Pada dasarnya ilmu ini sangat
rumit dan rahasia sekali, jarang seorang guru mau dengan terang-terangan
memberikan ilmu ini dengan cuma-cuma. Begitu juga saya belajar dengan
tiga guru dengan sangat susah payah harus "ngesorang rage" biar bisa
diterima jadi murid.
Sebelum seorang belajar ilmu
leak terlebih dahulu harus diketahui otonan orang tersebut (hari lahir
versi Bali) hal ini sangat penting, karena kwalitas dari ilmu yang
dianut bisa di ketahui dari otonanya, sang guru harus hati-hati
memberikan pelajaran ini kalau tidak murid akan celaka oleh ilmu
tersebut. Setelah diketahui barulah proses belajar di mulai,
pertama-tama murid harus mewinten Brahma widya, dalam bahasa lontar
“Ngerangsukan Kawisesan”, dan hari baik pun tentunya dipilih oleh sang
guru.
Tahap dasar murid diperkenalkan
dengan Aksara Wayah atau Modre. Selajutnya murid di “Rajah” (ditulis
secara spiritual) seluruh tubuh oleh sang guru, hal ini di lakukan di
Kuburan pada saat kajeng kliwon nyitan.
Selesai dari proses ini barulah sang murid sah diajarkan oleh sang guru, ada 5 sumpah yang dilakukan di kuburan :
- hormat dan taat dengan ajaran yang di berikan oleh guru
- Selalu melakukan ajapa-ajapa dan menyembah SIWA Dan DURGA dalam bentuk ilmu kawisesan,
- tidak boleh pamer kalau tidak kepepet, selalu menjalankan darma,
- tidak boleh makan daging kaki empat, tidak boleh bersetubuh ( zina)
- tidak boleh menyakiti atau dengan carapapun melalui ilmu yang kita pelajari.
Di Bali yang namanya Rangda
selalu indentik dengan wajah seram, tapi di jawa di sebut Rondo berarti
janda, inilah alasanya kenapa dahulu para janda lebih menguasai ilmu
pengeleakan ini dari pada laki-laki, dikarenakan wanita lebih kuat nahan
nafsu... Pada dasarnya kalau boleh saya katakan ilmu ini berasal dari
tanah Jawa, campuran aliran Siwa dan Budha, yang di sebut dengan
“Bajrayana”.
adapun tingkat pelajarannya adalah:
- Tingkat satu kita diajari bagaimana mengendalikan pernafasan, di bali dan bahasa lontar di sebut “Mekek Angkihan” atau Pranayama.
- Tingkat dua kita diajarkan Visualisasi, dalam ajaran ini disebut "Ninggalin Sang Hyang Menget"
- Tingkat tiga kita diajar bagaimana kita melindungi diri dengan tingkah laku yang halus serta tanpa emosi dan dendam, di ajaran ini di sebut "Pengraksa Jiwa”.
Tingkat empat kita di ajar
kombinasi antara gerak pikiran dengan gerak tubuh, dalam bahasa yoga
disebut Mudra. mudra ini berupa tarian jiwa akhirnya orang yang melihat
atau yang nonton di bilang "Nengkleng” (berdiri dengan kaki satu). Mudra
yang kita pelajari persis seperti tarian siwa nata raja. Tingkat empat
barulah kita diajar Meditasi, dalam ajaran pengeleakan disebut
"Ngeregep”, yaitu duduk bersila tangan disilangkan di depan dada sambil
mengatur pernafasan sehingga pikiran kita tenang atau “Ngereh” dan
“Ngelekas”.
Tingakat lima kita di
ajarkan bagaimana melepas roh ( Mulih Sang Hyang Atma ring Bayu, Sabda
lan Idep) melalui kekluatan pikiran dan batin dalam bahasa sekarang
disebut Levitasi, berada di luar badan. Pada saat levitasi kita memang
melihat badan kita terbujur kaku tanpa daya namun kesadaran kita sudah
pindah ke badan halus, dan di sinilah orang disebut berhasil dalam ilmu
leak tersebut, namun..ini cukup berbahaya kalau tidak waspada dan kuat
iman serta mental kita akan keliru, bahkan kita bisa tersesat di alam
gaib. Makanya kalau sampai tersesat dan lama bisa mati, ini disebut
“mati suri”, maka Bhagawadgita benar sekali, (apapun yang kamu ingat
pada saat kematian ke sanalah kamu sampai... dan apapun yang kamu
pikirkan begitulah jadinya)
Tentu dalam pelajaran2 ini sudah
pasti dibutuhkan ketekunan, puasa, berbuat baik, sebab ilmu ini tidak
akan berhasil bilamana dalam pikiran menyimpan perasaan dendam, apalagi
kita belajar ilmu ini untuk tujuan tidak baik saya yakin tidak akan
mencapai tujuannya.
Kendati demikian godaan selalu
akan datang seperti, nafsu sek meningkat, ini alasanya kenapa tidak
boleh makan daging kaki empat, dan kita diajurkan tidur di atas jam 12
malam agar konisi agak lemah sehingga nafsu seks berkurang. Dan tengah
malam tepat jam 12 kita diwajibkan untuk meditasi sambil mencoba melepas
roh
dalam dunia leak sama seperti
perkumpulan spiritual, pada hari-hari tertentu pada umumnya KAJENG
KLIWON, kaum leak mengadakan “puja bakti” bersama memuja SIWA, DURGA,
BERAWI, biasanya di pura dalem atau di Kuburan (pura Prajapti) dalam
bentuk NDIHAN, bukan kera, anjing, dan lain-lain.
Jadi demikian semeton yang bisa
saya sampaikan, mudah mudahan tulisan ini menambah wawasan di bidang
ilmu leak sehingga besok-besok kita tidak ikut-ikutanan mengatakan LEAK
itu jahat
YA SAKTI SANG SAJANA DARMA
RAKSAKA, orang yang bijaksana pasti berpegang teguh pada dharma, dan
orang yang berpegang darma sudah pasti bijaksana.
Akhir kata, maaf apabila dalam tulisan ini ada kekurang atau dalam penjelasan saya ada yang tidak patut mohon di maaflkan.
sumber :: http://cakepane.blogspot.com/2010/07/proses-belajar-nge-leak.html
sumber :: http://cakepane.blogspot.com/2010/07/proses-belajar-nge-leak.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar