk oleh mental. Ketika kita
mati, kita berpisah dengan sthula sarira [badan fisik] kita. Akibatnya
semua rekaman atau memory dari seluruh kehidupan kita [yang tersimpan di
karana sarira] muncul dan jebol semua, karena tidak ada lagi badan
fisik yang menjadi penghalang [membuat kita lupa]. Seluruh akumulasi
pengalaman hidup muncul dari segala sudut pikiran, kejadian demi
kejadian. Seperti film yang diputar cepat. Semua kejadian dan pengalaman
hidup kita akan terlihat sangat jelas dan detail layaknya kita menonton
film layar lebar.
Akumulasi pikiran buruk dan memory
buruk [marah, dendam, iri hati, hawa nafsu, serakah, dll] akan membawa
kita menuju wilayah-wilayah yang negatif. Akumulasi pikiran baik dan
memory baik [welas asih dan kebaikan] akan membawa kita menuju
wilayah-wilayah yang positif. Dan bathin yang sudah bebas [jivan-mukti]
akan membawa kita menuju pembebasan [moksha]. Mengapa demikian ? Karena
tubuh dan lingkungan kita di alam kematian dibentuk oleh bahan-bahan
divine energy yang sama dengan yang membentuk pikiran kita. Sehingga
kita kemudian akan tinggal di salah satu lapisan alam-alam halus yang
paling sesuai dengan kualitas dan kecenderungan pikiran kita sendiri.
-TRI LOKA PERTAMA : BHUR LOKA [ALAM HALUS NEGATIF, ALAM BAWAH]-
Bhur
loka atau alam halus negatif ini adalah alam yang dihuni oleh jiwa-jiwa
yang bathinnya gelap, hidupnya tidak benar atau menyalahgunakan
kesaktian semasa hidupnya. Umumnya kita menyebut mereka sebagai para
ashura atau mahluk-mahluk bawah [bhuta kala].
Bhur Loka
[disebut juga Sapta Petala atau naraka] adalah alam mental-energi
negatif, bukan seperti alam fisik. Kita disini sangat tersiksa karena
proyeksi mental-energi negatif dari isi pikiran-pikiran kita sendiri
[pikiran buruk dan memory buruk]. Bisa dikatakan seperti mengalami mimpi
sangat buruk, tapi lebih nyata dari mimpi buruk, karena pikiran-pikiran
buruk kita terproyeksikan menjadi begitu nyata oleh energi-energi
negatif di alam ini. Jiwa-jiwa ini semuanya mengalami siksaan, namun
tentu saja tidak ada yang terluka atau apa dalam artian fisik, karena
itu tak ada bedanya seperti orang yang bermimpi sangat buruk [dalam
tidur].
Lapisan badan yang dipakai di alam ini adalah sukshma sarira.
Jiwa-jiwa yang lahir di alam ini setelah mati sebenarnya bukanlah
sebagai hukuman, melainkan hanya hukum alam yang bekerja bahwa kita akan
tiba di tempat yang paling sesuai dengan kondisi bathin kita sendiri.
Analoginya mungkin bisa dikatakan seperti minyak yang akan berkumpul
dengan minyak dan air yang akan berkumpul dengan air secara otomatis.
Di
masing-masing petala ini kita akan bertemu dengan jiwa-jiwa yang
kualitas negatif-nya sejenis dengan kita. Dan perlu diketahui bahwa di
alam ini terjadi perbudakan mental [cuci otak] oleh jiwa-jiwa yang sakti
atau cerdas [jiwa-jiwa gelap penguasa neraka] kepada jiwa-jiwa yang
lainnya. Kita dipengaruhi agar marah, membenci, sombong, terikat pada
nafsu keinginan, dll. Tujuannya agar jiwa-jiwa ini tetap terjebak di
alam ini dan mereka menjadi penguasa disini. Itu juga salah satu
sebabnya kenapa sekali sang jiwa terperosok disini, dia akan tinggal
untuk jangka waktu yang sangat lama, sebelum bisa lahir kembali di alam
material untuk kembali melanjutkan evolusi bathin. Durasinya bisa antara
ribuan tahun, jutaan tahun, milyaran tahun atau bahkan selamanya sampai
maha pralaya [kehancuran alam semesta]. Jiwa-jiwa sangat sulit keluar
dari sana karena hirarki jiwa-jiwa gelap yang menjadikan dirinya
penguasa neraka, mempengaruhi pikiran mereka agar tetap negatif,
sehingga terus terkurung disana.
Bhur Loka atau Sapta
Petala terdiri dari tujuh lapisan dimensi alam. Semakin negatif atau
kasar lapisan dimensi bhur loka yang kita masuki, lingkungannya semakin
tidak mendukung bagi jiwa untuk mengalami kebahagiaan dan kedamaian.
Jiwa-jiwa yang terperosok ke alam ini adalah apa yang biasa kita sebut
sebagai para ashura atau mahluk-mahluk bawah [bhuta kala]. Berikut
penjelasan mengenai Bhur Loka atau Sapta Petala :
1. Sapta Petala lapisan atau dimensi pertama : Atala.
Sang
jiwa akan lahir di alam ini karena dalam hidupnya dia baik secara fisik
maupun melalui perkataan [hinaan, fitnah, penipuan, manipulasi, ajaran
spiritual palsu, hasutan, dll], menyebabkan seseorang mengalami
kesengsaraan berkepanjangan. Sumber kesengsaraan di alam ini adalah
pikiran dan memory akan rasa marah, tersinggung, rasa sakit fisik, rasa
bersalah, dll. Sumber kebahagiaan utama di alam ini adalah pikiran dan
memory akan kasih sayang dan kebaikan yang pernah dilakukan.
2. Sapta Petala lapisan kedua : Witala.
Sang
jiwa akan lahir di alam ini karena dalam hidupnya dia baik secara fisik
maupun melalui perkataan [hinaan, fitnah, penipuan, manipulasi, ajaran
spiritual palsu, hasutan, dll], menyebabkan sekelompok orang mengalami
kesengsaraan berkepanjangan. Misalnya saja [hanya contoh] melakukan
penipuan besar kepada sekelompok orang, mengeksploitasi tenaga kerja,
dll. Sumber kesengsaraan di alam ini adalah pikiran dan memory akan
berbagai keinginan-keinginan pikiran yang tidak terpenuhi seperti karir,
pendidikan, rasa sayang dari anak-anak, dll. Sumber kebahagiaan utama
di alam ini adalah pikiran dan memory akan keuntungan besar dalam
bisnis, kekayaan seperti rumah megah, mobil mewah, baju bagus, HP
canggih, dll.
3. Sapta Petala lapisan ketiga : Sutala.
Sang
jiwa akan lahir di alam ini karena dalam hidupnya dia baik secara fisik
maupun melalui perkataan [hinaan, fitnah, penipuan, manipulasi, ajaran
spiritual palsu, hasutan, dll], menyebabkan banyak orang mengalami
kesengsaraan berkepanjangan. Misalnya saja [hanya contoh] meracuni
makanan atau obat-obatan [formalin, methanol, zat berbahaya, obat dengan
dosis tidak sehat], memproduksi narkoba, melakukan korupsi dengan
dampak besar, dll. Sumber kesengsaraan di alam ini adalah pikiran dan
memory akan berbagai keinginan-keinginan badan dan pikiran yang tidak
terpenuhi. Sumber kebahagiaan utama di alam ini adalah pikiran dan
memory akan keinginan-keinginan badan dan pikiran yang terpenuhi.
4. Sapta Petala lapisan ke-empat : Talatala.
Kita
mulai memasuki lapisan alam negatif [pertama] yang merupakan habitat
bagi jiwa-jiwa yang sedikit punya rasa kasih sayang dan dominan punya
bathin gelap seperti : kemarahan, dendam, iri hati dan kebencian. Sang
jiwa akan lahir di alam ini karena dalam hidupnya dia melakukan,
menghasut, mengatur, memanipulasi atau mengorganisir kebencian pada
orang lain [melalui orasi, ideologi, ajaran spiritual, dll] yang
berujung pada terjadinya aksi kekerasan fisik fatal kepada sekelompok
orang. Sang jiwa di alam ini mulai merasakan kesengsaraan mental yang
mendalam, akibat proyeksi mental-energi yang tidak terhingga di alam
ini. Sumber kebahagiaan utama di alam ini adalah pikiran dan memory akan
puasnya melampiaskan amarah yang menyebabkan orang lain menderita.
5. Sapta Petala lapisan kelima : Mahatala.
Sang
jiwa akan lahir di alam ini karena dalam hidupnya dia melakukan,
menghasut, mengatur, memanipulasi atau mengorganisir kebencian pada
orang lain [melalui orasi, ideologi, ajaran spiritual, dll] yang
berujung pada terjadinya aksi kekerasan fisik fatal kepada banyak orang.
Sumber kesengsaraan di alam ini adalah akibat perbudakan mental dari
jiwa-jiwa gelap penguasa alam petala serta sang jiwa merasa putus asa
akibat kecilnya peluang untuk bisa bebas dari alam ini. Sumber
kebahagiaan utama di alam ini adalah setitik harapan kecil bahwa suatu
hari akan ada yang menolong dari kesengsaraan mendalam ini.
6. Sapta Petala lapisan ke-enam : Rasatala.
Sang
jiwa akan lahir di alam ini karena dalam hidupnya dia melakukan,
menghasut, mengatur, memanipulasi atau mengorganisir kebencian pada
orang lain [melalui orasi, ideologi, ajaran spiritual, dll] yang
berujung pada terjadinya aksi kekerasan fisik fatal kepada banyak orang
di suatu wilayah besar dari suatu negara atau bangsa. Sumber
kesengsaraan di alam ini adalah siksaan mental yang sangat berat akibat
dari kesengsaraan mental yang ekstrim. Tidak ada kebahagiaan di alam
ini.
7. Sapta Petala lapisan ketujuh atau paling negatif & gelap : Patala.
Sang
jiwa akan lahir di alam ini karena dalam hidupnya dia melakukan,
menghasut, mengatur, memanipulasi atau mengorganisir kebencian pada
orang lain [melalui orasi, ideologi, ajaran spiritual, dll] yang
berujung pada terjadinya aksi kekerasan fisik fatal kepada banyak orang
di satu negara atau lintas negara [beberapa negara atau bangsa]. Sumber
kesengsaraan di alam ini adalah siksaan mental yang sangat berat akibat
dari kesengsaraan mental yang ekstrim. Tidak ada kebahagiaan di alam
ini.
Keterangan tambahan :
Tidak
ada kegelapan yang bisa dihilangkan dengan kegelapan [rasa takut,
sedih, marah, benci, penuh keinginan, dll], kegelapan hanya bisa hilang
dengan cahaya terang. Sehingga satu-satunya hal yang bisa
menyelamatkan dan mengeluarkan kita dari alam ini adalah pikiran yang
bersih [tenang-seimbang, bebas dari sad ripu] serta penuh welas asih dan
kebaikan tidak terbatas kepada semua. [Melakukan meditasi atau
japa mantra tertentu juga cukup membantu]. Sehingga ketika ada
mahluk-mahluk suci dari alam-alam luhur atau dari dunia material [yang
karena welas asih-nya] kemudian datang kesini untuk menunjukkan jalan
menuju cahaya [menyelamatkan kita], kita bisa secepatnya keluar dari
sini. Tapi tanpa bathin kita sendiri bersih serta penuh welas asih dan
kebaikan, mereka juga tidak akan bisa mengeluarkan kita dari sini.
-TRI LOKA KEDUA : BVAH LOKA [ALAM SIKLUS SAMSARA, KEHIDUPAN-KEMATIAN]-
Bvah
loka seing diistilahkan sebagai alam tengah. Terdiri dari alam material
dimana kita saat ini berada dan alam halus Bvah Loka, tempat para
jiwa-jiwa antre untuk reinkarnasi kembali.
1. Mayapada [dunia material-fisikal dimana saat ini kita berada].
Bedanya
antara alam negatif, alam positif dan dunia material dimana saat ini
kita berada adalah, bahwa di dunia material ini adalah tempat
percampuran mahluk-mahluk dari berbagai kualitas tingkatan jiwa
[kemurnian bathin]. Kalau di alam negatif dan alam positif cenderung
seragam kualitas jiwa-nya. Setelah kita mati kita akan pergi ke salah
satu alam yang paling sesuai dengan tingkat kemurnian bathin kita
sendiri.
Lahir ke dunia material ini sebagai manusia
sangat sangat penting artinya, karena inilah satu-satunya lapisan
dimensi alam dimana evolusi bathin kita [dari kegelapan menuju kemurnian
bathin] bisa maju sangat pesat. Inilah lapisan dimensi alam tempat kita
melatih jiwa, memurnikan bathin. Pertama karena di dunia material ini,
dengan bantuan tubuh fisik kita dapat melakukan banyak hal untuk
meningkatkan evolusi bathin kita. Kedua karena di dunia ini antara
kebahagiaan dan kesedihan seimbang. Di alam positif kebahagiaan terlalu
mendominasi, di alam negatif kesengsaraan terlalu mendominasi. Jadi
lahir ke dunia ini sebenarnya adalah kesempatan yang sangat baik untuk
merealisasi moksha [pembebasan]. Bahkan para dewa-pun akan lahir ke bumi
jika ingin merealisasi moksha.
Diantara alam materi dan alam halus, terdapat alam transisi yang disebut :
Mrtya Loka [Alam Kematian].
Mrtya
Loka atau alam kematian ini adalah alam yang kebanyakan akan dilewati
oleh orang mati yang tempatnya adalah di alam halus bvah loka.
Sebelumnya kita runut dahulu fase-fase kematian secara singkat. Setelah
seseorang mati dia akan meninggalkan sthula sarira [badan fisik] dan
pranamaya kosha [badan energi kehidupan], lalu kesadaran pindah ke linga
sarira [lapisan halus badan fisik] dan masih berada di alam material
[dalam bahasa umum : menjadi hantu]. Sebelum kemudian meninggalkan
lingsa sarira dan alam material, dia akan melewati fase sushupti [tidur
lelap tanpa mimpi]. Setelah terbangun dari fase ini, kesadaran sudah
pindah dari linga sarira ke sukshma sarira [badan astral] dan berada di
Mrtya Loka.
Mrtya Loka ini didominasi oleh rangkaian
cahaya dan aliran gelombang energi berwarna ungu dan merah. Energi
inilah yang membantu sang jiwa mengurai keinginan dan keterikatan dalam
badan halus [badan pikiran] sang jiwa.
Mrtya Loka adalah
alam transisi antara alam material dengan berbagai alam-alam halus. Sang
jiwa akan melewati alam-alam ini dengan perlahan-lahan untuk melepaskan
sisa-sisa keterikatan terhadap kehidupan duniawi dan kekasaran pikiran.
Bagi mereka yang evolusi bathinnya maju [bathinnya bersih], karena
lapisan badan halusnya begitu halus, mereka melesat dengan cepat
melewati Mrtya Loka ini dan langsung lahir di alam-alam luhur [Svah
Loka] seperti Svarga Loka, Maha Loka, dll. Sebaliknya bagi yang
bathinnya penuh kekotoran dan akan lahir di alam bawah [alamnya para
ashura atau Bhur Loka], mereka juga tidak akan terlalu banyak
menghabiskan waktu di Mrtya Loka ini, karena lapisan badan halusnya
begitu kasar untuk bisa lama berada disini.
Dalam
teks-teks Hindu ada kisah jiwa-jiwa yang baru meninggal yang harus
melewati sungai Vaitarna sebelum memasuki alam halus alam tengah. Kisah
ini benar adanya, karena Mrtya Loka ini adalah alam yang identik dengan
unsur air dari alam semesta. Atau kisah titi ugal-agil dalam
lontar-lontar Bali, disebutkan bahwa jiwa-jiwa yang ingin keluar dari
neraka harus melewati jembatan ini agar bisa terlahir kembali. Kisah ini
juga benar adanya, karena jika sang jiwa ingin keluar dari neraka ia
harus melewati Mrtya Loka ini kembali agar bisa sampai di alam halus
alam tengah [bvah loka], dimana jiwa-jiwa antre untuk bisa terlahir
kembali [reinkarnasi]. Mrtya Loka ini berfungsi untuk melepaskan
sisa-sisa keterikatan terhadap kehidupan duniawi dan kekasaran pikiran.
Suasana
alam ini dominan berwarna ungu kemerahan. Kadang terlihat corat-coret
kasar ungu dan merah, kadang jalinan benang-benang berwarna ungu
kemerahan, kadang terlihat partikel-partikel halus rajas-tamas atau
kadang terlihat awan ungu kemerahan. Akan tetapi walaupun alam ini
berwarna ungu dan merah, banyak juga jiwa-jiwa yang melewati alam ini
hanya melihat kegelapan pekat. Hal ini disebabkan sukshma sarira sang
jiwa ditutupi kabut dari pikiran yang negatif [keterikatan, keinginan,
ego, dll]. Analoginya seperti mata kita ditutup kain hitam sehingga yang
kita lihat hanya kegelapan pekat.
Sukshma sarira [badan
halus] sang jiwa akan pontang-panting dan diguncang-guncang di lapisan
alam ini, karena tekanan tinggi di alam ini dan karena alam ini
benar-benar baru bagi dia [belum beradaptasi]. [Catatan : ingat konteks
simbolik titi ugal-agil atau jembatan yang bergoyang-goyang dalam
teks-teks lontar Bali]. Karena adanya tekanan tinggi dia harus bergerak,
tapi dia tidak tahu harus ke arah mana.
Kunci untuk
melewati alam transisi ini adalah adaptasi sukshma sarira untuk
menyesuaikan diri dengan tekanan lingkungan serta kecenderungan pikiran
kita sendiri [vasana]. Saat kita mati dan harus melintasi Mrtya Loka
ini, idealnya kita harus bersikap sepenuhnya tenang, damai, pasrah dan
biarkan gelombang energi ini masuk dan melewati kita. Jangan takut.
Biarkan diri kita menjadi satu dengan rangkaian cahaya, warna dan
gelombang energi ini. Dalam moment ini kita mungkin akan tergoda dengan
kemunculan memory kehidupan kita, kemunculan alam yang indah,
warna-warni, suara-suara atau orang-orang tertentu yang kita kenal dalam
hidup kita. JANGAN TERTARIK dengan semua hal dunawi yang muncul. Cukup
bersikap sadar terhadap semua riak-riak pikiran kita sendiri, itu saja.
Bila kita mampu bersikap demikian, perjalanan di alam ini akan jauh
lebih mudah.
Sampai kemudian pada suatu fase dimana
gelombang bercahaya terlihat muncul dari dalam sukshma sarira. Disinilah
sang jiwa mulai mengetahui cara untuk melewati Mrtya Loka [alam
kematian] ini. Sukshma sarira [badan halus] sang jiwa dapat melewatinya
dengan menggunakan kekuatan gelombang bercahaya dari dalam sukshma
sarira ini. Hingga kemudian sukshma sarira mencapai lapisan puncak atmosfer Mrtya Loka ini yang disebut Antariksha.
Alam atmosfer ini memiliki energinya sendiri yang akan membuat kita
melesat laksana komet menuju alam halus Bvah Loka. Suara gemuruh laksana
angin badai terdengar di alam atmosfer ini.
Waktu yang
dihabiskan di Mrtya Loka bagi jiwa-jiwa yang mati yang akan pergi ke
alam halus bvah loka umumnya berkisar antara beberapa bulan s/d
bertahun-tahun. Faktor terpenting yang mempengaruhi durasi lamanya
berada di Mrtya Loka ini adalah :
- Putaran karma dan tingkat kebersihan bathin sang jiwa.
Inilah
faktor yang sebenarnya paling penting dan menentukan. Tapi kita yang
masih hidup juga bisa membantu perjalanan sang jiwa dengan cara-cara
berikut dibawah.
- Tingkat kerelaan untuk melepaskan keterikatan duniawi oleh sang jiwa.
Itulah
sebabnya di Bali ada tradisi meluasang [nunas bawos] atau nuwunang roh
keluarga yang baru saja meninggal. Tujuannya kalau-kalau seandainya sang
jiwa masih ada ganjalan dalam hidupnya. Sehingga ketika
ganjalan-ganjalan tersebut dibantu diselesaikan oleh yang masih hidup,
sang jiwa mungkin akan lebih rela menyambut kematiannya dan melepaskan
kehidupan duniawi.
- Upakara atau persembahyangan yang dibuatkan oleh keluarganya atau orang lain bagi sang jiwa.
Bukan besarnya banten dan upakara yang menentukan [utamaning upakara], sama sekali tidak.
Faktor pertama adalah pentingnya melakukan kremasi [pembakaran mayat],
karena kremasi mempercepat kembalinya [terurai] tubuh fisik menjadi
unsur panca maha bhuta, yang sangat membantu perjalanan sang jiwa.
Faktor kedua adalah dihantar dengan upakara yang dilakukan dengan baik
dan benar [bisa dibandingkan dan dilihat pada tulisan : Tips Mebanten
yang terang dan indah]. Bukan besarnya banten dan upakara, melainkan :
sumber bahannya baik [bukan hasil korupsi atau mencuri, pinjam uang,
hasil jual tanah atau rumah, dll], proses pembuatannya baik [tidak ada
yang bertengkar, saling menjelekkan, dll] dan dipuput oleh sulinggih
atau pemangku yang memiliki bathin bersih [bukan sulinggih atau pemangku
bisnis, dll]. Semua ini sangat membantu perjalanan sang jiwa, karena
dengan demikian sang jiwa bisa ditunjukkan jalan yang benar [menuju
cahaya atau jyoti] di alam kematian.
2. Antarabhava [Alam Halus Bvah Loka]
Alam
halus Bvah Loka ini adalah alam tempat jiwa-jiwa antre untuk
reinkarnasi kembali. Dalam artian punya kesempatan besar untuk lahir
sebagai manusia, mengalami evolusi bathin dan naik tingkat lagi. Karena
sekali masuk ke bhur loka [alam neraka], besar kemungkinan sang jiwa
akan terperosok disana untuk jangka waktu yang sangat lama. Antara
ribuan tahun, jutaan tahun, milyaran tahun atau bahkan terjebak
selamanya disana sampai maha pralaya [kehancuran alam semesta].
Lapisan badan yang dipakai di alam ini adalah sukshma sarira.
Di alam halus Bvah Loka ini keadaannya cukup mirip dengan di bumi. Kita
mengalami kerinduan akan keinginan-keinginan duniawi, serta mengalami
kesedihan dan kebahagiaan yang sama seperti halnya di bumi. Sehingga
kadang jiwa-jiwa yang mendiami lapisan alam ini tidak sabar dan mencoba
melakukan kontak dengan dunia material [melalui mimpi seseorang, melalui
perjalanan lintas dimensi, dll]. Hal ini sebenarnya aktifitas yang
sangat berbahaya bagi sang jiwa sendiri, karena dengan demikian
jiwa-jiwa gelap [ashura] yang menguasai neraka bisa memanfaatkan sang
jiwa atau bahkan menariknya ke alam Bhur Loka.
Jangka
waktu rata-rata [kebanyakan] untuk reinkarnasi kembali berkisar antara
50 sampai 400 tahun. Tapi bisa lebih cepat atau lebih lambat,
penyebabnya adalah sang jiwa harus antre dan sang jiwa hanya dapat lahir
kembali ketika ada moment dan tempat yang tepat untuk lahir kembali
sesuai putaran karmanya sendiri.
-TRI LOKA KETIGA : SVAH LOKA [ALAM HALUS POSITIF, ALAM ATAS, ALAM LUHUR]-
Svah
Loka atau alam positif ini adalah alam yang dihuni oleh jiwa-jiwa yang
bathinnya bersih, serta hidupnya penuh welas asih dan kebaikan. Umumnya
kita menyebut mereka sebagai pitara, betara atau dewa. Di lapisan alam
ini kita merasakan kebahagiaan dan kedamaian luar biasa, karena proyeksi
mental-energi positif dari isi pikiran-pikiran kita sendiri [pikiran
polos dan memory baik], terproyeksikan menjadi nyata oleh energi-energi
luhur di alam ini.
Sebelumnya perlu dijelaskan kembali
bahwa beberapa saat setelah kematian ada beberapa fase kosmik yang kita
lalui, yang terpenting adalah ketika muncul cahaya terang
[jyoti], yang merupakan gerbang jalan bagi jiwa menuju alam-alam luhur
svah loka atau bahkan moksha [pembebasan]. Akan tetapi durasi kemunculan
cahaya ini sangat bervariasi bagi setiap orang. Tergantung kepada
vasana [kecenderungan pikiran] kita sendiri di moment-moment menjelang
kematian. Bagi yang di moment kematian pikirannya cenderung buruk,
cahaya terang ini muncul hanya mulai dari setengah detik
s/d 30 menit saja. Bagi yang di moment kematian pikirannya cenderung
tenang dan damai, cahaya terang ini bisa muncul selama sekitar 30 menit
s/d beberapa jam. Sang jiwa harus bergerak menuju cahaya ini untuk dapat
memasuki Svah Loka. Jiwa yang bersih akan mudah atau bahkan ditarik
menuju cahaya ini, jiwa yang kotor mungkin akan gagal.
Svah
Loka terdiri dari lima lapisan dimensi alam. Semakin positif dan halus
lapisan dimensi Svah Loka yang kita masuki, semakin dalam kebahagiaan
dan kedamaian yang dirasakan sang jiwa. Berikut penjelasan mengenai Svah
Loka :
1. Svarga Loka [Svah loka lapisan atau dimensi pertama].
Lapisan
badan yang dipakai di alam ini adalah karana sarira [sukshma sarira
sudah terurai bersih]. Sang jiwa akan lahir di alam ini karena dalam
hidupnya dia bathinnya bersih dan banyak melakukan kebaikan. Sang jiwa
akan merasakan kebahagiaan dan kedamaian yang berlimpah. Jauh melebihi
kebahagiaan dan kedamaian dalam kehidupan biasa yang kita rasakan di
bumi. Hal ini tidak bisa dijelaskan, kecuali kalau kita pernah mengalami
samadhi dalam meditasi, sedikit banyak akan paham maksudnya. Akan
tetapi lahir di Svarga Loka belum menghentikan roda samsara, ada
waktunya nanti sang jiwa harus kembali lahir ke dunia untuk melanjutkan
evolusi bathinnya serta menyelesaikan sisa putaran karmanya sendiri.
2. Maha Loka [Svah loka lapisan kedua].
Lapisan
badan yang dipakai di alam ini adalah vijnanamaya kosha [karana sarira
sudah terurai bersih]. Sang jiwa akan lahir di alam ini karena dalam
hidupnya dia merealisasi kesadaran, hanya saja belum sempurna. Lahir di
Maha Loka berarti roda samsara [siklus kehidupan-kematian] telah
berhenti. Sang jiwa bisa melanjutkan evolusi bathinnya dan menyelesaikan
sisa putaran karmanya di lapisan alam ini juga. Akan tetapi banyak juga
jiwa yang lahir di lapisan alam ini karena welas asih memutuskan untuk
reinkarnasi kembali. Lahir ke dunia menjadi satguru yang terang dan
membebaskan bagi umat manusia, sekaligus untuk melanjutkan evolusi
bathinnya.
3. Jana Loka [Svah loka lapisan ketiga].
Lapisan
badan yang dipakai di alam ini adalah vijnanamaya kosha. Sang jiwa akan
lahir di alam ini karena dalam hidupnya dia merealisasi kesadaran
[lebih sadar dari jiwa yang lahir di Maha Loka], tapi tetap saja belum
sempurna. Lahir di Jana Loka berarti roda samsara [siklus
kehidupan-kematian] telah berhenti. Sang jiwa bisa melanjutkan evolusi
bathinnya dan menyelesaikan sisa putaran karmanya di lapisan alam ini
juga. Akan tetapi banyak juga jiwa yang lahir di lapisan alam ini karena
welas asih memutuskan untuk reinkarnasi kembali. Lahir ke dunia menjadi
satguru yang terang dan membebaskan bagi umat manusia, sekaligus untuk
melanjutkan evolusi bathinnya.
4. Tapa Loka [Svah loka lapisan ke-empat].
Lapisan
badan yang dipakai di alam ini adalah vijnanamaya kosha. Sang jiwa yang
lahir di alam ini menjadi apa yang disebut kesadaran kosmik. Dengan
cara yang rahasia [tidak perlu turun lahir ke dunia] beliau selalu
membimbing umat manusia, semua mahluk-mahluk lainnya, serta termasuk
membimbing para dewa di ketiga Svah Loka sebelumnya menuju penerangan
dan pembebasan.
5. Satya Loka [Svah loka lapisan kelima].
Lapisan
badan yang dipakai di alam ini adalah anandamaya kosha [vijnanamaya
kosha sudah terurai bersih]. Sang jiwa yang lahir di alam ini menjadi
apa yang disebut maha-kesadaran kosmik. Kesadaran beliau sedikit lagi
sempurna untuk bisa menyatu [manunggal] dengan yang maha tidak
terpikirkan [Brahman]. Dengan cara yang rahasia [tidak perlu turun lahir
ke dunia] beliau selalu membimbing umat manusia, semua mahluk-mahluk
lainnya, serta termasuk membimbing para dewa di ke-empat Svah Loka
sebelumnya menuju penerangan dan pembebasan.
Rumah Dharma – Hindu Indonesia
27 Novemberi 2010
sumber::http://www.facebook.com/rumahdharma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar