Cerita Kebo Iwa
Patung Patih Kebo Iwa |
Di
desa Bedahulu wilayah kabupaten Tabanan, Bali pada zaman dahulu,
hiduplah sepasang suami istri. Mereka kaya, hanya saja mereka belum
mempunyai anak. Bagi penduduk Bali pada masa itu, manusia yang belum
mempunyai keturunan adalah manusia yang siasia hidupnya.
Suatu
hari mereka pergi ke Pura Desa. Mereka memohon kepada Yang Maha Kuasa
agar diberi keturunan. Ki Patih Kebo Iwa adalah keturunan Arya Karang
Buncing di Blah Batuh-Gianyar yang lahir dari padipaan disaat sira Arya
Karang Buncing memohonketurunan dihadapan Hyang Penguasa Alam
Semesta, begitu lahir sudah mampu makan ketupat kelan ( 6 biji )
setelah dewasa Ki Kebo Iwa mempunyai tubuh yang sangat besar dan kekar
diluar ukuran orang biasa ( +_7 M ) dan memiliki kesaktian yang
dimiliki dibawa dari lahir, kesaktian dan kekuatan tiada yang menyamai diseantero jagat. Setiap hari anak itu makan makin banyak dan makin banyak.
dimiliki dibawa dari lahir, kesaktian dan kekuatan tiada yang menyamai diseantero jagat. Setiap hari anak itu makan makin banyak dan makin banyak.
Anak itu tumbuh menjadi orang dewasa yang tinggi besar. Karena itu ia dipanggil dengan nama Kebo Iwa, yang artinya paman kerbau.
Kebo Iwa makan dan makan terus dengan rakus. Lama-lama habislah harta
orang tuanya untuk memenuhi selera makannya. Mereka pun tak lagi
sanggup memberi makan anaknya.
Dengan berat hati mereka meminta bantuan desa. Sejak itulah segala
kebutuhan makan Kebo Iwa ditanggung desa. Penduduk desa kemudian
membangun rumah yang sangat besar untuk Kebo Iwa. Mereka pun memasak
makanan yang sangat banyak untuknya. Tapi lama-lama penduduk merasa
tidak sanggup untuk menyediakan makanan. Kemudian mereka meminta Kebo
Iwa untuk memasak sendiri. Mereka cuma menyediakan bahan mentahnya.
Bahan-bahan pangan tersebut diolah oleh Kebo Iwa di Pantai Payan, yang
bersebelahan dengan Pantai Soka.Danau
Beratan merupakan tempat dimana , Kebo Iwa biasanya membersihkan,
walaupun jaraknya cukup jauh namun dengan tubuh besarnya jarak tidak
menjadi masalah baginya, dia bisa mencapai setiap tempat yang
diinginkannya di wilayah Bali dengan waktu singkat.
Kebo
Iwa memang serba besar. Jangkauan kakinya sangat lebar, sehingga ia
dapat bepergian dengan cepat. Kalau ia ingin minum, Kebo Iwa tinggal
menusukkan telunjuknya ke tanah. Sehingga terjadilah sumur kecil yang
mengeluarkan air.
Walaupun
terlahir dengan tubuh besar, namun Kebo Iwa adalah seorang pemuda
dengan hati yang lurus. Suatu ketika dalam perjalanannya pulang
dariDanau beratan, Tampak segerombolan orang dewasa yang tidak berhati
lurus, Dari kejauhan para warga desa merasa sangat cemas. Tampak seorang
dari mereka tersita perhatiannya pada seorang gadis cantik. Laki-laki
itu menggoda gadis ini dengan kasar, gadis ini menjadi takut dan enggan
berbicara. Laki-laki itu semakin bernafsu dan tangan-tangannya mulai
melakukan tindakan yang tidak senonoh.
Tiba-tiba Kebo Iwa muncul di belakang gerombolan tersebut,
mencengkeram tangan salah seorang dari mereka, nampak kegeraman
terpancar dari wajahnya, laki-laki itu menjerit kesakitan, gerombolan
itu sangat terkejut melihat Kebo Iwa yang begitu besar, ketakutan
nampak dari raut muka gerombolan tersebut. Gerombolan tersebut lari
tunggang langgang.
Demikianlah
Kebo Iwa membalas jasa baik para warga desanya dengan menjaga keamanan
di mana dia tinggal. Tubuh yang besar sebagai karunia dari Sang Hyang
Widi dimanfaatkan dengan sangat baik dan benar oleh Kebo Iwa.
Pura Gunung Kawi, Bali. Kebo Iwa mengukir batu dengan kukunya |
Pada
abad 11 Masehi, sebuah karya pahat yang sangat megah dan indah dibuat
di dinding Gunung Kawi, Tampaksiring. Kebo Iwa yang memahat dinding
gunung dengan indahnya, hanya dengan menggunakan kuku dari jari
tangannya saja. Karya pahat tersebut dibuat hanya dalam waktu semalam
suntuk, menggunakan kuku dari jari tangan Kebo Iwa. Pahatan
tersebut diperuntukkan memberikan penghormatan kepada Raja Udayana,
Raja Anak Wungsu ,Permaisuri dan perdana menteri raja yang disemayamkan
disana. Raja Anak Wungsu adalah raja yang berhasil mempersatukan Bali.
Salah
satu hal yang paling istimewa dari Kebo Iwa adalah kemampuannya untuk
membuat sumur mata air. Kebo Iwa dengan segenap kekuatan menusukkan
jari tangannya ke dalam tanah. Dengan kekuatan jari tangannya yang
dahsyat, dia mampu mengadakan sebuah sumur mata air, hanya dengan
menusukkan jari telunjuknya ke dalam tanah.
Beragam kemampuan yang luar biasa tersebut, menyebabkan timbulnya daya
tarik tersendiri dari pribadi seorang Kebo Iwa. Dan kekuatan luar
biasa itu, menyebabkan seorang raja yang berkuasa keturunan terakhir
dari Dinasti Warma Dewa, bernama Sri Astasura Bumi Banten. menginginkan
Kebo Iwa untuk menjadi salah satu patihnya di wilayah Blahbatuh. Yang
juga dikenal dengan sebutan Raja Bedahulu. (‘Beda’ diartikan sebagai
kekuatan yang berbeda). Kebo Iwa diangkat menjadi Patih kerajaan dan
saat itu dia mengucapkan Janji bahwa selama Kebo Iwa masih bernafas Bali
tidak akan pernah dikuasi.
Dengan dukungan dari patih Kebo Iwa yang luar biasa kuat, Sri Astasura
Bumi Banten menyatakan bahwa kerajaannya tidak akan mau ditundukkan
oleh Kerajaan Majapahit yang berkehendak untuk menaklukkan kerajaan di
Bali.
Mahapatih Gajah Mada |
Adapun
kerajaan Majapahit waktu itu dipimpin oleh Raja Tri Bhuwana Tungga
Dewi, dengan patihnya yang paling terkenal dengan terkenal dengan
Sumpah Palapanya (sumpah untuk tidak menikmati kenikmatan dunia bila
seluruh wilayah nusantara belum dipersatukan di bawah panji Majapahit)
yang bernama Gajah Mada. Karena kehebatannya, Kebo Iwa dapat
menahan serbuan pasukan Majapahit yang hendak menaklukkan Bali. Semua
kapal-kapal perang Majapahit ditenggelamkan selagi berada di Selat
Bali. Maha Patih Majapahit pun
mengatur siasat. Dalam siasat yang diatur, Gajah Mada memberikan pujian
kepada Baginda Sri Astasura Bumi Banten dan Patih Kebo Iwa tanpa
menimbulkan kecurigaan. Lantas, Raja Majapahit membujuk Patih kebo Iwa
untuk melakukan perjalanan ke Majapahit guna menikahi wanita terhormat
nan jelita pilihan raja yang berasal dari Lemah Tulis.
Menanggapi tawaran dari Majapahit, Patih Kebo Iwa yang setia terhadap
rajanya, memohon petunjuk dan persetujuan dari baginda Sri Astasura
Bumi Banten. Sang Raja menyetujuinya tanpa rasa curiga.Sebelum pergi ke
Majapahit, Patih Kebo Iwa terlebih dahulu melakukan upacara keagamaan
di Pura Uluwatu, untuk meminta kekuatan dari Sang Hyang Rudra. Dan
Sang Hyang Rudra memenuhi permintaan Kebo Iwa, mengakibatkan
meningkatnya kekuatan dan kesaktian menjadi sangat luar biasa.
Kedatangan
Patih Kebo Iwa ke tanah Majapahit menyebabkan para tentara, baik yang
belum pernah melihatnya maupun yang pernah takluk atas kekuatannya,
menjadi terperangah, kagum, bercampur rasa ngeri dan waspada, Tentara
Majapahit, menampakkan ekspresi terkejut dan cemas. Arah pandang mereka
terpusat ke satu tujuan yang sama. Beberapa diantara mereka nampak
sedang berbisik pelan dengan teman yang berada di sebelahnya;
“Lihatlah ukuran tubuhnya! Luar biasa ! Mengerikan !”.
Patih Gajah Mada menyambut kedatangan Patih Kebo Iwa:
“Salam, Patih yang tangguh ! Selamat datang di Kerajaan Majapahit”
Patih Kebo Iwa yang menimpali salam dari Patih Gajah Mada.
Kebo Iwa : “Terima
Kasih Patih, kiranya anda bersedia untuk langsung menjelaskan maksud
dari Baginda Tri Bhuwana Tungga Dewi yang meminta saya untuk datang ke
Majapahit.
Gajah Mada : “Seperti
yang telah dikabarkan sebelumnya, Patih kebo Iwa, baginda Raja
mengharapkan kedatangan patih guna menjalin suatu tali persahabatan
dengan Kerajaan Bedahulu di Bali dan juga berharap agar patih bersedia
menemui wanita terhormat pilihan baginda yang dirasa pantas untuk
mendampingi seorang patih yang tangguh seperti anda”.
Gajah Mada menarik nafas panjang kemudian melanjutkan kata-katanya:
“Akan
tetapi sebelumnya, akan sangat berati apabila Patih kerajaan. Kebo Iwa
berkenan membuat sumur air di sana yang nantinya akan dipersembahkan
untuk wanita calon pendamping anda. Lebih lagi, sumur itu nantinya juga
akan dimanfaatkan oleh rakyat kerajaan Majapahit yang saat ini sedang
kekurangan air. Kiranya patih berkenan mengabulkan permohonan ini."
Patih
Kebo Iwa memiliki jiwa besar dan lurus hatinya, akhirnya diapun
meluluskan permintaan tersebut.Nampak Patih Kebo Iwa yang sedang
mempertimbangkan permintaan tersebut. Kemudian memutuskan untuk memenuhi
permintaan tersebut. Kebo Iwa (berpikir sejenak) kemudian dia
berkata:
“Baiklah, biarlah kekuatanku ini kupergunakan untuk sesuatu yang menghadirkan berkat bagi orang banyak”.
Tanpa
banyak cakap lagi, Patih Kebo Iwa segera melakukan aktivitasnya untuk
menciptakan sebuah sumur air. Sebelum memulai pekerjaannya, tidak lupa
Patih Kebo Iwa meminta pedoman dari Sang Hyang Widi.
Kebo Iwa : (dalam hati) "Ya yang Kuasa, segala yang akan saya lakukan semoga menggambarkan kebesaran namaMu."
Kebo Iwa mulai menggali sumur di tempat yang telah ditunjuk. Dalam
waktu yang cukup singkat, sumur telah tergali cukup dalam. Namun belum
ada mata air yang keluar. Di atas lubang sumur yang digali oleh Patih
Kebo Iwa, para prajurit Majapahit terlihat berkerumun, nampak mereka
memusatkan pehatian pada Patih Gajah Mada. Seakan mereka menantikan
sesuatu perintah…Tiba-tiba Gajah Mada berteriak:
“Timbun dia dengan batu………!!!!”
Seketika
itu juga, para prajurit menimbun kembali lubang sumur yang sedang
dibuat, dengan Patih Kebo Iwa berada di dalamnya. Para prajurit
menimbun lubang sumur dengan batu hasil galian itu sendiri, nampak Kebo
Iwa sangat terkejut dan berusaha menahan jatuhnya batu. Dalam waktu
yang singkat, lubang sumur itupun tertutup rapat. Mengubur
seorang pahlawan besar didalamnya. Patih Gajah Mada yang berbicara kepada para parjuritnya.
Gajah Mada : “Sungguh
amat disayangkan seorang pahlawan besar seperti dia harus mengalami
ini. Namun, hal ini terpaksa harus dilakukan, agar nusantara ini dapat
dipersatukan. Dengan ini kerajaan Bali akan menjadi bagian dari
Majapahit”.
Tiba-tiba
timbunan batu melesat ke segala penjuru, menghantam prajurit
Majapahit. Terdengar teriakan membahana dari dalam sumur.
Kebo Iwa : (berteriak) “Belum ! Bali masih tetap merdeka, karena nafasku masih berhembus !!.
Batu-batu
yang ditimbunkan melesat kembali keangkasa dibarengi dengan teriakan
prajurit Majapahit yang terhempas batu. Dari dalam sumur, keluarlah
Patih Kebo Iwa, yang ternyata masih terlalu kuat untuk dikalahkan.
Patih Gajah Mada terkejut, menyaksikan Patih Kebo Iwa yang masih
perkasa, dan beranjak keluar dari lubang sumur.
Kebo Iwa : “Dan pembalasan adalah apa yang kutuntut dari sebuah pengkhianatan !”
Patih
Kebo Iwa menyerang Patih Gajah Mada kemarahan dan dendam mewarnai
pertempuran. Akibat amarah dan dendam yang dirasakan oleh Patih Kebo
Iwa, pertempuran berlangsung sengit selama beberapa waktu. Disela-sela saling serang Gajah Mada berteriak :
”Untuk
memersatukan dan memperkuat nusantara, segenap kerajaan hendaklah
dipersatukan terlebih dahulu. Dan kau berdiri di garis yang salah
sebagai seorang penghalang !”.
Kesaktian
Patih Kebo Iwa, sungguh menyulitkan usaha Patih Gajah Mada untuk
menundukkannya. Pertempuran antara keduanya masih berlangsung hebat,
namun amarah dan dendam Patih Kebo Iwa mulai menyurut…Dan rupanya Patih
Kebo Iwa tengah bertempur seraya berpikir. Dan apa yang tengah
dipikirkan olehnya, membuat dia harus membuat keputusan yang sulit.
Kebo Iwa : (dalam hati) "Kerajaan
Bali pada akhirnya akan dapat ditaklukkan oleh usaha yang kuat dari
orang ini, keinginannya untuk mempersatukan nusantara agar menjadi kuat
kiranya dapat aku mengerti kini."
Namun
apabila, aku menyetujui niatnya dan ragaku masih hidup, apa yang akan
aku katakan nantinya pada Baginda Raja sebagai sangkalan atas sebuah
prasangka pengkhianatan ? Masih dalam keadaan bertempur, secara sengaja
Patih Kebo Iwa melontarkan pernyataan yang intinya mengenai hal untuk
mengalahkan kesaktiannya.
Kebo Iwa :
“Wahai Patih Gajah Mada ! Cita-citamu untuk membuat nusantara menjadi
satu dan kuat kiranya dapat aku mengerti, namun selama ragaku tetap
hidup sebagai abdi rajaku, aku akan menjadi penghalangmu. Maka,
taklukkan aku, hilangkan kesaktianku dengan menyiramkan bubuk kapur ke
tubuhku. Pernyataan Patih Kebo Iwa rupanya membuat terkesiap"
Patih Gajah Mada. Patih Gajah Mada menunjukkan reaksi keheranan yang amat sangat atas perkataan Patih Kebo Iwa. Gajah
Mada yang mengerti atas keinginan Kebo Iwa, nampak menghantamkan
jurusnya ke batu kapur, batu itupun luluh lantakmenjadi serpihan bubuk. Patih
Gajah Mada menyapukan bubuk tersebut ke arah Patih Kebo Iwa dengan
ilmunya, bubuk kapur menyelimuti tubuh sang patih Nampak Patih Kebo Iwa,
sesak napasnya oleh karena bubuk kapur tersebut. Kiranya
bubuk kapur tersebut membuat olah pernapasan Patih Kebo Iwa menjadi
terganggu, hal tersebut mengakibatkan kesaktian tubuh Patih Kebo Iwa
menjadi lenyap.Patih Gajah Mada melesat ke arah Patih Kebo
Iwa,menusukkan kerisnya ke tubuh Kebo Iwa (Dalam cerita lain dikisahkan
bahwa setelah Patih Gajah Mada menaburkan bubuk pamor ke Patih Kebo Iwa,
maka seketika itu juga Patih Kebo Iwa melesat menghilang tanpa bekas
alias moksa) . Dan sebelum
kepergiannya, dengan sisa tenaga yang ada Patih Kebo Iwa mengutarakan
apa yang ingin dikatakan untuk terakhir kali.
Patih Kebo Iwa : “Kiranya kematianku tidak sia-sia adanya…biarlah nusantara yang kuat bersatu hasil yang pantas atas harga hidupku”.
Patih Gajah Mada dengan raut muka sedih, memberikan jawaban atas perkataan Patih Kebo Iwa.
Gajah Mada : “Kepergianmu sebagai tokoh besar akan terkenang dalam sejarah… Sejarah suatu nusantara yang satu dan kuat”.
Tak
lama setelah mendengar pernyataan tersebut, napas terakhirpun pergilah
sudah, meninggalkan raga seorang patih tertangguh dalam sejarah Bali…
dan pertiwi pun meredup melepas kepergian salah satu putra terbaiknya.
Dengan meninggalnya Kebo Iwa, Bali pun dapat ditaklukkan Majapahit.
Berakhirlah riwayat orang besar yang berjasa pada Pulau Bali.
Pelajaran yang bisa diambil:
- “Kita harus selalu waspada dengan kebaikan yang ditawarkan pihak musuh, kejujuran dan kepolosan itu sungguh utama namun kitar harus menempatkannya pada posisi yang benar”
- Dalam politik dan kekuasaan hal-hal tipu muslihat, dan hal-hal kotor dari jaman dahulu hingga kini tidak bisa dielakkan, selalu ada dan hadir dalam sistem politik untuk meraih kemenangan
- Kekuatan
yang besar yang dianugrahkan Tuhan kepada kita mestinya digunakan
untuk kesejahteraan masyarakat, bukan untuk menyakiti mahluk lain.
sumber :: http://ceritadewata.blogspot.com/2011/07/cerita-kebo-iwa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar