Dalam tradisi masyarakat Bali di beberapa tempat ada kebiasaan untuk
menarikan Sesuhunan yang disungsung di tempat yang bersangkutan sebelum
Beliau disineb. Kisah yang diambil dalam menarikan (sesolahan) Sesuhunan
biasanya adalah kisah calonarang yang terkenal aura mistisnya. Penonton
kadang-kadang tidak berani beranjak pulang sebelum kisah ini selesai
dibawakan.
Salah satu peran yang sangat vital adalah peran untuk mundut Sesuhunan
untuk ditarikan. Peran ini disamping membutuhkan skill tari yang bagus
juga membutuhkan olah batin dan kepasrahan yang tinggi untuk
melakukannya.
Dalam tulisan ini akan diceritakan pengalaman seorang yang terbiasa untuk mundut Sesuhunan dalam pentas calonarang tersebut.
Sebut saja nama Beliau Aji S, pria berbadan tegap ini sudah terbiasa
mendapat tugas untuk mundut Sesuhunan apabila dilakukan pentas
calonarang di desa Beliau. Tugas ini memberikan Aji S berbagai
pengalaman yang tidak terbayangkan sebelummnya.
Aji S bilang bahwa ilmu pengleakan ternyata pada saat ini sudah
diturunkan ke generasi muda, ini Aji S dapatkan ketika mundut Sesuhunan
keliling desa. Saat perjalanan mundut sesuhunan tersebut masyarakat
sangat antusias untuk mengikutinya, nah disanalah Aji S menyaksikan
bahwa para abg-abg di desa Beliau ternyata sebagian sudah mengerti
dengan ilmu leak. Ini dibuktikan bahwa kalau dilihat lewat 'penyingakan'
(penglihatan) Sesuhunan (maksudnya lewat mata topeng) maka para abg
tersebut terlihat memiliki mata yang bersinar yang menandakan bahwa
mereka setidaknya pernah bersinggungan dengan ilmu leak. Dengan
berkelakar Aji S bilang jangan takut ilmu leak akan kehilangan pengikut.
Pengalaman lain yang tidak kalah menarik adalah bahwa leak manca warna
yaitu leak putih, barak, kuning, selem dan brumbun yang Beliau panggil
atas nama Sesuhunan memang benar-benar hadir dan ikut mengiringi
Sesuhunan kemanapun Sesuhunan tersebut di-pundut. Leak-leak tersebut
merupakan leak yang bukan jelmaan manusia, jadi sifatnya adalah leak
baik-baik atau disebut juga leak Brahma.
Ketika didesak pengalaman yang paling tegang waktu Aji S mundut
Sesuhunan, pria ini diam sejenak dan mengambil nafas dalam-dalam. Dengan
suara lirih Aji S bilang bahwa pernah suatu saat ketika Mundur
Sehusuhan, ada orang yang bermaksud tidak baik dan sangat berani nantang
Sesuhunan.
Peristiwa tersbut terjadi ketika Aji S sedang mundut Sesuhunan,
tiba-tiba badannya seperti bergerak sendiri dan susah dikendalikan. Para
penonton dan pengabihnya menjadi tercengang ketika Aji S sambil mundut
Sesuhunan bisa melompati tembok Pura yang tingginya sekitar 2.5 Meter
tanpa kesulitan dan terus berlari ke arah Timur.
Menurut Aji S, tiba-tiba saja ada kekuatan yang merasuki dirinya dan
membuat Aji S mampu untuk melompati penyengker tinggi tersebut. Seperti
ada medan magnit yang menarik badannya, maka Aji S terus berlari ke
Timur.
Di Timur ternyata dalam penglihatan Aji S sudah menunggu manusia raksasa
berwarna putih yang tingginya hampir mencapai langit. Sedemikian
besarnya manusia atau raksasa itu sehingga Aji S dengan jelas dapat
melihatnya. Tanpa dapat dikendalikan, tangan Aji S bergerak-gerak
seolah-olah memukul kearah manusia raksasa tersebut.
Setiap gerakan pukulan yang dilakukan, terlontarlah bola api dari kain
rurub Sesuhunan yang selalu dibawa dalam setiap pentas dan merupakan
perlengkapan dari Sesuhunan menuju manusia raksasa tersbut. Kain
tersebut berisi rerajahan yang bersifat magis.
Belasan bola Api yang terlontar dengan sangat dahsyat mengenai manusia
raksasa tersebut. Pada tahap awal, manusia raksasa terssebut masih mampu
bertahan, bahkan tertawa meledek. Namun seiring dengan semakin
gencarnya lontaran bola api tersebut, maka manusia raksasa tersebut
mulai kewalahan dan akhir nya tumbang dan segera melarikan diri. Aji S
baru yakin bahwa akan dahsyatnya kekuatan kain rurub tersebut.
Aji S akhirnya dapat mengendalikan tubuhnya kembali begitu manusia
raksasa tersebut melarikan diri. Para pengabihnya segera menuntun Beliau
untuk kembali ke Pura dan melanjutkan pentas calonarang.
Besoknya Aji S mendengar kabar bahwa salah seorang tokoh di desa tetangga telah meninggal dunia tanpa sebab yang jelas.
Aji S hanya bisa bersyukur atas perlindungan yang telah Sesuhuhan
berikan dimana Sesuhunan terjun langsung untuk menghadapi gangguan waktu
pentas calonarang.
Pesan Aji S adalah, janganlah kita usil terhadap pentas calonarang
apalagi yang bertujuan untuk Mundut Sesuhunan karena yang akan dihadapi
adalah Sesuhunan secara langsung sehingga kalau usil akan fatal
akibatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar