Jumat, 02 September 2016

PROFIL SEJARAH BERDIRINYA PURA AGUNG WANA KERTHA JAGAT NATHA SULAWESI TENGAH


 PROFIL SEJARAH BERDIRINYA PURA AGUNG WANA KERTHA  JAGAT NATHA SULAWESI TENGAH, BESERTA AKTIFITAS  LEMBAGA/ORGANISASI KEAGAMAAN HINDU  KOTA  PALU
 

 1.      Periode Tahun 1977 – 1978.   
Atas Asung Kertha Waranugraha Sanghyang Widhi Wasa,kami tiba-tiba berkeinginan untuk merantau ke Sulawesi tengah tepatnya tanggal 12 Agustus 1977 dan kami tinggal sama Bapak Drs. IGede Negara Widhiyasa, yang kebetulan beliau sebagai Ketua PHDI Provinsi Sulawesi tengah.
Keadaan Umat Hindu yang ada di Kota palu waktu itu jumlahnya sedikit bisa dihitung dengan Jari karena umat Hindu yang tinggal di Palu semuanya bersetatus Polisi,Pegawai Negeri, dan Wiraswasta, termasuk siswa- siswi yang ada dikota Palu.
            Lembaga Keagamaan yang ada di Kota Palu waktu itu adalah :
·      PHDI Provinsi Sulawesi tengah dengan Ketuanya Drs.IGede Negara Widhiyasa.
·      Seke Truna-Truni Kota palu dengan Ketuanya I Made Kondra.
Adapaun Mengenai Pura Waktu itu Belum ada, jadi kalau sembahyang Purnama Tilem dan hari – hari besar keagamaan Hindu masih dilaksanakan kerumah-rumah.
Lembaga Keagamaan yang ada di Kabupaten adalah :
1. PHDI Kabupaten Donggala
2. PHDI Kabupaten Poso
3. PHDI Kabupaten Luwuk
4. PHDI Kabupaten Buol Toli-Toli
 Suatu kebetulan pada tanggal 5 Januari 1978 Parisada Hindu Dharma Indonesia Sulawesi Tengah mendapat Jatah Juru Penerang Agama Hindu (Jupen) 1 ( satu ) Orang dan waktu itu kami Gede Merthawan dikirim kebali untuk mengikuti Penataran selama satu minggu dan selanjutnya kami kembali lagi ke Palu dan ditugaskan sebagai Jupen di Kabupaten Donggala selama 1 (satu) tahun sesuai dengan SK. Sejak Januari 1978 – Desember 1978 dan tinggal di Rumah Pak Kompyang Desa mertasari .
Seiring dengan perkembangan Kota Palu serta tuntutan kebutuhan untuk menata fungsinya sebagai Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah, maka pada tanggal 27 September 1978 berdasarkan PP Nomor 18 tahun 1978 telah disetujui berdirinya Kota Administratif Palu dengan Walikota Pertama Drs.H.Kiesman Abdullah.
            Adapun tugas kami  sebagai Jupen adalah :
1. Memberi Ceramah Agama Hindu pada setiap Purnama Tilem dan hari-hari besar keagamaan Hindu di wilayah Kabupaten Donggala .
2.  Memberi pendidikan Agama Hindu dari Tingkat SD – SMA yang ada di Kecamatan Parigi dan Melaksanakan Pembinaan Agama Hindu pada Pemuda Pemudi yang  ada di Desa Mertasari.
          Dalam Bidang Kepemerintahan di Tingkat Provinsi Sulawesi Tengah:  
Seiring dengan Perkembangan jaman tepatnya Pada tanggal 16 Juni 1978 pada Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Sulawesi Tengah telah dibentuk Pembimbing Masyarakat Hindu dan Budha dengan Pembimas Hindunya yaitu I Gusti Nyoman Mangku yang dikirim dari Pusat.  Mengakhiri tugas kami sebagai Jupen tepatnya tanggal 31 Dsember 1978  di Kanwil Departemen Agama ada Penerimaan CPNS dan kami ikut melamar dan berhasil dinyatakan lulus.


2.    Periode Tahun 1979 – 1980
Pada tanggal 1 Maret 1979 kami Gede Merthawan resmi diangkat sebagai CPNS pada Kanwil Departemen Agama Provinsi Sulawesi Tengah, Sejak itu kami menetap di Palu. Kemudian Pada tanggal 15 Juni 1979 PHDI Provinsi Sulawesi Tengah melaksanakan Loka Sabha ke II yang dilaksanakan di Tolai dan dihadiri oleh PHDI Pusat  dan terpilih sebagai Ketua Bapak Drs. I Gede Negara Widhiyasa dan Wakil ketua ditambah Wakil-wakilnya dari unsur Kabupaten dan sekretaris Bapak I Gede Widnya.
Pada tanggal 5 Juli 1979 kami Gede Merthawan diberikan tugas  sebagai Ketua Banjar Suka Duka Adri Winangun Kota Palu,dan Sekretaris I Made Sila artha Bc,Ip. Karena tugas ini menyangkut Suka dan Duka bila ada warga yang meninggal baik dari Palu Sendiri maupun dari daerah Kabupaten yang akan dikuburkan, maka sebagai Pemangkunya dilaksanakan oleh Bapak Gede Widnya,bila beliau berhalangan maka tugas itu diambil alih oleh Gede Merthawan sampai selesai, hal ini dilaksanakan karena umat Hindu yang ada di Kota Palu sangat sedikit. Disamping tugas yang sangat berat, juga kami diberi tugas untuk membimbing umat Hindu Kota Palu, sekaligua sebagai Guru GTT agama Hindu dari SD – Perguruan Tinggi, yang mana pusat Pendidikan dilaksanakan pada SMA Negeri 1 Palu, SMA. Negeri 2 dan SMP Negeri 4 Palu serta dibantu oleh beberapa Guru GTT yang ada di Kota Palu seperti Bapak I Gede Widnya, Bapak I Gede Redita, Bapak Putu Sukarsa , Bapak Ida Bagus Komang Mertha dan lain-lain Semuanya ini bertanggung Jawab kepada PHDI Provinsi Sulawesi Tengah.
Mengingat Umat Hindu yang ada di Kota Palu belum memiliki Pura/Tempat Persembahyangan umum yang mana selama ini kita melaksanakan sembahyang kerumah – rumah dan kami mencoba mendekati Bapak Nyoman Edy, agar tempat Persembahyangan beliau bisa diizinkan untuk digunakan  kegiatan sembahyang bagi anak-anak Sekolah baik hari Purnama dan Tilem maupun hari – hari besar keagamaan Hindu. Apa yang kami upayakan dikabulkan sehingga tepatnya Persembahyangan Saraswati 1979 tempat beliau resmi dijadikan tempat Persembahyangan umum bagi anak- anak sekolah yang ada di Kota palu. Adapun yang menjadi Pemangku waktu itu adalah Bapak Gede Widnya, dan apabila berhalangan maka tugas tersebut di gantikan oleh Gede Merthawan,dan I Made Kondra ,tapi bagi orang tua tidak banyak yang datang mungkin karena tempatnya kurang memadai/sempit.
Mengingat umat Hindu yang semakin bertambah, dan tempat Persembahyangan Umum belum ada, maka dalam rapat PHDI kami mengusulkan agar lokasi Pura dapat kita upayakan melalui Pemerintah Daerah. Akhirnya Pada tanggal 5 Maret 1980 Pengurus menghadap kepada Bapak Bupati Donggala Waktu itu di Jabat oleh Bapak H. Abd. Aziz. Lamajido,SH. Diterima diruang kerjanya dan beliau merestui apa yang kita upayakan seperti Lokasi Tanah Pura seluas 1 ha, dan Tanah Kuburan diberikan 1 ha untuk Agama Hindu dan Budha seperti yang kita miliki sekarang. Adapun yang menghadap waktu itu adalah :
            1. Bapak Drs.I Gede Negara Widhiyasa
            2. Bapak  dr. A.A. Ngr. Gede Jaya
            3. Bapak I Gusti Nyoman Mangku
            4. Bapak  Nyoman Dana
            5. Bapak Drs I Made Sutapa
            6. Bapak Gede Widnya
            7. Bapak Gede Merthawan
            8. Bapak Nyoman Edy

3.   Periode Tahun 1980 – 1981
Walaupun lokasi tanah Pura sudah ada tapi kita belum bisa membangun apa – apa karena disamping umat masih sedikit, sumber dana dari pemerintah juga belum ada, sehingga aktifas PHDI Provinsi hanya mampu melaksanakan pembinaan umat sesuai dengan kemampuan dana yang ada.
Demikian juga masalah Pendidikan agama Hindu tetap berjalan sebagai mana biasa, termasuk aktifitas Banjar Suka Duka Adri Winangun Kota Palu tetap berjalan menangani Suka dan Duka dikalangan umat Hindu. Demikian juga mengenai kegiatan Persembahyang tetap dilaksanakan di tempat Pemujaan Bapak Nyoman Edy, dan dana Punya dibukukan oleh Bapak I Made Kondra dan I Nyoman Edy setiap persembahyangan.

4.  Periode Tahun 1981 – 1982
Mengingat Umat Hindu yang ada di Kota Palu semakin bertambah jumlahnya dan masalah tempat Persembahyangan juga belum ada akhirnya pengurus PHDI Provinsi Sulawesi Tengah mengadakan pertemuan, juga dihadiri oleh Tokoh-tokoh Agama Hindu dari Kabupaten Donggala, seperti : I Gusti Ngurah Malen, Pan Sandat, Pak Ketut Suarka, sehingga sepakat untuk membangun Pura Tingkat I Sulawesi Tengah, diatas tanah yang diberikan oleh Bupati Donggala yang berlokasi di Wilayah Kelurahan Talise Palu.
Pada saat itu dari PHDI Kabupaten Donggala udah memiliki tanah kintal yang berlokasi di daerah Besusu tidak jauh dari lokasi TVRI Sekarang, dan tempat itu dijadikan tempat penampungan anak – anak yang sekolah di Palu yang berasal dari daerah.
Kemudian pada tahun 1981 atas rahmat Sanghyang Widhi Wasa lokasi Pura baru bisa digusur/diratakan bagian Utama Mandala dan dilanjutkan acara Ngeruak, Adapun Sumber dananya dari Dirjen Bimas Hindu dan Budha sebesar Rp. 1.250.000, Mengingat Perkembangan Umat Hindu yang ada di Kota Palu semakin banyak yang sudah tentu tidak memungkinkan lagi untuk menampung umat Hindu melaksanakan persembahyangan di tempat Pemujaan Bapak Nyoman Edy, sehingga bertepatan dengan hari Purnama Kapat, Lokasi Pura mulai difungsikan penggunaannya, walaupun baru turus lumbung yang dipuput oleh Ida Peranda Manuaba Geria Tolai, dengan Nama Pura Agung Wana Kertha Jagatnatha Sulawesi tengah, yang dihadiri oleh masing- masing Ketua PHDI Kabupaten Sesulawesi Tengah. Sejak itulah aktifitas Persembahyangan umat Hindu dilaksanakan secara rotin baik Purnama Tilem dan hari – hari besar keagaan Hindu.
Adapun yang ditunjuk sebagai Pemangku di Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah adalah Bapak Gede Widnya, dan apabila dia berhalangan maka sebagai Penggantinya Gede Merthawan.
Mulai saat itulah semangat umat Hindu yang ada di Kota selalu berusaha agar kita memiliki tempat Pemujaan yang permanen, dengan ditandai Penggalian Pondasi untuk Padmasana, dibantu oleh anak-anak muda yang ada di Palu seperti I Putu Sukarsa, I Gede Redita , I Nyoman Kormek , Wayan Budiarta dll. yang dilaksanakan oleh Bapak I Gede Widnya sekaligus sebagai Master Plane Pembangunan, Untuk memperlancar Pembangunan Pura dimaksud di bentuklah Panitia Pembangunan Pura oleh PHDI Provinsi Sulawesi Tengah dengan Ketuanya Bapak dr.A.A.Ngr. Gede Djaya, dan sekretarisnyan Gde Widnya mulai saat itulah upaya-upaya dilaksanakan baik mengajukan profosal lewat Diren Bimas Hindu dan Budha, dan di Bantu Rp. 1.100.000, Pemda Tk.I Sulawesi tengah, dibantu sebesar Rp.1.000.000,dan Pemda Bali waktu itu memberikan bantuan sebesar Rp. 1.000.000 , agar Pembuatan Padmasana bisa diwujudkan.

5. Periode Tahun 1982 – 1983.
Ditengah – tengah kesulitan mencari Dana, walaupun umat Hindu yang ada di Kota Palu semakin bertambah tapi ekonomi untuk membangun masih pas-pasan, mungkin ini merupakan rahmat Sanghyang Widhi datanglah Bapak IGusti Bagus Wira ( sebagai Kepala Bandara Mutiara Palu), juga waktu itu udah ada Kepala telkom Palu Bapak Made Sudipa, dan Bapak Drs I Made Sutapa datang lagi Bapak I Ketut Sekra ( Sekretaris Telkom Palu) .
Bertepatan dengan Pertemuan Banjar Suka Duka sekaligus Arisan yang  waktu itu kami Gede Merthawan, masih menjabat sebagai Ketua yang dilaksanakan dirumah Dinas Bapak Igusti Bagus Wira, muncul Ide Cemerlang untuk melaksanakan Bali Nait di Pusatkan di Hotel Palu Golden dengan pementasan berbagai macam tarian, serta Joget, yang penarinya dari Palu dan Tolai, demikian juga Gong disewa dari Tolai sehingga hasil pementasan tersebut memperoleh dana sejumlah Rp, 1.000.000, (satu juta rupiah ) dan uang itulah tonggak sejarah berdirinya Padmasana setinggi 11 Meter. Dan beberapa hari  setelah selesai acara dimaksud kami Gede Merthawan diberikan tugas tambahan oleh PHDI Provinsi Sulawesi Tengah sebagai Ketua Pengempon Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah tepatnya tanggal 5 Januari 1982.
Pada tahun 1983 Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi tengah mendapat bantuan sebesar Rp. 9.300.000,- dan dari Pemda Sulawesi Tengah dan Pemda Bali sebesar Rp. 1.000.000,-
Demikian juga Profosal yang diajukan keberbagai Instasi dan Umat Hindu sehingga mulailah di bangun Penyengker di Utama Mandala dalam bentuk Bata Merah yang dikerjakan oleh Bapak I Gede Widnya. Demikian juga telah dibangun Piasan di Utama Mandala yang tadinya untuk bak air dan juga sebagian dipakai tempat berteduh sembahyang, tapi yang terjadi di Pura waktu itu sangat rawan atap Seng Piasan dicuri Orang separuhnya dan beberapa Sound System, karena waktu itu tidak ada yang jaga, disamping  listrik juga belum ada. termasuk Candi Kurung / Paduraksa mulai dibangun mengingat dana yang ada waktu itu hanya mencukupi Pondasi saja sehingga Bapak dr. A.A.Ngr. Gede Djaya menyelesaikan dengan dana Pribadinya sampai selesai.
6. Periode Tahun 1984 – 1985
Pada tahun ini datanglah dari Pusat Bapak Ir. Wayan Budiasa,Dip.H.E yang bertugas di PU dan Bapak Ir. Ketut Darsana  sebagai Kepala UDT Terektor, kegiatan penggalian dana tetap dilaksanakan terbukti pada Hari Raya Galungan diadakan Pagelaran Seni Tari yang dipusatkan di Gedung Serba Guna Milik Bandara Mutiara Palu, tapi hasilnya dibawah Satu Juta, kemudian hasilnya ini dipergunakan untuk melaksanakan Peresmian Pura Agung Wana Kerta Jagat Natha Sulawesi Tengah. Sehingga tepatnya Pada hari Minggu, Purnama Kapat tanggal 29 September 1985  PURA AGUNG WANA KERTHA JAGAT NATHA SULAWESI TENGAH diresmikan oleh Gubernur Sulawesi tengah yang diwakili oleh Sekwilda : Bapak Saleh Sandagang, SH.
Setelah selesai Peresmian pembangunan dilanjutkan dengan Pembuatan tempat duduk sembahyang dengan Lantai Beton diutama Mandala dalam bentuk garis – garis memanjang. Namun perlu diketahui pada saat itu kalau kita sebahyang rasanya belum nyaman seperti sekarang, karena lalat begitu banyak, persembahan yang kita haturkan kepada Tuhan harus dibungkus dengan plastik, agar surudannya bisa kita nikmati. Hal itu disebabkan karena sepanjang jalan yang menuju Pura waktu itu penuh beraneka macam sampah disamping mengeluarkan bau yang kurang enak juga tempat bersarangnya lalat tersebut.
7. Periode 1986 – 1987
            Pada tanggal 10 Januari 1986 Penataan Jalan Sepanjang jalan Jabal Nur mulai ditata oleh Pemerintah,diluruskan dari bawah,untuk persiapan penyelenggaraan STQ sehingga tanah Pura menjadi bertambah, setelah mendapat izin dari Bupati Donggala lalu kita pagar dengan kayu Jawa sehingga luasnya menjadi 2.4 Ha seperti sekarang. Tapi tanah yang lebih itu keadaannya penuh sampah,dengan berbagai bentuk sampah, lalu lalu atas inisiatif Bapak dr.A.A.Ngr Gede Djaya kita bersihkan bersama umat Hindu dan Mahasiswa yang ada di Kota Palu, sampai kita menyewa pemadam kebakaran untuk menyemprot pecahan Gelas /kaca dan Botol,  setelah bersih baru dilaksanakan penghijauan.
                        Pada Tahun 1986 Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah lagi mendapat bantuan dari Dirjen Bimas Hindu dan Budha sebesar Rp. 1.100.000,-
Demikian juga tugas yang kami pegang sebagai Ketua Banjar Suka Duka kota palu tanggal 5 Januari 1987 namanya dilebur menjadi Kerama Desa Adat Kertha Winangun Kota Palu, dan sebagai Ketua Tetap yakni Gede Merthawan dan Sekretaris I Made Sila Artha, Bc,Ip.
Dalam upayakan meningkatkan Pelayanan Umat Hindu dalam kegiatan Persembahyangan di Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah, maka pada bulan Agustus 1987 secara resmi Pinandita Drs. Ida Bagus Widja Kusuma sebagai Pinandita.
Kemudian pada tanggal 16 Juli 1987 berdirilah Asrama Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah sebanyak 5 Petak dari Kayu yang waktu itu mendapat sumbangan Kayu semuanya dari Bapak I Made Sutapa Karyawan Iradat Puri yang dikerjakan secara Gotong Royong dengan melibatkan para Tukang Kayu dari Umat Hindu seperti Bapak I Nyoman Sudarma, I Nyoman Yudana , Nyoman Edy dll,  setiap hari minggu lengkap dengan dapur dan Kamar Mandi. Sehingga Pura secara otomatis dapat dijaga oleh anak-anak muda di asrama seperti : I Gede Dibya, Si Ngurah Ledra, Gusti Sudarsana, Ketut Sueca, Ketut Widana, Nengah Wiyana, Ketut Bina, Ketut Santo, dan Wayan Weta. Adapun mengenai masalah air untuk mandi anak – anak waktu itu kami Gede Merthawan dan I Wayan karma berusaha membawakan air dengan Drum secara bergantian, karena sumber air waktu itu belum ada.
Demikian juga pada tanggal 20 Juli 1987 berdirilah Pasraman Pendidikan Pura Agung Wana Kertha yang berlokasi di Asraman Pura yang dibangun dari Kayu dan ditambahkan terasnya dari tembok beton dengan ketua Pasraman Bapak Drs. Ida Bagus Widja Kusuma, mulai saat itulah anak-anak belajar di Pura/Pasraman.                  
8.Periode Tahun 1988 -  1989
           Pembangunan di Lokasi Pura tetap dilaksanakan  tepatnya pada tanggal 9April 1988 tembok Penyengker Sepanjang Jalan Jabar Nur yang sumber dananyadari Instansi Pemerintah, Dana Punya Pengempon Pura, sisanya di tanggung olehdana pribadinya dr.A.A.Ngurah Gede Djaya.
Perkembangan lebih lanjut untuk mengiringi Upacara maka kita berusaha membeli Gong Bloganjur dengan dana Punya, kemudian beberapa bulannya kita mendapat bantuan Gong Dari Pemda Tk.I Sulawesi Tengah.
Kemudian pada tahun 1988 berdirilah Sekolah SMA Swastyastu yang berlokasi di Jalan Tinombala status meminjam yang mana tanah tersebut adalah milik tanahnya dr.A.A.Ngurah Gede Djaya, dengan jumlah tiga lokal, tapi karena animo masyarakat kurang mendukung sehingga siswanya sedikit,tidak mencukupi untuk biaya operasional,sehingga waktu itu dikelola oleh Bapak Ir. Ketut Tjandra Negara,M.Sc ( sebagai Ketua Yayasan) disamping sebagai Wakil Ketua I PHDI Provinsi Sulawesi Tengah, waktu itu sebagai Kepala Sekolah Bapak Drs. I Ketut Dharma sehingga sekolah berjalan sampai menamatkan satu kali dengan jumlah siswa sebanyak 18 Orang. Kemudian penerimaan siswa selanjutnya sampai dikelas dua,karena tidak mampu membiayai biaya operasionalnya akhirnya anak-anak dipindahkan ke SMA Swadaya Palu.
Pada tanggal 1 Oktober 1989, bertempat di Balai Prajurit Palu dilaksanakan Loka Sabha III PHDI Provinsi Sulawesi Tengah untuk masa bakti 1989 – 1994, dan terpilih sebagai Ketua Bapak dr.A.A.Ngurah Gede Djaya dan Sekretaris I. Ir I Made Antara dan Sekretaris II. Gede Merthawan, tetapi Karena Sekretaris I mengikuti Pendidikan akhirnya tugas Sekretaris diserahkan kepada kami selaku sekretaris II  untuk menangani dan sekaligus memproses surat- surat yang diselesaikan oleh PHDI .
Demikian juga kita mulai membentuk IWHDI dari Tingkat I Sampai Tingkat II kemudian berjalan sampai beberapa tahun kemudian namanya dirubah menjadi WHDI ( Wanita Hindu Dharma Indonesia ) sampai sekarang. Termasuk Organisasi Pemuda Hindu yang tadinya bernama PHI ( Pemuda Hindu Indonesia ) namanya dilebur menjadi DPD PERADAH Indonesia mulai dibentuk dari Tingkat I Sampai Tingkat II .
Demikian juga dalam menangani Piodalan Purnama Kapat di Pura Agung Wana kertha “ Jagatnatha “ Sulawesi tengah mulai diatur terutama masalah muput Upacara Piodalan adalah Ratu Peranda yang ada di Sulawesi Tengah dengan cara menggilir setiap Piodalan .
9. Periode Tahun 1990 – 1992
Pada tanggal 21 Januari 1990 Kerama Desa Adat mengadakan rapat sebagai akhir Jabatan setiap 3 ( tiga ) tahun yang  dilaksanakan di  Yayasan SMA  Swastyastu, dengan demikian Jabatan kami dari Banjar Suka Duka Kerta Winangun sampai dilebur menjadi Kerama Desa Adat Kerta Winangun Kota Palu kami Gede Merthawan telah menjabat selama 12 Tahun, kemudian terpilih lagi sebagai Ketua untuk masa bakti tahun 1990 -1993. Dengan komposisi kepengurusan Sbb : Ketua Gede Merthawan, Wakil Ketua I Drs. Ida Bagus Widja Kusuma, Wakil Ketua II Drs. I Ketut Dharma, Wakil Ketua III Dra. Ni Made Sundari dan Sekretaris Drs.I Made Sila Arta,Bc.Ip. dan I Wayan Nana Swastika,SH. Bendahara I Made Kondra dan I Wayan Toger serta dilengkapi beberapa Seksi.
Untuk kelancaran Pelaksanaan Persembahyangan umat Hindu di Pura Agung Wana Kerta Jagat Natha Sulawesi tengah, maka pada  9 Mei 1990 ditunjuklah I Nengah Karmayasa sebagai Pemangku.
Kemudian untuk lebih memperlancar tugas-tugas Pendidikan Agama Hindu di Pasraman Pendidikan Pura Jagat Natha Sulawesi Tengah dan Persantian maka kami selaku Kerama Desa Adat Kertha Winangun Kota Palu telah mengeluarkan surat Penunjukkan sesuai suarat kami No. 45/KDA-Kw/KP/I/1992 tanggal 8 Januari 1992 yang bertugas menangani Pendidikan adalah : I Wayan Wirya, Ngatino,BA dan Drs.Agus Supriyono. Sedangkan No. 46/KDA-Kw/KP/I/1992 tanggal 8 Januari 1992 Persantian ditangani oleh Bapak Drs.I Ketut Donder, Drs.I Ketut Dharma , Pan Kartini dan I Ketut Bina.
Dalam upaya penghijauan Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah, terutama diarel Pura kami telah bekerja sama dengan 711 Raksatama dalam penanaman Pohon Johar dan Asam dimana bibitnya kami peroleh dari Bapak I Nyoman Sudarma, yang kini sebagian ada masih yang hidup.
Kemudian pada tanggal 22 Oktober 1992 Listrik Negara mulai di Pasang di Pura Agung Wana Kertha Jagat natha Sulawesi Tengah, dengan daya 10.000 Wot, langsung kita dibebani tiang listrik. Tetapi karena pemakaian tidak sejumlah itu, terlalu banyak biaya beban setiap bulannya, sehingga daya listrik dikurangi menjadi 3.500 Wot sampai sekarang.
Demikian juga pada tahun 1992 Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah mendapat bantuan dari Pemda Tk. I Sulawesi Tengah sebesar Rp. 1.250.000,-
10. Periode Tahun 1993 – 1994
Untuk merampungkan Pembangunan Pura Utamanya di Sepanjang Jalan Jabar Nur akhirnya mulailah dibangun Candi Bentar sumber dananya dari Pengempon dan dari Instansi Pemerintah, kekurangannya dibiayai Oleh dr.A.A.Ngurah Gede Djaya sampai selesai.
Untuk mengatasi permasalahan air maka dibuatlah Bak Air dari beton yang terletak disebelah Pura Agung Wana Kerta Jagat Natha Sulawesi Tengah, yang mana sumber airnya dari Paboya yang dipakai penghijauan oleh pemerintah kota Palu.   Adapun masalah dana untuk membangun bak air tersebut adalah bersumber dari kas Pengempon Pura Agung Wana Kerta “ Jagatnatha “ Sulawesi tengah maupun sumbangan  atau  aturan langsung dari umat Hindu yang ada dikota palu. Sejak  adanya air tersebutlah maka upaya penghijauan diarel nista mandala baru dapat dilaksanakan.        
Pada tahun 1993 -  1994 Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah mendapat bantuan dari Pemda Tk. I Sulawesi Tengah sebesar Rp. 2.500.000,-
11. Periode Tahun 1995 – 1996
            Pada tanggal 5 Januari 1995 terbentuklah Parisada Hindu Dharma Indonesia  Kotib Palu dengan Ketuanya  Wayan Pusaka ,BA dan Sekretarisnya Drs. I Made Suardana M.Si.
Pada saat itu juga lokasi tanah yang ada di Jl. Zebra yang tadinya untuk Balai Banjar bila ada orang meninggal di rumah sakit di Palu, terutama umat Hindu dari daerah- daerah Kabupaten sementara waktu bisa ditempatkan disana, mengingat Ruangan jenasah yang ada dirumah sakit tidak menginsinkan mayat lama disana,akhirnya dibangunlah Balai Banjar ide itu muncul dari Bapak Ir. Ketut Tjandra. Adapun dana untuk membangun Balai Banjar adalah bersumber dari hasil Penjualan Tanah Asrama yang ada di Besusu milik PHDI Kabupaten Donggala, dan juga donatur dari umat Hindu yang ada di Kota Palu.
Perkembangan selanjutnya balai banjar itu dirubah menjadi nama Pura,karena ada umat yang maturan antara lain Bapak I Wayan Mudita berupa Pelinggih Padmasana dan sekaligus Pagar Kelilingnya, tapi karena ada umat yang tidak merespon nama Pura disana, akhirnya kami carikan solusi agar tempat itu dapat dipergunakan tempat sembahyang bagi anak-anak SD yang ada di Kota Palu pada setiap Hari Raya Saraswati Sore sehingga disebut Saraswati Asram.
Kemudian pada tahun 1996 terbentuklah Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah Prajaniti Hindu Indonesia Masa bakti 1996-2001 sesuai Surat Keputusan Dewan Pimpinan Pusat Prajaniti No. KEP-04/DPD PRAJANITI/XI/1996 tertanggal 20 Nopember 1996 sebagai Ketua I Ketut Suasana  dan sekretaris Ir I Wayan Sukanta.
Pada Tahun 1995 Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah mendapat bantuan dari Pemda Tk.I Sulawesi Tengah sebesar Rp. 1.500.000,-
Kemudian pada tahun 1995 - 1996 Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi tengah Mendapat dana Dari Depag sebesar Rp. 2.000.000,-

12. Periode Tahun 1996 - 1997
Pada tahun ini Pasraman Pendidikan Pura Agung Wana Kertha Sulawesi tengah mendapat bantuan dari Depag sebesar Rp. 2.500.000,-
Tanggal 7 – 8 Agustus 1996 dilaksanakan Loka sabha Ke. IV PHDI Provinsi Sulawesi Tengah dan terpilih sebagai Ketua Bapak dr.A.A. Ngurah Gede Djaya dan sebagai Sekretaris I Ketut Suasana , SH. untuk masa bakti 1996- 2001.
Kemudian untuk penataan Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah maka Master Plane Pembangunan yang tadinya Bapak Gede Widnya digantikan oleh Bapak Drs. I Ketut Donder, mulai sejak itulah tempat Persembahyang di Utama Mandala mulai di ratakan tanah maupun Temboknya Penyengker yang dibuat dari Bata Merah, sampai dimadya mandala dengan bantuan Bapak I Nyoman Pendit dan Dewa Nyoman Sumarjana untuk mencarikan alat berat.
Demikian juga Panitia Pembangunan Pura yang selama ini di Jabat oleh Bapak  dr.A.A.Ngr. Gede Djaya lalu digantikan oleh Ir. Wayan Budiasa, Dip.H.E, dan sekretarisnya Drs. I Ketut Donder berselang  beberapa minggu lalu mulai dikerjakan kembali tembok Penyengker Pura di Utama Mandala dengan ukuran 47 X 67 M seperti sekarang ini. Demikian juga Pintu Besi disebelah Kanan Kiri Candi Kurung di Sumbangkan oleh Bapak drh. Ketut Diarmita . Sejak itulah Tegak Piodalan Purnama Kapat ,dengan pertimbangan agar umat Hindu dari Kabupaten bisa nangkil akhirnya digeser menjadi Tilem Kelima. Sejak itu pula tegak Odalan Purnama Kapat di Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah dialihkan menjadi tegak upacara di Pelinggih Prajapati Pekuburan Talise Palu.
Mulai saat itu juga kami selaku Ketua Pengempon Pura bekerja sama dengan Panitia Pembangunan Pura untuk melengkapi Pelinggih di Utama Mandala dengan Gedong Simpen dan Balai Pepelik seperti yang ada sekarang dengan Sumber dana dari pengempon Pura dan aturan Spontanitas dari Umat hindu yang ada dikota Palu. Mengingat Bapak Ir. Wayan Budiasa Pindah Tugas Kebali maka Panitia Pembangunan Pura di Gantikan Oleh Bapak I Gede Darmada, SE (sebagai Kepala Bank. BTN), dan sekretarisnya tetap tidak diganti sampai ketuanya Panitia Pembangunan di Jabat oleh Bapak Ir Made Suparta. Sejak itulah mulai dibangun Balai Gong yang tadinya sudah ada kecil, lalu dipugar seperti sekarang ini dananya dari Donatur yang diusakan oleh beliau lewat rekanan Perbangkan. Seiring dengan Perjalanan waktu juga Ketua Panitia Pembangunan Pura,Pindah tugas, maka digantikan oleh Bapak I Made Suja, S.Sos.
13. Periode Tahun 1998 – 1999
             Kemudian Pada tanggal 8 Maret 1998 dengan mengambil tempat di Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah diadakan rapat pertanggung Jawaban Pelaksanaan Tugas Kerama Desa Adat Kota  Palu . Mengingat masa jabatan kami sudah cukup lama yaitu 17 tahun  disamping berbagai macam kesibukan sehingga kami mohon kepada umat Hindu yang ada di Kota Palu agar diri kami tidak dipilih kembali menjadi ketua kerama adat. Akhirnya forum menyetujui apa yang kami maksudkan.
            Kemudian pada tanggal 5  Mei 1998 secara resmi kami menyerahkan tugas Kerama Adat kepada Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Kotib Palu, Dan Sejak itulah Kerama Desa Adat Kertha Winangun Kota Palu tidak lagi dibawah PHDI Provinsi Sulawesi Tengah melainkan sudah dibawah PHDI Kotib Palu.
Kemudian Pada tanggal 21 Mei 1998 dibentuklah Pengurus Baru Kerama Desa Adat Kertha Winangun Kota Palu dengan Ketuanya  Bapak  I Wayan Wirya, A.Ma.Pd ,dan sekretarisnya Ir. Wayan Sukanta .Mengingat Umat Hindu yang ada dikota Palu sudah semakin banyak yang berada pada wilayah kecamatan, maka wilayah pemetaan umat dibagi menjadi beberapa bagian akhirnya terbentuk  menjadi lima banjar. Dengan demikian namanya dirubah menjadi Kerama Adat Kertha winangun Kota Palu hingga sekarang.
Kemudian Pada tanggal 5 Januari  1999 diadakan pergantian pengurus PHDI Kotib Palu menjadi PHDI Kodya Palu dengan Ketuanya Bapak Ida Bagus Komang Mertha  dan sekretarisnya Drs. I Kertut Suatna .
Demikian Juga untuk Kegiatan Melasti pada saat Piodalan kami juga telah berkoordinasi dengan Ketua Panitia Pembangunan Pura untuk membangun Tempat Petirtan/Tempat Beji  di Madya Mandala yang dikerjakan oleh Made Tangkas,M.Kes dananya bersumber dari Pengempon Pura. Berselang beberapa bulannya mulai dibangun Balai Kukul di Nista Mandala yang ada sekarang ini semuanya biayanya itu adalah Aturan dari Bapak Nyoman Edy, BBA.
Mengingat Gong yang kita miliki mengalami musibah kebakaran, maka untuk mengiringi Upacara amat diperlukan sarana seperti itu, akhirnya atas usaha PHDI Sulawesi Tengah mengadakan lobi-lobi dengan Pemda Tk I Bali dan Pemda Tk.II se Bali akhirnya dalam waktu satu bulan biaya pembelian Gong telah mencukupi, mulai saat itulah kita membeli Gong seperti yang kita miliki sekarang
Pada tahun 1998 dilaksanakan Pengerukan Arel Pura dinista Mandala secara keseluruhan kebetulan waktu itu alat Berat dari Bapak Ir. Made Suparta ( Kepala PU ) belum mendapat Proyek, kami pinjam alat beratnya secara Cuma –Cuma dan Solar sepenuhnya diambilkan dari Kas Pengempon Pura, kebetulan sopir alat berat waktu itu dipegang oleh Bapak I Wayan Darna, sehingga areal Pura Nista Mandala yang tadinya tidak rata menjadi tertata seperti sekarang ini.
Mengingat Asrama yang dibangun dari Kayu dan terasnya dari tembok Batu Merah sekaligus sebagai tempat Pendidikan anak – anak, tanggal 31 Maret 1999 Pukul 21.00  Wit, terjadi kebakaran yang meludeskan Seperangkat Gong yang dibantu Pemda Tk.I Sulawesi Tengah, Bloganjur, Kompor Jenasah milik Kerama Desa Adat dan Mesin Ketik Milik PHDI Provinsi Sulawesi Tengah, beberapa bangku dan Busana Pura semuanya terbakar, dan puing-puing besi Gong dan bloganjur di jual ke Tolai.
Sesuai dengan Master Plane Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah, di Nista Mandala harus ada Balai Wantilan lurus dengan Posisi Balai Gong disebelah barat,Tetapi karena ada keinginan membangun Milana Graha yang mampu menampung semua unit Organisasi/Lembaga sebagi aktifitas sekretariat didalamnya maka pada tahun 1998 mulai dibangun Milana Graha yang dikerjakan Galian Pondasinya oleh masing- masing wilayah Banjar, dan unit Organisasi Pemuda Hindu yang ada di Kota Palu. Adapun luas bangunan tersebut adalah 41 x 31 M Waktu itu Ketua Panitia Pembangunan Milana Graha di Jabat oleh Bapak Drs. I Ketut Donder, dan sekretarisnya Ir. Wayan Sukanta .Tetapi karena kekurangan dana akhirnya Pembangunan baru bisa dikerjakan berupa Pondasi dan tiang dan mandeg beberapa tahun.
Pada tahu 1999 Pengempon Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah sempat di gantikan ketuanya oleh Bapak Drs. Agus Supriyono dan Sekretaris Drs. I Ketut Donder, selama satu tahun, karena beliau di mutasi ke NTT, akhirnya tugas tersebut diserahkan lagi kepada Gede Merthawan.A.Ma.Pd.
Kemudian Pada tanggal 27 Mei 1999 mulai dibangun Tembok Penyengker di Madya Mandala, dimana Pondasinya diusahakan oleh Bapak Made Suja, S.Sos, lewat Donatur rekanan Perbangkan,dan juga dana Punya dari umat Hindu yang ada di Kota Palu al :
            1.    Kel. I Made Alit berupa semen    25  Sak
            2.    Kel. Wayan Sukarya berupa semen 10 Sak
            3.    Kel. Nengah Wandra berupa semen 15 Sak
            4.    Kel. Wayan Mudita berupa semen   10 Sak
            5.    Kel. Nyoman Edy, BBA berupa  tegel
            6.    Kel. Nyoman Sudarma berupa pasir 2 Truk
            7.    Kel. Made Sujana Putra sebesar Rp. 100.000,-
            8.    Kel. Ketut Yudanes sebesar Rp. 20.000,-
            9.    Kel. I Gusti Pt. Budiana sebesar Rp. 20.000,-
          10.    Kel. Wayan Dangin Merta sebesar Rp. 50.000,-
           11.    An. Siswa STM sebesar Rp. 150.000,-
           12.   Kel. Nyoman Sandiasa berupa semen 30 Sak, Ember sebanyak 10 buah
                   dan 30  (tiga puluh) nasi bungkus .
           13.    Kel. Ir. Made Suparta sebesar Rp. 500.000,-
           14.    Kel. Ny. Rizal Cahyadi sebesar Rp. 250.000,-   
Sedangkan diatas Pondasi kami Selaku Pengempon Pura, bekerja sama dengan Panitia Pembangunan Pura dilaksanakan secara lelang kepada umat Hindu yang ada di Kota Palu untuk  Maturan, Per Blok waktu itu seharga Rp. 300.000,- adapun yang Maturan ada sebanyak 27 Orang  yang nama-namanya Sbb:
            1. Kel.  Drs I Gede Negara Widhiyasa       Rp. 600.000,-
            2.  Kel.  Gede Merthawan                                  Rp. 300.000.-
            3.  Kel.  Nyoman Kormek                                   Rp. 300.000,-
            4.  Kel.  Ketut Astawa                                        Rp. 300.000,-
            5.  An.   Siswa STM.Neg/PGRI                         Rp. 300.000,-
            6.  An.   Kel. Kancil                                            Rp. 300.000,-
            7.  An.   Tempek II                                             Rp. 600.000,-
            8.  An.    Tempek III                                           Rp. 300.000,-
            9.  An.    Tempek IV                                           Rp. 300.000,-
            10.  Kel.   I Made Alit                                           Rp. 300.000,-
            11.  Kel.   Dewa Nusawan                                    Rp. 600.000,-
            12.  Kel.   Touwa                                                   Rp. 300.000,-
            13.  Kel.   I Ketut Dharma                                    Rp. 300.000,-
            14.  Kel.   Wayan Wirya                                        Rp. 300.000,-
            15.  Kel.   Dewa Ketut Sukarta                             Rp. 300.000,-
            16.  Kel.   Drg. Dewa Doni                                   Rp. 300.000,-
            17.  An.    Sai Studi Group Palu                            Rp. 300.000,-
            18.  Kel.   I Made sastra/Cokde                            Rp. 300.000,-
            19.  Kel.   Pan Mastra                                            Rp. 300.000,-
             20. Kel.   An. Anggota Polda Sulteng                 Rp. 300.000,-
             21. Kel.   I Made Tangsi                                      Rp. 300.000,-
             22. An.    Pasraman Pendidikan jagat
                            Natha                                                    Rp. 300.000,-
            23.  Kel.   I Wayan Mudita                                   Rp. 300.000,-
            24.  Kel.   Drh. Ketut Diarmita                             Rp. 300.000,-
            25.  Kel.   I Made Sutama                                     Rp. 300.000,-
            26.  Kel.   I Ketut Suasana, SH                             Rp. 300.000,-
            27. An.     Mahasiswa                                            Rp. 300.000,-
Adapun nama – nama yang maturan ada kami tulis Pada setiap Blok diatasnya. Kemudian Pasraman yang terbakar tersebut dibangun Kembali oleh Bapak I Made Suja. S.Sos yang dananya bersumber dari donatur lewat Perbangkan sehingga Pasraman itu berhasil dirampungkan seperti sekarang ini, karena itu Pasraman tersebut diberi Nama Suja Graha. Sebenarnya Pasraman itu diperuntukan untuk Para Pemangku/Sulinggih sebagai tempat istirahat pada saat melaksanakan upacara di Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi tengah. Beberapa bulan kemudian karena Pura tidak ada yang menjaga, maka Pinandita  I Nengah Karmayasa beserta anaknya, Juga I Nengah Luluk tinggal di Suja Graha sebagai Penjaga Pura sekaligus merawat tanaman bunga, Pohon Penghijauan yang ada diarel Pura seperti sekarang ini. Dan Setelah Rumah Penjaga Pura yang berada disamping Pura selesai, kemudian yang tinggal di Pasraman Suja Graha di Pindahkan dirumah Penjaga Pura yang baru dan beberapa bulannya dibuatlah Kamar Mandi 2 Petak untuk laki dan perempuan. Dan Pasraman Suja Graha kini  di Pergunakan oleh Pengurus Koperasi Sanjiwani, beserta Sekretariat PHDI dan WHDI Sulawesi Tengah.   
Perkembangan lebih lanjut mengingat Bapak I Made Suja, S.Sos Pindah Tugas maka Panitia Pembangunan di Gantikan oleh Bapak Ir. Made Suparta. Mulai saat itu Juga di Bangun Balai Pepelik dan Balai Pewedan di Utama Mandala yang sumber dananya dari Dana Punya Kas Pengempon Pura, dan Dana Punya secara spontanitas dari umat Hindu yang ada di Kota Palu. Mengingat akan dilaksanakan MTQ di Palu, yang akan dihadiri Oleh Presiden Waktu Itu Gusdur yang rencananya akan mengadakan Kunjungan Ke Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah, maka dimulailah  Pembangun Balai Agung/Pesanegan yang ada di Madya Mandala yang sumber dananya dari Pengempon, Juga Donatur dari berbagai pihak sehingga dua bulan sebelum MTQ berhasil di selesaikan dengan baik, termasuk tegelnya di upayakan oleh WHDI Sulawesi Tengah.
Mengingat Tanah Pura yang belum memiliki Badan Hukum secara resmi,memang dari dulu kita mengusahakan kearah itu, tapi karena surat Pemberian tanah dari Bupati hilang, disamping itu umat selalu mempersoalkan masalah tersebut ,maka atas usaha Bapak dr.A.A. Ngurah Gede Djaya,akhirnya terwujudlah Sertifikat Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah dari BPN tertanggal 24 Juli 1999 No. 4384. Dan kini Sertifikat tersebut ada  dipegang Oleh PHDI Provinsi Sulawesi Tengah dan Foto Copynya ada pada PHDI Kota Palu. Namun perlu diketahui Biaya Sertifikat itu secara keseluruhan berapa jumlahnya kami tidak tahu, karena dr. A.A. Ngurah Gede Djaya yang menanggulangi sendiri.
14. Periode Tahun 2000 - 2001
Kemudian pada tahun 2000 dilaksanakan Loka Sabha I PHDI Kodya Palu, dengan Ketuanya Drs. I Nengah Wandra dan Sekretarisnya I Nyoman Dana ,BA masa bakti 2000 – 2005.
Perkembangan lebih lanjut kurang lebih dua tahun kemudian Saraswati  Asram dijadikan  Sekolah PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini ) sampai saat ini.
Untuk merapikan penataan di Areal Pura pada Madya mandala mulailah kita memasang Paping yang dikerjakan secara Gotong Royong Baik pagi siang dan malam, termasuk Candi Bentar di Madya Mandala mulai dikerjakan yang merupakan aturan/sumbangan dari Keluarga Hindu yang bertugas di Telkom. Kemudian tangganya menuju Nista Mandala separuhnya dihaturkan oleh Bapak Ir. Made Suparta, dan sisanya dibiayai dari Kas Pengempon Pura.
Demikian juga untuk mencerminkan kewibawaan dan Kesucian Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah pada teras bagian Nista Mandala pada sayap kanan dan kiri Bapak dr. A.A.Ngurah Gede Djaya maturan Patung Dewa sebanyak 12 Buah. Dan ongkos ngangkutnya dari tambarana di biayai dari Kas Pengempon Pura.
Perkembangan lebih lanjut dibuatlah 2 Buah Patung Besar di Madya Mandala yang dihaturkan oleh Bapak Ir. Made Suparta dan kekurangannya diambilkan dari Kas Pengempon Pura, seperti ongkos tukangnya.
Kemudian untuk memperindah Pura yang tadinya tempat Jualan tidak terta dengan rapi, kemudian kami selaku Pengempon Pura memindahkan tempat Jualan di sebelah Pasraman Suja Graha. Yang diatur Oleh Bapak Nyoman Selamet seperti yang kita saksikan sebelum direnovasi.
Mengingat Pelinggih sudah lengkap yang ada di Utama Mandala seperti Padmasana, Gedung Simpen, Balai Pepelik, dan Balai Pawedan, maka untuk kemantapan kita sembahyang karena Status Pura Jagat Natha, maka perlu adanya Pratima, Maka kami selaku Pengempon Pura Menyampaikan kepada PHDI Sulawesi Tengah dan direspon, demikian juga terhadap pengelingsir yang ada di Palu, akhirnya kami umumkan lewat Persembahyangan Purna untuk yang maturan berupa emas yang waktu itu harga Mas Per- Gram Rp.100.000,-, ternyata banyak umat yang maturan untuk terujudnya Pratima itu. Adapun Nama – nama umat Hindu yang maturan adalah sebagai berikut :
             1.   Kel.   I Made Tarka                                        Rp.   200.000,-
             2.   Kel.   Drs. Ida Bgs. Kt. Mukur Muka            Rp.   100.000,-
             3.   Kel.   I Wayan Tantra. S.Ag                          Rp.  100.000,-
             4.   Kel.   I Made Sudarta. S.Ag                          Rp.  100.000,-
             5.   Kel.   Gede Merthawan.                                 Rp.  100.000,-
             6.   Kel.   Dr. Wayan Widana                               Rp.  100.000,-
             7.   Kel.   Ketut Suena                                          Rp.  200.000,-
             8.   Kel.   Nengah Karmayasa                              Rp.  100.000,-
             9.   Kel.   Ida.Bgs .Ketut Ardika                         Rp.    50.000,-
          10.    Kel.   Ida Bagus Sastra                                  Rp.  100.000,-
           11.    Kel.   I Nengah Sukama                                 Rp.  100.000,-
           12.    Kel.   Drh. Ketut Diarmita                             Rp.   200.000,-
           13.    Kel.   Ir. Made Suparta                                  Rp.   100.000,-
           14.    Kel.   Ir. Wayan Sukanta                                Rp.     50.000,-
           15.    Kel.   Nyoman Budiarta                                 Rp.   100.000,-
          16.   Kel.Nyoman Edy,BBA                                  Rp.  500.000,- dan Kayu                  .                                                                                  Cendana.
           17.    Kel.   Ibu Kormek                                          Rp.   100.000,-
           18.    Kel.   Nyoman Dwinda                                  Rp.   100.000,-
           19.    Kel.   Wayan Djiguh Astina                           Rp.   200.000,-
           20.    Kel.   Dr. Dewa Ketut Sukarta                      Rp.1.000.000,-     
           21.    Kel.   Nyoman Marayasa                                Rp.    100.000,-
           22.    Kel.   Nyoman Kormek                                  Rp.    100.000,-
           23.    Kel.   I Nyoman Selamet                                Rp.    100.000,-
           24.    Kel.   I Wayan Kerna                                     Rp.    150.000,-
           25.    Kel.   Pan Purni                                              Rp.    100.000,-
           26.    Kel.   Ketut Rupawan                                    Rp.    100.000,-
           27.    Kel.   Made Sutama                                       Rp.    100.000,-
           28.   An.    Banjar Cempaka Sari                            Rp.    200.000,-     
           29.    Aturan Tanpa Nama                                      Rp.    200.000,-     
Dalam pelaksanaan MTQ Nasional XIX Tahun 2000 yang dilaksanakan didaerah Sulawesi Tengah dan diikuti oleh Para Kafilah Seluruh Indonesia, dimana Kafilah Utusan Provinsi Bali menyempatkan dirinya melaksanakan Kunjungan Ke Pura Agung Wana Kerta Jagat Natha Sulawesi Tengah dan pada saat itu pula beliau menyumbang sebesar Rp. 2.000,000,- dan uangnya dipergubakan untuk membuat tempat Prasasti.
Demikian juga dalam Pembukaan MTQ  yang rencananya Presiden menyempatkan waktunya untuk melaksanakan Kunjungan Ke Pura Agung Wana Kerta Jagat Natha Sulawesi Tengah, tapi karena satu dan lain hal beliau tidak jadi datang ke Pura,sehingga Pura Agung Wana Kerta Jagat Natha Sulawesi Tengah tanggal 2 Juni 2000, diremikan oleh KH.ABDURRAHMAN WAHID ( Presiden Republik Indonesia ) dalam bentuk Prasasti yang kini terpampang di bagian Nista Mandala.                             
Pada tahu 2001 dilaksanakan Loka Sabha V PHDI Provinsi Sulawesi Tengah dengan Ketuanya Bapak. Ir. Putu Surya dan Sekretarisnya  I Gede Dibya, SP.d, Untuk masa bakti 2001 – 2006 Mulai saat itulah Kas Pembangunan yang ada di Pengempon Pura langsung diserahkan pada setiap hari Purnama kepada Ketua PHDI Provinsi Sulawesi Tengah, karena beliaulah yang akan melaporkan pada saat Loka Sabha PHDI Provinsi Sulawesi Tengah.
Untuk menjaga kesakralan  tempat Petirtan/Beji maka pada tanggal 11 Mei 2001 berhasil diselesaikan tembok penyengkernya lengkap dengan Pintu besi yang sumber dananya dari Kas Pengempon Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi tengah.
15. Periode Tahun 2002 – 2004.
Pada tahun ini tidak ada Pembangunan yang dikerjakan Khususnya di Utama Mandala sampai Madya Mandala karena sudah dianggap selesai. Demikian Juga mengenai Piodalan yang dilaksanakan setiap Tilem Kelima, karena berbagai pertimbangan, akhirnya di Pindahkan lagi menjadi Purnama Kelima sampai sekarang.
Pada tanggal 23 Oktober 2003 mulai dibuat Lapangan Volly sebanyak 2 ( dua ) buah di Nista Mandala Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah oleh PHDI Sulawesi Tengah.
Mengingat Panitia Pembangunan Pura Agung Wana Krtha Jagat Natha Sulawesi Tengah Pindah tugas, maka Panitia Pembangunan Pura digantikan oleh Bapak I Nyoman Sudharma, dan sekretarisnya Ir. Wayan Sutapa, M.Eng.
Mengingat Pasraman Pura Agung Wana Kertha yang didirikan sejak tanggal 20 Juli 1987,karena yang dibinana di Pasraman ini hanya tingkat SD sedangkan SLTP dan SMU dan Perguruan Tinggi tidak dibina disini. Akhirnya diadakan pertemuan yang diikuti Oleh KMHDI, Bimas Hindu Kanwil Dep. Agama Provinsi Sulawesi Tengah, PHDI Provinsi dan Kota Palu, sehingga sepakat statusnya dirubah menjadi Lembaga Pendidikan Agama Hindu (Pasraman Jagat natha) Kota Palu. Kemudian Lembaga Pendidikan ini di Keluarkan SK Oleh PHDI Kota Palu No.083/SK/PHDI/Kot-Pal/VI/2004 tanggal 13 Juni 2004. Adapun sebagai Ketuanya dr. Ketut Suarayasa dan Sekretarisnya I Wayan Suarsa,S.Pd.M.Pd, sejak itulah mulai dibangun Sekolah Pendidikan Agama Hindu tiga Kelas yang biayanya dari orang tua Murid ditambah para donatur . Sejak berdirinya Lembaga inilah anak – anak SD – SMP terutama yang tidak ada Gurunya agama Hindu yang difinitif disekolahnya belajar di Pasraman setiap hari Minggu Pagi.
Kemudian pada tahun 2004 Pengurus Kerama Adat Kertha Winangun Kota diadakan pergantian pengurus dan sebagai ketuanya Bapak I Nyoman Sudarma.dan sekretarisnya Drs. I Nengah Korja, M.Si.
Demikian juga pada tahun 2004 kami mengusahakan dana lewat Dirjen Bimas Hindu untuk Pelinggih Prajapati dan dibantu sebesar Rp.4.500.000,- Disamping Bantuan Pusat Juga kami mengusahakan dana untuk Pelinggih Prajapati lewat Ekbang Provinsi Sulawesi Tengah dan dibantu Rp. 2.500.000,- Juga dari Kanwil Departemen Agama Provinsi Sulawesi untuk Prajapati membantu Sound System satu Buah.
16. Periode Tahun 2005 – 2006.
Pada tahun 2005 dilaksanakan Loka Sabha II PHDI Kota Palu, dan terpilih sebagai Ketua lagi di Jabat Oleh Bapak Drs. I Nengah Wandra dan sekertarisnya I Made Lungayasa,S.Pd.
Untuk memperlancar tugas-tugas dibidang Pendidikan agama Hindu kami juga telah memberikan bantuan lewat dana Dirjen Bimas Hindu kepada Lembaga Pendidikan Pasraman Jagat Natha berupa Komputer untuk tahun 2005.
Pada tahun 2005 Bapak Dirjen melaksanakan Kunjungan Kerja Ke Sulawesi Tengah, dalam rangka mengikuti rombongan Mentri Agama Ri Ke Kab. Poso, kemudian Baliknya dari Poso atas permohonan Bimas Hindu beliau menyempatkan diri ke Pura Agung Wana Kerta Jagat Natha Sulawesi Tengah untuk melaksanakan Persembahyangan lalu diadakan semacam Silakrama yang dihadiri oleh PHDI Provinsi Sulawesi tengah dan Kota Palu, Ketua Lembaga pendidikan Agama Hindu beserta seluruh Para Guru Agama Hindu dan beberapa Mahasiswa, sehingga muncullah gagasan untuk mendirikan Perguruan Tinggi Agama Hindu, dan Bapak Dirjen sangat merespon masalah tersebut. Seminggu kemudian Ketua Lembaga Pendidikan Pasraman Jagat Natha mengadakan Pertemuan tentang menyahuti respon Bapak Dirjen masalah sekolah Tinggi Agama Hindu, salah satunya adalah mendirikan Yayasan, sehingga peserta rapat  semuanya setuju dengan Nama YAYASAN DHARMA KERTI Sulawesi Tengah.
Mengingat umat Hindu yang melaksanakan Sembahyang  cukup banyak yang membawa kendaraan roda 2 maupun roda 4, maka untuk kelancaran lalu lintas kendaraan khusus roda 2, maka pada tanggal 2 Oktober 2005 dibuatlah Pintu keluar disebelah Candi Bentar dekat milana Graha.
Umat Hindu yang ada di Kota Palu merasa kehilangan karena orang tua/sesepuh kita selama ini cukup banyak mengabdikan dirinya di Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah sebagai Pemangku, tepatnya tanggal 5 Maret 2006, Jero Mangku Gede Widnya meninggal dunia, dan beberapa bulan kemudian langsung dilaksakan upacara Pengabenan di Pekuburan Talise, yang dipuput oleh Ida Penanda Purwosari.
Pada tahun 2006 Pembimbing Masyarakat Hindu Kanwil Departemen Agama Provinsi Sulawesi Tengah ( Gede Merthawan, S.Sos ) mendapat bantuan Lewat Blok Grant dari DIPA Dirjen Bimas Hindu untuk Lembaga Pendidikan Pasraman Jagat Natha sebesar Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh Juta rupiah). Dengan bantuan dimaksud akhirnya berhasil membangun Pasraman sebanyak 4 ( empat ) Lokal seperti yang kita saksikan. Dan Sekarang masih dipinjam oleh STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah untuk tempat Perkuliahan. Disamping dana Blok Grant Juga mendapat bantuan Pasraman dari DIPA pusat sebesar Rp. 10.000.000,-
Pada tahun 2006 atas usaha Ketua PHDI Provinsi Sulawesi Tengah Bapak Ir. Putu Surya mengadakan pendekatan dengan masing – masing Ketua PHDI Tingkat Kabupaten sehingga berhasil menyelesaikan atap dibagian panggung Kesenian Milana Graha,
Pada tanggal 13 Januari 2006 mulailah ada ketambahan Pinandita Wayan Wirya sebagai Pinandita Prajapati dan juga ikut dalam memimpin upacara pada setiap Persembahyangn di Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah.
Juga pada tahun 2006  Prajapati Talise mendapat bantuan dari Dirjen Bimas Hindu sebesar Rp. 10.000.000,-
Demikian juga aktifitas Pengempon Pura tetap berjalan dengan baik sesuai tugas – tugas yang diberikan dalam SK Pengempon Pura. Begitu Juga masalah Kerja Bakti di Pura dilaksanakan setiap minggu keempat.
Pada tanggal 22 Mei 2006 mulai dibuat Lapangan Volly sebanyak 2 ( dua ) buah di Nista Mandala Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah oleh PHDI Sulawesi Tengah.
17. Periode Tahun 2007 – 2008.
Pada tahun ini dilaksanakanlah Loka Sabha VI PHDI Provinsi Sulawesi Tengah yang dilaksanakan di Parigi dan terpilih kembali sebagai Ketua adalah Bapak Ir. Putu Surya dan Sekretarisnya dr. Ketut Suarayasa, tapi karena kesibukan beliau akhirnya perjalanan dua tahun beliau mengundurkan diri dan tugas-tugas Sekretaris PHDI dilanjutkan oleh I Ketut Winaya, S.Sos. M.Si. Untuk masa bakti 2007 – 2012.
Kemudian pada tahun 2007 diadakan pergantian Pengurus Kerama Adat Kertha Winangun Kota Palu  dan terpilih sebagai Ketua adalah Bapak Drs. I Made Sukarta, M.Si , dan sekretarisnya I Ketut Sulendra, ST.MT hingga sekarang.
Walaupun Yayasan Dharma kerthi Sulawesi Tengah sudah terbentuk, namun perlu memiliki badan hukum yang resmi, sehingga Ketua Yayasan mengupayakan lewat Notaris, Atas Paswecan Sanghyang Widhi Wasa tepatnya pada bulan Januari 2007 Yayasan Dharma Kerthi Sulawesi Tengah secara resmi berdiri sesuai Akte Notaris No. 1305/DK-30/I/2007 dan sebagai Ketua Yayasan di Pimpin oleh Bapak dr. Ketut Suarayasa disamping sebagai Ketua Lembaga Pendidikan Agama Hindu Pasraman Jagat Natha Kota Palu, dan sebagai Sekretaris I Nyoman Arianto, S.Pd, M.Si.
Perkembangan lebih lanjut Yayasan Dharma kerti Sulawesi tengah, membentuk Tim Perumus Pendirian Perguruan Tinggi Agama Hindu yang dinamakan STHDS yang ditunjuk sebagai Ketua adalah Bapak I Wayan Suarsa, S.Pd,M.Pd, agar di Sulawesi tengah ada berdiri sebuah Perguruan Tinggi Agama Hindu. Kemudian hasil kerja Tim Perumus ini diusulkan kepusat kepada Dirjen Bimas Hindu melalui Pembimas Hindu Kanwil Departemen Agama Provinsi Sulawesi tengah akhirnya pada tanggal 4 Juni 2008 Dirjen Bimas Hindu Dep. Agama RI mengeluarkan SK No. DJ.V/73/SK/2008 tentang Penetapan Ijin Operasional Pendirian Sekolah Tinggi Agama Hindu ( STAH) Dharma Sentana  Sulawesi tengah dibawah Pimpinan Bapak. Prof. DR.Ir. I Made Antara,M.P.
Pada tahun 2007 masih ada yang kurang lengkap dalam jajaran Pelinggih di Utama Mandala, dan juga atas petunjuk beberapa Sulinggih yang sempat Tangkil baik dari Palu maupun dari Bali agar ada Pelinggih yang disebut Pengelurah, akhirnya kami buat Pelinggih itu seperti yang ada sekarang.
Mengingat Tugas sebagai Pengempon Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi tengah, kami Gede Merthawan. S.Sos. M.Si yang telah menjabat dari tanggal 5 Januari 1982  beserta Sekretaris  Ir. Wayan Sukanta, demikian juga Bendaharanya dari Pertama : I Made Kondra, selajutnya Wayan Sri Utari,  Merlin dan Nyoman Budiarta, S.Pd, beserta seksi-seksi yang tetap setia, sehingga pada tanggal 30 Desember 2007, dalam Jabatan 24 tahun, atas Permintaan saya sendiri karena mata saya yang disebelah kiri tidak bisa melihat sampai detik ini oleh karena itu kami menyerahkan tugas tersebut kepada PHDI Provinsi Sulawesi Tengah, dan tugas Pengempon selanjutnya di Jabat oleh Bapak Nyoman Edy,BBA dan sekretarisnya I Made Tarka ,S.Pd.M.Si yang kebetulan beliau cukup lama menemani kami sebagai Wakil Ketua.
Demikian juga pada 2008 Lembaga Pendidikan Pasraman Jagat Natha mendapat bantuan GTT dari DIPA Pusat yang dikelola oleh Bimas Hindu Kanwil Departemen Agama provinsi untuk meningkatkan mutu Pendidikan Agama Hindu sebesar Rp. 2.400.000,-
Juga pada tahun 2008 dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan agama Hindu PAUD Widyalaya yang ada pada Saraswati Asram mendapat bantuan dana dari Dirjen Bimas Hindu, yang dikelola oleh Bimas Hindu Kanwil Departemen agama Provinsi Sulawesi Tengah sebesar Rp. 25.000.000,-
Kemudian untuk mengoptimalisasi tugas- tugas Yayasan Dharma Kerti Sulawesi Tengah, maka lembaga Pendidikan Agama Hindu Pasraman Jagat Natha Kota Palu yang dipinpin oleh dr. Ketut Suarayasa dan Sekretarisnya I Wayan Suarsa,S.Pd,M.Pd, lalu diadakan Pergantian Pengurus baru lembaga Pendidikan Agama Hindu Kota Palu pada tahun 2008 dan terpilih sebagai Ketua I Wayan Sudiana, S.Ag, M.Si. dan Sekretaris I Ketut Susila, S.Pd.H.
Dalam mengupayakan pembangunan Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah, yang mana di Bagian belakang Pura belum ada pagarnya sepanjang 67 M, Maka dalam wujud Bakti TNI Rakyat Membangun Kerukunan Umat Beragama pada tanggal, 15 Maret 2008 An, Warga Korem 132 Danrem 132/TO Bapak Kol.ARM .A.Agung Gde Suardana, S.IP.  memberikan Bantuan seluruhnya dan langsung dikerjakan sampai selesai.
Demikian juga pada tahun 2008 Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi tengah mendapat bantuan dari DIPA Dirjen Bimas Hindu melalui Bimas Hindu Kanwil Departemen Agama Provinsi Sulawesi Tengah sebesar Rp.40.000.000,-
18. Periode Tahun 2009 – 2011.
Pada tahun 2009 PAUD Widyalaya mendapat bantuan dari DIPA Pusat yang dikelola oleh Bimas Hindu Kanwil Departemen Agama Provinsi Sulawesi Tengah sebesar Rp. 7.500.000,-
Demikian Juga pada tahun 2009 melalui DIPA Bimas Hindu Kanwil Departemen Agama Provinsi Sulawesi Tengah, Prajapati Talise Palu mendapat bantuan sebesar Rp. 25.000.000,-
Demikian juga pagar dibagian Barat dari Lapangan Volly sampai di Belakang Suja Graha yang tadinya sudah ditembok tetapi banyak yang rusak akhirnya direnopasi kembali, yang merupakan aturan dari Korem 711 dan Kapolda Sulawesi tengah oleh Kombes Bapak Nyoman Yudayana. Sampai selesai.
Dalam rangka meningkatkan mutu Pendidikan Agama Hindu melalui Perguruan Tinggi, maka pada tahun 2009 melalui DIPA Kanwil yang dikelola oleh Bimas Hindu Kanwil Departemen Agama Provinsi Sulawesi Tengah, STAH Dharma Santana Sulawesi Tengah mendapat bantuan sebesar Rp. 100.000.000,- dan pada tahun 2010 juga mendapat dana dari DIPA Kanwil Kementrian Agama Provinsi Sulawesi Tengah sebesar Rp. 60.000.000,-
Pada tahun 2010 telah berhasil dibangun tempat  Pewaregan di nista Mandala dengan ukuran 6 X 10 M yang dipergunakan sebagai sarana masak memasak pada saat akan dilaksanakan Piodalan maupun kegiatan – kegiatan lainnya.
Demikian juga pada tanggal 12 desember 2010 dilaksanakan Loka Sabha III PHDI Kota Palu dan terpilih sebagai Ketua adalah Bapak Ir. Nyoman Dwinda dan Sekretarisnya I Made Lungayasa, S.Pd. MP.Kim. Untuk masa bakti 2010 – 2015.
Pada tanggal 23 Oktober 2010  Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah melaksanakan Piodalan Purnama Kelima, dan sebagai Ketua  Bapak Prof. Dr.Ir. Made Antara, MP. Dan Sekretaris I Gede Dibia, S.Pd. M.Si , berhasil melaksanakan Upacara Piodalan dalam bentuk Madyaning Utama, sampai upacara Ngenteg Linggih/Nyepuh yang dipuput oleh beberapa Ida Bawati dan Sulinggih dan dibantu oleh Pinandita yang ada di Palu. Sehingga Piodalan betul – betul amat meriah karena Umat Hindu yang nangkil memedek cukup banyak sampai persembahyangan umum dilaksanakan sampai tahap ketiga .Begitu Juga pada saat Piodalan hadir juga Bapak Dirjen Bimas Hindu kementrian Agama Prof.Dr.IBG.Yudha Triguna,MS, Rektor IHDN Denpasar waktu itu diwakili oleh PR.II, juga diramaikan oleh kesenian Calon Arang dari UHHI Denpasar, Pementasan Wayang Kulit, Juga dihadiri oleh Pihak RRI Bali ,Bali Tivi dan Mas Media lainnya yang merupakan rombongan Bali. Dan seusai Pementasan di Pura Besoknya juga melaksanakan Pementasan di Desa Tolai.
Demikian juga sejak Januari 2010 atas usaha ketua PHDI Provinsi Sulawesi Tengah Bapak Ir. Putu Surya dan Ketua Panitia Pembangunan Pura Bapak I Wayan Karnaya, ST, dan sekretarisnya I Wayan Suarmita, ST.MT berhasil merapungkan atap Milana Graha dari Aluminium, yang sumber dananya dari Donatur umat dan berbagai Pihak, juga dibantu dari Kas Pengempon Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah sebesar Rp. 50.000.000,-
Pada tanggal 6 Mei 2011 Kepengurusan Pengempon Pura Agung Wana Kertha “ Jagatnatha “ Sulawesi Tengah kembali diadakan pergantian Pengurus . Oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Sulawesi tengah . Adapun yang menjadi Pengurus Baru untuk masa bakti 2011 – 2014 adalah I Komang Pasek dan Sekretarisnya Agus Budi Wirawan, ST.M.Si
Demikian juga sebagai umat Hindu yang ada di Kota Palu merasa kehilangan Sosok orang tua/sesepuh dr.A.A. Ngurah Gede Djaya yang selama ini cukup banyak jasanya atau pengabdiannya dalam mengupayakan Pendirian Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah, karena beliau cukup lama menjadi Ketua Panitia Pembangunan Pura serta menanggulangi biaya - biaya Pembangunan dari dana pribadinya. Disamping kapasitas beliau  sebagai ketua PHDI Provinsi Sulawesi tengah, dalam melaksanakan pembinaan umat kedaerah – daerah Kabupaten sering menyumbang atas nama PHDI padahal semuanya itu dari dana pribadinya, sosok seperti ini sudah sepatutnya kita sebagai mampu meniru jejak beliau yang amat mulia ini, tepatnya pada tanggal 19 Januari 2011 bertepatan dengan hari Purnama dan bertepatan dengan upacara Pemelaspas Merajan Beliau di Rumah Sakit Budi Agung, beliau menghembuskan napas terakhirnya dirumah sakitnya sendiri usai melaksanakan olah raga bulu tangkis.
Dengan kepergian beliau tidak saja dirasakan oleh Umat yang ada di Kota Palu atau Sulawesi tengah, tetapi juga dirasakan oleh berbagai lapisan masyarakat yang ada di Kota, karena beliau masa hidupnya cukup ramah dan sosial terhadap siapa saja, bahkan malam harinya banyak sekali yang melayat beliau dirumah duka. Sehari sebelum beliau diberangkatkan kebali juga hadir Bapak Gubernur Sulawesi tengah HB. Paliudju memberikan sambutan sekaligus melepas jenasahnya untuk diberangkatkan ke Denpasar. Dan berselang beberapa harinya langsung diadakan upacara pengabenan di Denpasar.
Mengingat Kamar Mandi yang ada baru dua bilik, bila mana ada kegiatan Piodalan dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan di Pura banyak yang ngantre untuk air kecil/besar, maka untuk mengantisipasi masalah tersebut akhirnya sejak April 2011 mulailah dibangun Kamar Mandi sebanyak 5 ( Lima ) bilik yang dananya bersumber dari Kas Pengempon Pura maupun aturan dari umat Hindu yang ada di Kota palu.
Kemudian Pada tahun 2011 Lembaga pendidikan Agama Hindu Pasraman Jagat Natha Kota Palu mendapat bantuan dari Dirjen Bimas Hindu Kementrian Agama RI sebesar Rp. 60.000.000,- yang mana dana tersebut dipergunakan untuk pemasangan Plapon Pasraman.
Pembangunan di Arel Nista Mandala Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah tetap diupayakan, sejak bulan Mei 2011, karena lokasinya agak luas belum tertata dengan baik, lalu PHDI Kota Palu ( Ir. INyoman Dwinda ) merasa terpanggil untuk Ngaturang Ayah, melalui koordinasi dengan Panitia Pembangunan Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah, sehingga keluarlah SK PHDI Kota Palu mengenai Pembentukan Panitia Penataan Areal Nista Mandala yang ditunjuk sebagai Ketua Bapak I Wayan Sukayasa,SH, Sekretarisnya Ir. Made Muliawan, serta dilengkapi beberapa seksi-seksi. Berkat Kerja keras Panitia mengupayakan dana dari berbagai pihak baik dari Umat Hindu sendiri maupun diluar umat Hindu dan Instansi sehingga berhasil di bangun Lapangan Serba Guna/lapangan terbuka (Aoutdoor). Termasuk Penataan Kanti sebanyak 11 Blok dan Penataan Taman di areal Nista Mandala Pura Agung Wana Kerta Jagat Natha Sulawesi Tengah, yang direncanakan sebelum Piodalan sudah selesai 100%.
Mengingat Bak air yang telah ada selama ini tidak banyak menampung air, maka untuk mengantisipasi pada upacara piodalan yang dilaksanakan pada hari Purnama kelima yang jatuh pada tanggal 10 Nopember 2011, maka Pengempon Pura Agung Jagat natha Sulawesi Tengah, bekerja sama dengan Panitia Pembangunan Pura untuk menambah Bak Air diselah Bak Air yang telah ada dengan ukuran 7,5 X 3.20 dan tinggi 140 cm  dibangun sejak tanggal 20 Juli 2011. Adapun sumber dananya diambil dari Kas Pengempon Pura.
Demikian Profil sejarah Berdirinya Pura Agung Wana Kertha Jagat Natha Sulawesi Tengah yang dapat kami uraikan diatas secara rinci, mungkin ada hal – hal yang belum dapat kami uraikan walaun kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai data yang kami miliki, maupun data yang diperoleh dari teman – teman Umat Hindu yang diajak kerja pada masa itu. Sehingga dapt tersusunlah Profil ini. Atas bantuan dan Sumbangsih teman – teman dalam melengkapi Profil ini kami tak lupa haturkan banyak terima kasih, semoga Sanghyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmatnya kepada teman – teman sekalian. Apabila dalam Profil ini masih ada yang belum terkaper itulah keterbatasan kami, melalui kesempatan ini kami mohon maaf atas segala kekurangan yang kami miliki.
                                    Om Santih, Santih, Santih Om.
                    
                       
           
                                                            Palu, 10 Nopember 2011
           Namaste

           Gede Merthawan,S.Sos,M.Si
         

































Gambar 01. Padmasana Pura Agung Wanakertha dibuat
 pada tahun 1981-1982

















Gambar 02. Candi Kurung/Paduraksa dibangun pada tahun 1982-1983
                          























Gambar 03. Tembok penyengker Nista Mandala disepanjang Jln Jabal Nur
 pada tanggal 9 April 1988






























Gambar 04. Candi bentar di Jl. Jabal Nur dibangun pada tahun 1993/1994


























Gambar 05. Bak Air dibangun pada tahun 1993/1994

























Gambar 06. Gedong Simpen dibangun pada tahun 1996-1997




























Gambar 07. Balai Pepelik dibangun pada tahun 1996/1997





















Gambar 08. Balai Pawedan dibangun pada tahun 1996/1997


























Gambar 09. Bale Gong dibangun pada tahun 1996-1997






















Gambar 10. Tempat Petirtan/Beji dibangun pada tahun 1998-1999































Gambar 11. Bale Kulkul dibangun pada tahun 1998-1999 haturan
































Gambar 12. Gedung/Wantilan Milana Graha dibangun pada tahun 1998



















Gambar 13. Tembok Penyengker Madya Mandala dibangun
 pada tanggal 27 Mei 1999






























Gambar 14. Suja Graha dibangun pada tahun 1999




























Gambar 15. Bale Agung/pesanegan Madya Mandala
dibangun pada tahun 1999























Gambar 16. Candi Bentar di Madya Mandala dibangun pada tahun 2000-2001




























Gambar 18. Patung Bedogol dibangun pada tahu 2000/2001



























Gambar 19 Lapangan Voly dibangun pada tahun 2002












Gambar20. Lembaga Pendidikan Aagama Hindu ( Pasramana Jagatnatha)
Kota Palu dibangun tahun 2004































Gambar 21. Pembangunan Gedung Lembaga Pendidikan Agama Hindu
 ( Pasramana Jagatnatha ) Kota Palu dibantu berdasarkan
 Dana Blok Grand pada tahun 2006
























Gambar 22. Pengelurah dibangun pada tahun 2007






















Gambar 23. Tembok Penyengker dibagian belakang Pura dibangun
 pada tanggal 15 Maret 2008























Gambar 24 Balai Pewaregan dibangun pada tahun 2010






















Gambar 25. Penataan Areal Nista Mandala Lapangan serba guna/aoutdoor,
Taman dan Penataan Kantin dibangun pada tahun 2011

































Gambar 26. Pembangunan Kamar Mandi/WC  sebanyak 5 Bilik tahun 2011


























Gambar 27. Bak Penampungan air dibangun tahun 2011













1 komentar:

  1. kenapa tidak bisa dicopy-paste ya? padahal sy ingin menjadikan sumber ini sebagai referensi

    BalasHapus