Kisah ini dituturkan oleh keponakan dari Pekak R sebu saja namanya
Nengah W ketika Pekak R mencabut ilmu pengleakan dari seorang Ibu.
Seperti kisah-kisah sebelumnya Pekak R merupakan seorang penekun
spiritual yang sangat termahsyur pada jamannya yang tinggal di daerah
perbatasan Klungkung Gianyar. Sedangkan Nengah W adalah keponakannya
yang selalu penasaran untuk ikut serta merasakan pengalaman spiritual
dari Pekak R.
Suatu hari Pekak R kedatangan seorang tamu
perempuan sebut saja namanya Ibu T yang didampingi oleh suaminya. Ibu T
menceritakan masalah yang dia hadapi yaitu sering bermimpi melakukan
perjalanan malam dan menengok keluarga yang sakit. Masalahnya adalah
sehabis ditengok maka orang yang sakit itu besoknya langsung meninggal.
Mengalami
hal itu Ibu T dan suaminya penasaran apakah dirinya bisa Ngleak atau
tidak mengingat terlalu sering hal itu dialaminya. Pekak R lalu bertanya
apakah Ibu T memiliki jimat dan sejenisnya, Ibu T merasa bahwa dia
tidak memiliki barang barang seperti itu. Setelah diterawang oleh Pekak
R, maka Ibu T baru tersadar bahwa dia waktu mudanya dulu adalah seorang
penari. Dan setiap mau pentas, seorang pemangku akan meniup ubun-ubunnya
agar tariannya menjadi memiliki taksu. Rupanya lama kelamaan ilmu yang
ditiupkan oleh pemangku tersebut mendarah daging dan menjadikan Ibu T
bisa ngleak.
Pekak R kemudian menyuruh Ibu T agar datang lagi
pada hari kajeng kliwon untuk lebih membuktikan hal itu. Pada kedatangan
selanjutnya, dimana pas kajeng kliwon di malam hari, Ibu T disuruh
untuk meludah di atas cawan. Pekak R kemudian mengambil tangkai daun
sirih dan memakainya untuk mengaduk ludah tersebut. Sungguh ajaib, ludah
tersebut menyala nyala kebiruan. Maka terbukti sudah Ibu T memang
memiliki ilmu leak dengan tidak disadarinya.
Ibu T dan suaminya
memohon agar Pekak R mau mencabut ilmu yang dimilikinya. Pekak R
menyanggupinya dan menentukan hari baik, tempat serta bebantenan dan
sarana yang diperlukan. Nengah W mohon agar diijinkan untuk melihat
proses tersebut dimana diijinkan sama Pekak R.
Pada hari yang
sudah ditentukan, di malam hari mereka menuju pesisir pantai di daerah
Klungkung. Bebantenan dan sarana yang lain kemudian digelar. Ibu T
disuruh duduk dan dikelilingi oleh tikar pandan agar tidak kelihatan
dari luar.
Pekak R kemudian membuat garis penyengker untuk
melindungi para keluarga yang ikut menyaksikan, Beliau mewanti-wanti
agar jangan keluar dari garis penyengker tersebut.
Tepat tengah
malam Pekak R kemudian mulai melakukan proses pencabutan ilmu leak dari
Ibu T. Beliau diam konsentrasi dan melafalkan mantra-mantra, suasana
mendadak sangat sunyi dan tegang hanya deburan ombak yang terdengar.
Peluh menetes dari kening Pekak R saking dalamnya konsentrasi dan
besarnya energi yang diperlukan untuk melakukan proses ini.
Tiba-tiba
terdengar ledakan sangat sangat dahsyat, dan terlihat bola api keluar
dari gulungan tikar pandan dimana Ibu T berada. Bola api tersebut
kemudian terbang ke arah laut dan akhirnya pecah berpendar.
Terdengar
rintihan dari Ibu T seperti menahan rasa sakit ayng amat sangat,
diikuti oleh ledakan yang tidak kalah dahsyat dari yang pertama, bola
api keduapun keluar dan langsung melesat menuju laut.
Para saksi
yang ikut melihat menjadi sangat tegang dan merinding bulu kuduk mereka
menyaksikan proses tersebut. Mereka tidak berani bergerak dan tetap
berada dalam garis penyengker karena takut akan efek dari proses itu.
Setelah
berkali kali terjadi ledakan dan bola api yang terlontar keluar dari
tubut Ibu T, maka perlahan-lahan bole api itu habis. tapi kemudian
tercium bau amis yang amat sangat seperti bau bangkai.
Pekak R
kemudian memerintahkan suami dari Ibu T untuk mendekati istrinya dan
membawanya mendekat ke air laut untuk dimandikan. Kondisi dari Ibu T
sangat lemah tidak bisa berdiri, karena tenaganya habis. Suaminya
kemudian menggendong dia ke arah laut dan segera memandikannya. Pekak R
juga menyuruh suaminya ikut mandi agar "upas" dari ilmu leak tidak
melekat pada dirinya.
Setelah mereka mandi, maka Pekak R langsung
melukat Ibu T dan suaminya dengan air laut untuk membersihkan jasmani
dan rohaninya. Sungguh ajaib karena bau amis tadi tiba-tiba hilang
digantikan dengan bau harum.
Setelah prosesnya selesai merekapun
kembali ke rumah, Pekak R menyarankan agar Ibu T rajin sembayang agar
dikaruniai keselamatan. Semenjak itu kehidupan keluarga ibu T menjadi
tenang
Moral dari cerita ini adalah, hilangkanlah hal negatif yang ada pada diri kita
sumber :: http://dharmatula.blogspot.com/2010/03/kisah-leak-7-mancut-pengleakan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar