Berikut merupakan kisah yang
dituturkan sesepuh desa penulis yang terjadi waktu Beliau masih muda.
Waktu itu belum ada listrik ataupun alat penerangan canggih lainnya.
Sesepuh tersebut, sebut saja namanya
Nang R, mempunyai profesi sebagai petani yang rajin sekali pergi ke
sawah tanpa mengenal waktu. Kadang-kadang Beliau menghabiskan malamnya
di sawah hanya untuk menungguin tanamannya.
Untuk menuju ke areal persawahan,
Beliau harus melewati jalanan yang sangat sepi, kuburan/setra Pura Dalem
dan seterusnya. Situasi waktu masih sangat rimbun karena masih sangat
banyak pepohonan besar yang tumbuh di daerah Beliau tinggal ketika itu.
Suatu hari Nang R seperti biasa
pergi ke sawah untuk mengawasi tanamannya, waktu itu bulan menerangi
bumi dengan sejuknya, setelah lewat tengah malam barulah Nang R sadar
bahwa ada sesuatu yang harus dikerjakan di rumah. Dengan tidak
memperhitungkan waktu, Beliau segera berkemas untuk pulang ke rumah.
Suasana yang sepi dan gelap hanya
diterangi cahaya bulan tidak menghalangi gerak langkahnya untuk segera
pulang. Pas sampai di jalan yang berdekatan dengan kuburan/setra, Beliau
berhenti karena melihat ada sesuatu yang menghalangi/menutup jalan di
depannya.
Dengan bantuan cahaya bulan, Beliau
melakukan pengamatan, dan mendapatkan kenyataan yang mengherankan,
karena sesuatu yang menghalangi jalan tersebut adalah mahluk hidup yang
sedang tertidur terlentang.
Dengan rasa penasaran Nang R
mendekati mahluk itu, dan Beliau menjadi bingung akan bentuk mahluk itu.
Kalau diperhatikan, mahluk itu seperti Barong, Nang R heran, siapa yang
meninggalkan Barong di tengah jalan malam-malam begini.
Diperhatikan lebih seksama, Nang R
menjadi bingung karena mahluk ini memiliki (maaf) buah pelir yang sangat
besar seperti sapi jantan. Kok barong bisa memiliki begituan ya, dengan
ngak habis pikir dia terus mengamati mahluk tersebut.
Pada dasarnya Nang R memiliki sifat
iseng dan usil, dengan santainya tanpa memikirkan resikonya, kemaluan
dari mahluk tersebut disentil dengan jari tangannya. Yang terjadi
sungguh sangat mengagetkan, mahluk tersebut tiba-tiba bersin,
huaaasiiiitttt, dan udara yang keluar dari hidung mahluk tersebut
membuat Nang R terpental jatuh dan tidak sadar diri. Setelah
kesadarannya pulih, pelan-pelan dia mengamati keadaan sekitarnya, dia
tersadar bahwa dia berada di debat bale banjar, dimana jarak antara
tempat mahluk itu dengan bale banjar sekitar 2 km.
Bisa dibayangkan alangkah kuat nya
semburan bersin mahluk tersebut, dan alangkah mujurnya Nang R sehingga
Beliau masih selamat dari kemarahan mahluk tersebut. Ternyata, selain
sebagai petani, Nang R juga sangat rajin sembahyang ke pura, sehingga
Ida Sesuhunan menyelamatkan Nang R ketika berada dalam keadaan genting.
Nang R penasaran akan mahluk tersebut, dan ketika ditanyakan ke orang
yang lebih pintar, Beliau mendapat keterangan bahwa mahluk tersebut
adalah Banaspati Raja, yang kebetulan bersemayam dan sedang istirahat di
tempat tersebut.
Moral dari cerita ini adalah, jangan usil dan rajinlah sembahyang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar