Kamis, 28 Juni 2012

MAKNA 108


 
Angka 108 merupakan angka keramat bagi pemeluk Hindu di mana:
1. 1+0+8 = 9 berkaitan dengan pangider-ider Dewata Nawa Sangga (sembilan Dewa yang menyangga bumi dari arah mata angin)
ARAH MATA ANGIN
BETHARA
Timur Iswara
Tenggara Mahesora
Selatan Brahma
Barat Daya Rudra
Barat Mahadewa
Barat Laut Sangkara
Utara Wisnu
Timur Laut Sambu
Tengah Siwa (Siwa-Sada Siwa-Parama Siwa)

2. Mitologi Sang Ratnakara, perampok dan pembunuh sadis yang hidup sekitar 3000 tahun Sebelum Masehi di India, sudah merampok dan membunuh 108 pendeta.
Suatu hari ia bertemu seorang pendeta, ketika hendak dibunuh, pendeta itu menghilang, demikian berkali-kali sehingga dia sadar bahwa itu bukan pendeta biasa; dia pun terduduk dan mohon ampun ke hadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa.
Turunlah Bethara Siwa yang tadi menyamar sebagai pendeta. Bethara Siwa mau memberi pengampunan bila Sang Ratnakara mau bertobat dan terlebih dahulu bertapa selama 100 tahun. Sang Ratnakara bersedia melaksanakan perintah, dan dia pun bertapa, sampai sekujur tubuhnya ditumbuhi lumut dan menjadi sarang semut.
Pada hari ke 100 tahun turunlah Bethara Brahma membangunkan tapa-nya dan memberi penugerahan, selanjutnya Bethara Wisnu memberikan pelajaran ke-dharma-an.
Lama kelamaan Sang Ratnakara di-Diksa sebagai Bhagawan Walmiki. Ketika Walmiki masuk sorga, salah satu pertimbangan-Nya adalah karma yang berupa dosa membunuh 108 pendeta sudah imbas dengan karma mulia yang dilaksanakannya setelah menjadi Wiku/ Bhagawan.
Ini dapat disimpulkan bahwa sejahat-jahatnya manusia, bila suatu ketika ia sadar dan bertobat serta menyerahkan dirinya secara utuh ke hadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa selamanya, maka Beliau akan mempertimbangkan antara dharma dan adharma karma manusia tersebut.

Rabu, 27 Juni 2012

Tata Cara Melukat

.
Trayas trimsad devatas
Jugupur apsu-antah
[Atharva Veda XIX.27.10]

- Tiga-puluh-tiga [jumlahnya] dewata ada dalam air suci di alam dan melindungi umat manusia.

PENJELASAN

Keseluruhan alam semesta ini adalah rangkaian samudera energi [Prakriti] yang maha luas. Rig Veda menyebutkan, “Aditer dakso ajayata, daksad uaditih pari” [dari materi asalnya energi dan dari energi asalnya materi]. Ini teori yang sama dengan teori E=mc2 yang ditulis oleh Einstein.  Pohon, batu, awan, gunung, dll, semuanya adalah serangkaian energi yang berwujud materi. Tubuh dan pikiran kita-pun juga serangkaian energi. Kita makan dan minum adalah manifestasi sederhana dari merubah materi [makanan dan minuman] menjadi energi.

Banyak orang yang bertanya-tanya mengapa perasaan mereka tidak tentram, gelisah, mudah marah, mudah mengantuk, mudah lelah, sakit kepala, mimpi-mimpi intens, sakit-sakitan, merasa kacau, dll. Ini semua disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan aliran energi dalam tubuh kita, dimana potensi energi untuk semua hal itu ada dalam diri kita. Sehingga kita perlu mencerai-beraikan energi-energi negatif yang menghambat di dalam diri kita melalui bantuan energi-energi alam semesta yang suci.

Melukat adalah salah satu ciri khas spiritualisme Hindu. Sebab melukat telah ada sejak jaman Veda, dimana dalam Veda sendiri tentang melukat ada dibahas dalam belasan sloka. Tapi dalam agama lain juga ada, seperti misalnya dalam tata cara Buddha di Tibet dan Kamboja.  Melukat adalah menerima pembersihan dan penyembuhan langsung dari Ibu pertiwi dan Bapak alam semesta. Medianya adalah air, karena air di alam berfungsi sebagai media penghantar dan sekaligus sumber vibrasi energi suci alam semesta yang sangat baik. Energi-energi negatif yang menghambat di dalam diri kita dicerai-beraikan, untuk kemudian diselaraskan dengan energi alam semesta yang suci. Fenomena ketidakseimbangan aliran energi ini sendiri bisa dideteksi sejak awal mula sekali, melalui kondisi kesehatan kita dan bagaimana riak-riak emosi dan perasaan kita sendiri.

Tata Cara Mebanten



Hindu Dharma di Nusantara identik dengan mebanten atau persembahan. Misalnya di Pulau Bali, selama ribuan tahun setiap harinya jutaan persembahan yang dihaturkan. Setiap kali kita mendapatkan sesuatu yang baik [habis panen di sawah, sembuh dari sakit, naik gaji, anak tamat sekolah, dll] yang pertama kali dipikirkan adalah berterimakasih dengan menghaturkan persembahan [mebanten]. Demikian juga dalam setiap putaran waktu yang sakral [rainan] kita menghaturkan persembahan.

Dan hal ini bukannya tidak ada efeknya. Bagi orang-orang yang mata bathinnya sudah terbuka, akan bisa melihat vibrasi kosmik kesucian dan kedamaian di Pulau Bali sungguh luar biasa.

-- HAKIKAT MEBANTEN --

Alam semesta berada dalam pengaruh vibrasi energi kosmik yang bersifat tri guna [tiga sifat alam], yaitu : sattvam, rajas dan tamas. Sehingga tidak hanya manusia yang memiliki tingkatan-tingkatan spiritual, tapi alam sekitar lingkungan kita juga. Ketika kita melakukan persembahan, vibrasi sattvam yang muncul dari persembahan mengurai vibrasi unsur rajas-tamas di alam. Meningkatnya vibrasi unsur sattvam di alam memurnikan vibrasi kosmik alam sekitarnya.

Bisa dikatakan bahwa landasan pokok dari mebanten adalah perwujudan rasa terimakasih, rasa hormat dan welas asih, ke semua arah dan ke semua loka [alam semesta]. Karena kita semua adalah jejaring kosmik yang tunggal. Hal ini diwujudkan dalam mebanten atau persembahan, dengan dua unsur pokok yaitu YANTRA dan MANTRA.

Canang sari, segehan, dll, seperti termuat dalam Lontar Yadnya Parakerti, adalah sebentuk YANTRA, yaitu simbol-simbol mistik yang berfungsi sebagai kanal [saluran] penghubung dengan para dewa-dewi dan Brahman. Yantra adalah sebuah tehnologi spiritual. Yantra mewujudkan simbol-simbol suci dari misalnya alam semesta, kesadaran, para dewa-dewi, dll. Simbol-simbol ini dalam banten [seperti halnya yantra], diwujudkan dalam tata letak perpaduan warna, bunga-bunga, biji-bijian dan unsur-unsur lainnya dalam banten.

Tips menghapus Sad Ripu Bag. 6 : MOHA [Bingung / Putus Asa / Resah / Takut]


Rasa bingung, putus asa, resah atau takut merupakan reaksi bathin terhadap apa yang disebut oleh pikiran sebagai bahaya hidup ataupun juga ketidakpastian. Sebuah perkawinan yang membosankan, gangguan kesehatan yang kronis, pengangguran yang berkepanjangan, masalah keuangan, dll. Ketika tampaknya keadaan buruk yang kita alami, tidak akan pernah membaik. Akan tetapi kita harus sadar bahwa hidup ini memang demikian adanya. Dalam kehidupan semua orang melewati bahagia dan sengsara, pernah dipuji dan direndahkan, melewati sakit dan sehat, pernah sukses dan gagal, dll. Karena demikianlah kehidupan.

Dalam ajaran dharma, munculnya perasaan gelisah, bingung, bosan, putus asa, resah atau takut, itu tanda-tanda di dalam bathin kita masih ada banyak noda. Noda manapun kita tidak punya pilihan lain selain dibersihkan. Dalam bahasa kosmik, munculnya moha membawa pesan yang jelas bahwa kita telah jauh dari realitas diri yang sejati. Karena jika semua tindakan kita lakukan dengan bathin yang cukup bersih saja, maka benih-benih moha lenyap dengan sendirinya.

BAGAIMANA MENGATASI MOHA

1. Dayadvham dan Datta : Welas asih dan kebaikan.

Pada umumnya, dasar pertama penyebab moha adalah karena sikap mementingkan diri sendiri, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Kita sangat kurang memiliki sifat kerelaan diri, untuk kebahagiaan mahluk lain. Sehingga mengembangkan sifat penuh welas asih dan kebaikan [tanpa syarat] adalah sarana terbaik untuk melenyapkan moha.

Tips menghapus Sad Ripu Bag. 5 : LOBHA [ketidakpuasan / serakah]

Orang yang serakah hidupnya resah, gelisah, sering mengeluh dan marah-marah. Ujung-ujungnya sengsara dan jauh dari paramashanti. Kalau mau kehidupan dan kematian yang damai dan bahagia, hendaknya keserakahan ini kita tiadakan dari dalam bathin.



AKAR PENYEBAB LOBHA [SERAKAH]

1. Tunduk kepada hawa nafsu keinginan.

Kita menjadi serakah karena tunduk kepada hawa nafsu keinginan. Keinginan liar, tidak pernah puas. Ketika sudah bisa punya sepeda motor, ingin punya mobil. Ketika sudah bisa punya rumah kecil, ingin punya rumah mewah. Yang sudah menikah, ingin punya istri atau suami yang ideal. Ketika bisa punya uang satu juta, ingin punya uang lima juta. Keinginan kita selalu tidak terpenuhi. Kita seperti berkejaran dengan bayangan sendiri. Kalau bayangan kita kejar, tentu kita tidak akan pernah ketemu.

2. Bathin yang diguncang oleh dualitas.

Kita mau hidup senang dan tidak mau hidup susah, mau yang menyenangkan dan tidak mau yang tidak menyenangkan, mau dihormati orang dan tidak mau tidak dianggap. Padahal tidak ada hidup yang seperti itu. Dalam kehidupan ini semua orang melewati bahagia dan sengsara, pernah dipuji dan direndahkan, melewati sakit dan sehat, pernah sukses dan gagal, dll. Karena demikianlah kehidupan, selalu ada Rwa Bhinneda.

Tips menghapus Sad Ripu Bag. 4 : MADA [mabuk / sombong / angkuh]



Ada berbagai jenis mabuk pikiran atau sombong [angkuh] ini, yaitu misalnya : Surupa [mabuk pikiran karena keunggulan tubuh fisik seperti : tampan, cantik, kuat], Dhana [mabuk pikiran karena keunggulan material, seperti : banyak uang, kaya, punya mobil baru, punya HP canggih, punya baju mewah], Guna [mabuk pikiran karena keunggulan pemikiran seperti : kecerdasan, kesucian, kebenaran agama], Kulina [mabuk pikiran karena identitas diri seperti : status sosial, garis keturunan / kasta, jabatan tinggi, jasa-jasa], Sura [mabuk pikiran karena makanan atau minuman yang mengganggu kesadaran seperti : minuman keras, narkoba], dll berbagai bentuk mabuk lainnya.

Tapi apapun bentuk mada [mabuk / sombong / angkuh] ini, adalah hal yang bisa menjadi batu penghalang menuju cahaya bathin yang terang. Dalam bathin manusia ada unsur bhuta kala [ashuri sampad] dan ada unsur dewa [daiwa sampad]. Nah, unsur mana yang lebih dominan kita sendiri yang memilih. Rendah hati menghidupkan unsur-unsur dewa dalam bathin kita, sombong dan menghina menghidupkan unsur-unsur ashura dalam bathin kita. Sekarang kita pilih sendiri : unsur mana yang mau dihidupkan ? Kalau unsur bhuta kala [ashuri sampad] yang kita hidupkan, jangankan setelah mati, sekarangpun kita akan bertemu neraka. Kalau unsur dewa [daiwa sampad] yang kita hidupkan, kita akan bertemu surga saat ini juga. Sehingga sudah selayaknya kita selalu bersikap rendah hati, agar kemudian kita bisa mulai berjalan menuju jalan yang terang.

BAGAIMANA MENGELOLA KESOMBONGAN YANG MUNCUL DALAM BATHIN

1. Selalu hati-hati dan waspada dengan segala hal yang bisa membuat ego [ahamkara] kita naik.

Orang yang punya kelebihan-kelebihan, dia sering dipuji dan dihormati. Salah satu yang musti kita waspadai dari dipuji dan dihormati : harga diri kita naik. Dan harga diri yang naik ini yang menjadi sumber kesombongan dan banyak keributan. Ketika harga diri ini naik dan kemudian tidak terpuaskan, kita mudah tersinggung dan suka bikin ribut. Orang-orang yang cenderung sering bikin ribut dan rusuh umumnya ciri-cirinya satu : memberikan harga tinggi terhadap dirinya. Setiap orang yang memberikan harga tinggi terhadap dirinya : dia akan gampang kecewa, dia mudah tersinggung atau bahkan marah-marah dan yang paling berbahaya : BIKIN RIBUT dan RUSUH.

Tips menghapus Sad Ripu Bag. 3 : KAMA [hawa nafsu / keinginan]



MENGELOLA HAWA NAFSU / KEINGINAN UNTUK STANDAR ORANG BIASA

Untuk orang biasa seperti kita [bukan orang suci : yogi, pertapa, pemangku, pandita], keinginan memiliki dua wajah yang berbeda :

1. Sebagai energi pendorong yang menggerakkan diri kita sehingga bisa mengalami kemajuan.
2. Sebagai jebakan / perangkap kehidupan.

Sebagai orang biasa [orang duniawi], bisa dimaklumi kalau kita didorong oleh banyak keinginan, terutama dalam kaitan melaksanakan svadharma [tugas kehidupan] kita sendiri. Yaitu sebagai suami / istri, sebagai orang tua, sebagai pelajar, sebagai anggota masyarakat sosial, dll. Dengan satu catatan : hindari keinginan itu tidak lagi berfungsi sebagai energi pendorong untuk hal yang baik dan mulia, tapi menjadi perangkap kehidupan.

Bagi orang biasa seperti kita, keinginan tidak selalu jelek atau buruk, asal kitalah yang mengendalikan keinginan itu dan bukan kita yang dikendalikan oleh keinginan. Misalnya : keinginan punya banyak uang bisa membuat kita bekerja tekun dan keras lalu menjadi kaya, tapi kalau sudah kita yang dikendalikan oleh keinginan : kita melakukan korupsi, mencuri atau menipu. Nafsu seks bisa membuat hubungan suami-istri menjadi indah dan harmonis, tapi kalau sudah kita yang dikendalikan oleh nafsu seks : kita selingkuh atau cari istri lagi. Keinginan untuk bermain atau bersenang-bersenang bisa membuat kita gembira, tapi kalau sudah kita yang dikendalikan oleh keinginan : tugas-tugas kita terabaikan, lalu semuanya jadi berantakan. Dll.

Hawa nafsu dan keinginan memiliki banyak wajah. Ada keinginan untuk memiliki uang dan benda materi, keinginan untuk memuaskan indriya [badan], keinginan untuk bersenang-senang, keinginan untuk memiliki kekuasaan, keinginan untuk dihormati orang, keinginan untuk dicintai, dll. Tapi apapun bentuk keinginan tersebut, kalau kita tidak berhati-hati, semuanya bisa menjeruskan kita ke dalam jurang kegelapan bathin. Coba perhatikan orang yang mengikuti hawa nafsu dan keinginannya habis-habisan. Seks yang se-enak-enaknya, makan yang se-enak-enaknya, ingin dihormati semua orang, dll. Hidupnya pasti berguncang, tidak tenang, gelisah.

Tips menghapus Sad Ripu Bag. 2 : KRODA [kemarahan / kebencian]



PEMAHAMAN YANG BENAR

Langkah penting pertama adalah belajar memahami situasi secara benar. Kalau cara memandangnya benar kita melangkahnya akan benar, kalau cara memandangnya salah kita melangkahnya juga salah. Kita akan melangkah menjadi baik, kalau cara memandang kita baik. Di bawah ini adalah cara memandang secara baik dan benar.

A. Mereka orang yang sedang melakukan kebaikan kepada kita

1. Kalau ketemu orang yang mencaci, menghina dan menyakiti kita, lihatlah mereka sebagai ORANG BAIK. Mereka menyediakan dirinya untuk menjadi guru dharma tertinggi untuk kita secara gratis. Karena orang yang mencaci, menghina dan menyakiti kita, mereka sesungguhnya sedang membuat kita menjadi sabar dan bijaksana. Tidak mungkin kita menjadi sabar dan bijaksana hanya dengan paham dan hafal buku suci. Tidak mungkin kita menjadi sabar dan bijaksana hanya dengan belajar dari satguru. Kesabaran dan kebijaksanaan paling mungkin diajarkan oleh orang yang mencaci dan menyakiti kita. Tapi dengan syarat, kita bisa diam dan tidak marah. Sebab kualitas bathin kita tidak mungkin bisa bertambah bersih kalau kita tidak pernah dicaci, dihina dan disakiti. Sehingga orang yang mencaci, menghina dan menyakiti kita bukanlah racun dalam kehidupan kita, tapi kekuatan kebaikan yang membukakan cahaya kesadaran di dalam diri kita.

2. Kalau ketemu orang yang mencaci, menghina dan menyakiti kita, lihatlah mereka sebagai ORANG BAIK. Sebab hanya untuk membuat kita menjadi sabar dan bijaksana, mereka rela menanggung karma buruk dari perbuatan mereka itu.

Kalau ”orang jahat” saja bisa kita lihat sebagai orang baik, tidak ada tempat di segala penjuru semesta ini yang tidak menghadirkan Hyang Widhi.

3. Kalau ketemu orang yang mencaci, menghina dan menyakiti kita, lihatlah mereka sebagai ORANG BAIK. Sebab mereka menyediakan barometer gratis untuk mengukur kualitas kebersihan bathin kita sendiri. Kalau kita belum bisa memancarkan cahaya welas asih dan kebaikan kepada orang-orang yang menyakiti kita, itu pertanda bathin kita belum sepenuhnya bersih. Karena jiwa yang bersih sempurna, dia bisa memancarkan kasih sayang bahkan kepada orang yang mencaci, menghina dan menyakiti.

Tips menghapus Sad Ripu Bag. 1 : MATSARYA [iri hati / dengki]



Iri hati adalah jenis kekotoran bathin yang paling gelap. Kalau dalam pikiran kita masih ada rasa iri hati, itu pertanda kekotoran bathin kita masih sangat pekat. Apalagi kalau sudah terkena "penyakit SMS" [susah melihat orang senang, senang melihat orang susah]. Dan kalau kita tidak mau kehidupan maupun kematian yang juga gelap, ini musti cepat-cepat kita bersihkan.

Mengapa disebut kekotoran bathin masih sangat pekat ? Coba bayangkan bila kita berhadapan dengan orang yang masih kuat iri hati-nya seperti ini -yang kekotoran bathin-nya masih sangat pekat-, kita dibuat serba salah. Kalau kita lebih rendah, dia akan menghina. Kalau kita sederajat, dia akan bersaing. Kalau kita lebih tinggi dia akan iri hati. Semua tindakan atau posisi kita menjadi serba salah. Sehingga hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah diam sempurna.

MENGELOLA IRI HATI / DENGKI UNTUK STANDAR ORANG BIASA

1. RASA IRI HATI ITU DILAWAN. Caranya macam-macam, misalnya rasa iri hati itu diperangi dengan ajaran agama, atau diperangi dengan takut hukum karma. Kalau cocok silahkan gunakan cara ini. Akan tetapi seringkali cara ini kurang efektif, karena cara ini menciptakan konflik baru di dalam bathin kita.

Kutipan dari Katha Upanishad : Kesadaran, pikiran dan indriya.

KATHA UPANISHAD - BAB I, BAGIAN 3 [Adhyaya I, Valli 3]



[Sloka 1]
ṛtam pibantau sukṛtasya loke guhᾱm praviṣṭau parame parᾱrdhe,
 chᾱyᾱ-tapau brahma-vido vadanti, pañcᾱgnayo ye ca tri-ṇᾱciketᾱḥ.

Seperti cahaya dan bayangan, ada dua kesadaran. Satu disini di bumi tunduk kepada hukum semesta karena keinginannya, yang satu lagi seolah tersembunyi di tempat rahasia yang tidak terbayangkan. Demikianlah kata orang bijak yang mengetahui Brahman, yang memelihara lima api dan tiga api naciketa.

[Sloka 2]
yas setur ījᾱnᾱnᾱm akṣaram brahma yat param, abhayam titīrṣatᾱm pᾱram nᾱciketaṁ śakemahi.

Kita selayaknya mengendalikan api naciketa. Karena ia ibarat jembatan bagi mereka yang melaksanakan jnana yajna, guna mencapai daratan yang lebih jauh, yang tidak terjangkau oleh rasa takut. Jembatan menuju Brahman, yang tidak terpengaruh oleh waktu dan tidak terbatas.

[Sloka 3]
ᾱtmᾱnaṁ rathinaṁ viddhi, śarīraṁ rathameva tu:
buddhiṁ tu sᾱradhiṁ viddhi, manaḥ pragraham eva ca.

Ketahuilah perumpamaan [kereta kuda] ini. Atman adalah apa yang tersembunyi di baik seluruh fenomena kereta kuda, badan fisik kita adalah kereta kuda, kesadaran adalah kusir kereta kuda dan pikiran adalah tali kekang yang mengendalikan arah kereta kuda tersebut.

[Sloka 4]
indriyᾱṇi hayᾱn ᾱhur viṣayᾱṁs teṣu gocarᾱn,
ᾱtmendriya-mano-yuktam bhoktety ᾱhur manīṣiṇaḥ.

Indriya-indriya adalah kuda-kuda dari kereta, obyek-obyek indriya adalah jalanan yang ditempuh. Apa yang dipersepsikan oleh badan fisik, indriya dan pikiran - orang bijak menyebutnya sebagai “sang aku” yang menikmati.

Tips Meditasi Raja Yoga


Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa saran teknis dalam melakukan meditasi bagi para yogi.

1. Pikiran yang melompat kesana-kemari.

Seorang yogi pemula [orang yang baru belajar meditasi] umumnya benci pikiran yang melompat kesana-kemari. Sehingga dalam meditasinya dia "melawan" pikiran yang melompat kesana-kemari tersebut. Karena dalam persepsinya, pikiran yang melompat kesana-kemari adalah salah. SEBENARNYA TIDAK SEPERTI ITU.

Pikiran kita memang punya kecenderungan melompat kesana-kemari. Karena sifat dasar pikiran sebelum kita menjadi "sadar" adalah dia melompat kesana-kemari. Hal ini sama dengan sifat dasar air yang basah, sifat dasar api yang panas atau sifat dasar dari samudera yang bergelombang. Mereka yang menolak / melawan pikiran yang melompat kesana-kemari, sama dengan menolak basahnya air, menolak panasnya api atau menolak gelombang samudera. TIDAK BISA. Semakin kita menolak atau marah dengan pikiran yang melompat kesana-kemari, meditasi kita akan menjadi semakin kacau.

Sehingga, jangan menolak atau melawan pikiran yang melompat kesana-kemari. Karena sifat dasar pikiran sebelum kita "sadar" memang seperti itu : melompat kesana-kemari. Apapun bentuk pikiran yang datang : sadari saja, terima [jangan dilawan / ditolak] dan biarkan dia lewat dengan sendirinya.

Belajar sendiri meditasi [Pranayama Dhyana] di rumah



Di negara-negara barat [eropa dan amerika], yoga dan meditasi setiap tahun tingkat pertumbuhannya pesat sekali. Selain karena pencarian akan makna hidup dan kedamaian bathin, juga karena orang barat mulai sadar akan manfaat yoga dan meditasi yang begitu baik bagi mental dan spiritual. Hal ini mungkin patut dijadikan bahan renungan bagi kita semua, orang barat belajar yoga dan meditasi, tapi sebagian dari kita penganut Hindu malah meninggalkan kekayaan spiritual kita ini. Sehingga ada baiknya, bila ada sebagian dari kita yang belum pernah belajar meditasi, bisa belajar meditasi melalui Rumah Dharma.

Ada banyak sekali tehnik meditasi. Dan meditasi yang akan kita pelajari ini adalah Pranayama Dhyana, salah satu tehnik meditasi tertua di India [sudah ada setidaknya sejak jaman Veda]. Meditasi ini demikian sederhana, sehingga bisa dipelajari sendiri di rumah.

SEBELUM MEDITASI

Sebelum memulai meditasi, ucapkanlah Gayatri Mantra.

Dan kita mulai meditasi dengan suatu tekad, kita meditasi tidak hanya untuk diri kita sendiri, tapi juga meditasi untuk semua mahluk. Dengan meditasi bathin kita menjadi damai, tenang-seimbang dan bahagia, serta kecenderungan negatif kita seperti kemarahan, kebencian, kesombongan, dll, akan jauh berkurang. Dengan lebih sedikit marah dan benci, kita lebih sedikit melukai hati dan perasaan mahluk lain. Dengan lebih rendah hati, kita bisa menghormati orang lain dan menghormati perbedaan secara lebih baik. Dengan lebih sedikit serakah, kita lebih sedikit membuat orang lain menderita. Dengan lebih tenang-seimbang, kita lebih sedikit membunuh nyamuk dan serangga, dll-nya. Dengan kata lain, kembali ke awal, meditasi kita mulai dengan suatu tekad, kita melaksanakan meditasi tidak hanya untuk diri kita sendiri tapi sekaligus juga untuk semua mahluk.

Pohon Raja Yoga

Dalam buku-buku vedanta, Raja Yoga berarti jalan-jalan meditatif. Dalam bahasa simbolik, disebutkan pohon adalah roh seorang yogi [pertapa]. Sebagai mana yang kita tahu, umumnya pohon selalu tumbuh bergerak mencari cahaya matahari. Begitu pula dengan penekun Raja Yoga, suatu hari seorang penekun Raja Yoga akan menemukan cahaya-Nya. Pohon sebenarnya maupun pohon Raja Yoga, tumbuh dengan indah mulai dari lahan sampai kemudian puncaknya menghasilkan buah. Dan itulah yang akan kita bahas, yaitu : pohon sebagai simbolik perjalanan meditatif.



1. LAHAN POHON Raja Yoga [bagaimana kita mengisi keseharian kita sendiri sehari-hari].

Raja Yoga yang manapun, tidak akan pernah terealisasi sempurna tanpa mempraktekkan Tri Kaya Parisudha [pikiran bersih, perkataan bersih dan perbuatan bersih], Dayadhvam [welas asih] dan Datta [kebaikan] dalam kehidupan kita sehari-hari.

Menjadi baik jauh lebih penting daripada menjadi benar, karena begitu kita serius melakukan kebaikan, kebaikan inilah yang akan membimbing kita menuju kebenaran. Teroris berani membunuh banyak orang karena merasa dirinya benar. Amerika berani menyerang Afganistan dan Irak karena merasa dirinya benar. Hal itu menunjukkan kebenaran sangat sangat berbahaya kalau tidak dibimbing oleh kebaikan. Sebaliknya kebenaran menjadi indah dan bercahaya kalau dia dibimbing oleh kebaikan.

Isilah keseharian kita dengan kebaikan dan welas asih, disertai dengan pikiran bersih, perkataan bersih dan perbuatan bersih. Sebab inilah salah satu rahasia jalan spiritual. Perbaiki diri kita di sektor ini dan kemanapun kita melangkah akan mudah bergetar secara spiritual dan mudah terhubung dengan wilayah-wilayah kemahasucian.

Selasa, 26 Juni 2012

Sifat penuh kebaikan [Datta]



Dunia ini penuh dengan konflik. Kemarahan, kebencian, kesalahpahaman, terorisme, perceraian, perampokan, persaingan, perkelahian, berebut kebenaran [ingin disebut paling benar dan paling suci] dan peperangan ada dimana-mana.

Para pemimpin yang diharapkan bisa mengurangi semua ini, ternyata sebagian besar malah memperumit keadaan dan kemudian memicu konflik-konflik baru. Agama yang disebut sebagai satu-satunya jalan keluar juga sama saja. Ia yang diharapkan bisa menjadi penyejuk dan peneduh, pada banyak kasus malah menjadi sumber pembenaran dari kesombongan, kebencian dan kekerasan.

Ini adalah pertanda, kita tidak punya banyak harapan keselamatan yang datang dari “luar” dan hanya punya satu sumber keselamatan, yaitu dari “dalam diri” kita sendiri. Dan salah satu tempat berlindung yang sejuk dan terang di dalam diri kita sendiri adalah : KEBAIKAN.

DASAR-DASAR SIFAT KEBAIKAN DI DALAM DIRI

Sifat-sifat kebaikan sebenarnya adalah salah satu sifat alamiah kita sendiri, dalam artian sudah ada di dalam diri kita sendiri. Hanya saja, karena faktor ahamkara [ego] dan sad ripu [enam kegelapan bathin] kita sering melupakannya.

Dalam setiap tahap di dalam hidup kita, selalu terdapat energi kebaikan. Di awal hidup kita, kita sudah disalurkan energi kebaikan. Dimulai dari dalam kandungan hingga dilahirkan, tidak henti-hentinya orang tua kita mencurahkan kasih sayang untuk kita. Di awal kehidupan –waktu masih bayi-, kita tidak berdaya dan sepenuhnya bergantung kepada kebaikan orang lain [orang tua kita]. Tanpa kebaikan orang tua kita, kita akan mati. Kelak di akhir kehidupan, lagi-lagi kita harus sepenuhnya bergantung kepada kebaikan orang lain [untuk dibuatkan upakara kremasi / pemakaman]. Dan bila diantara kelahiran dan kematian kita lupa mengisinya dengan kebaikan, itu berarti kita telah gagal membayar hutang karma kebaikan.

Sifat welas asih [Dayadhvam]



DASAR-DASAR SIFAT WELAS ASIH

Ada beberapa aspek dasar yang selayaknya diselami untuk menemukan dan memunculkan kedalaman sifat welas asih [dayadhvam] dalam bathin kita.

1. Sadarilah bahwa perjalanan hidup kita dipenuhi dengan welas asih dan kebaikan orang lain dan mahluk lain.

Dalam setiap tahap di dalam hidup kita, selalu terdapat energi welas asih dan kebaikan. Di awal hidup kita, kita sudah disalurkan energi kebaikan. Dimulai dari dalam kandungan hingga dilahirkan, tidak henti-hentinya orang tua kita mencurahkan kasih sayang untuk kita. Di awal kehidupan –waktu masih bayi-, kita tidak berdaya dan sepenuhnya bergantung kepada kebaikan orang lain [orang tua kita]. Tanpa kebaikan orang tua kita, kita akan mati. Kelak di akhir kehidupan, lagi-lagi kita harus sepenuhnya bergantung kepada kebaikan orang lain [untuk dibuatkan upakara kremasi / pemakaman].

Kita masih bisa hidup sampai saat anda membaca tulisan ini, juga karena kebaikan mahluk lain. Para binatang, mereka rela mengorbankan nyawanya hanya agar kita bisa makan enak [sate kambing, soto ayam, dll]. Para tumbuh-tumbuhan juga serupa, mereka rela menanggung rasa sakit hanya agar kita bisa makan dan bertahan hidup.

Hidup kita, seluruh eksistensi kita sebagai mahluk, dipenuhi oleh welas asih dan kebaikan orang lain dan mahluk lain. Sehingga dalam hidup kita tidak punya pilihan lain, selain hidup penuh welas asih kepada semua mahluk dalam setiap kesempatan yang ada.

Tiga pelindung kehidupan dan kematian.

5.2.1.
trayᾱḥ prᾱjᾱpatyᾱḥ prᾱjapatau pitari brahma-caryam ῡṣuḥ, devᾱ manuṣyᾱ asurᾱḥ, uṣitvᾱ brahmacaryaṁ devᾱ ῡcuh; bravītu no bhavᾱn iti; tebhyo haitad akṣaram uvᾱca; da iti, vyajñᾱsiṣṭᾱ iti; vyajñᾱsiṣma iti hocuḥ, dᾱmyata, iti na ᾱttheti, aum iti hovᾱca, vyajñᾱsiṣṭeti.
Trayᾱḥ prᾱjᾱpatyᾱḥ prᾱjapatau pitari brahma-caryam ῡṣuḥ, devᾱ manuṣyᾱ asurᾱḥ, uṣitvᾱ brahmacaryaṁ devᾱ ῡcuh; bravītu no bhavᾱn iti

5.2.2
atha hainam manuṣyᾱ ῡcuh: bravītu no bhavᾱn iti; tebhyo haitad evᾱkṣaram uvᾱca; da iti; vyajñᾱsiṣṭᾱ iti, vyajñᾱsiṣma iti hocuḥ, datta iti na ᾱttheti; aum iti hovᾱca vyajñᾱsiṣṭeti.

5.2.3
atha hainam asurᾱ ῡcuḥ, bravītu no bhavᾱn iti; tebhyo haitad evᾱkṣaram uvᾱca; da iti, vyajñᾱsiṣṭᾱ iti, vyajñᾱsiṣma iti hocuḥ, dayadhvam iti na ᾱttheti, aum iti hovᾱca vyajñᾱsiṣṭeti. tad etad evaiṣᾱ daivī vᾱg anuvadati stanayitnuḥda-da, da, iti, damyata, datta, dayadhvam iti. tad etat trayaṁ śikṣet, damam, dᾱnam, dayᾱm iti.

[Brhadaranyaka Upanishad 5.2.1 - 5.2.3]



TERJEMAHAN

5.2.1
Tiga kelompok mahluk, dewa-manusia-ashura, datang kepada Prajapati [pelindung kehidupan]. Dalam rangka menuntaskan evolusi bathin mereka, para dewa berkata : "beri kami petunjuk". Prajapati berkata : "DA. Apakah kalian mengerti ?" Para dewa menjawab : "Ya kami mengerti. Anda memberi petunjuk DAMYATA-menjaga jarak dengan seluruh kecenderungan [hawa nafsu dan keinginan] yang muncul dari badan dan pikiran-". Prajapati berkata : "Ya, kalian sudah mengerti".

5.2.2
Lalu para manusia ikut berkata : "beri kami petunjuk". Prajapati mengatakan hal yang sama : "DA. Apakah kalian mengerti ?" Para manusia menjawab : "Ya kami mengerti. Anda memberi petunjuk DATTA-penuh kebaikan-". Prajapati berkata : "Ya, kalian sudah mengerti".

5.2.3
Lalu para ashura juga berkata : "beri kami petunjuk". Prajapati mengatakan hal yang sama : "DA. Apakah kalian mengerti ?" Para ashura menjawab : "Ya kami mengerti. Anda memberi petunjuk DAYADHVAM-penuh welas asih-". Prajapati berkata : "Ya, kalian sudah mengerti". Tiga kata itu diulang-ulang oleh sang sabdha semesta : "Da, Da, Da". Karena untuk bisa terbebaskan, setiap mahluk harus mempraktekkan ketiga hal ini : jaga jarak dengan seluruh kecenderungan [hawa nafsu dan keinginan] yang muncul dari badan dan pikiran, penuh kebaikan dan penuh welas asih.

Rwa Bhinneda : Memeluk seluruh dualitas dalam kehidupan dengan damai

MEMELUK SELURUH DUALITAS DALAM KEHIDUPAN DENGAN DAMAI

Kebanyakan orang gagal memulai evolusi bathinnya di jalan dharma karena dia dalam hidupnya “menendang”. Mengeluh, tidak puas, marah, protes, menentang atau menyalahkan. Kita baru akan bisa memasuki gerbang dharma, kalau dimanapun kita berada, apapun yang terjadi, kita bisa melihat semuanya dengan positif dan penuh rasa syukur.

Umumnya dalam hidup orang mencari kebahagiaan dan menolak kesedihan-kesulitan. Kita mau dan ingin kelebihan tapi kekurangan kita tolak, kita mau bahagia tapi sengsara kita tolak, kesucian kita hormati kegelapan kita benci. Tentu saja ini tidak salah. Sayangnya sifatnya kebahagiaan seperti ini selalu sementara, sebab sudah hukum semesta setelah kebahagiaan datang akan disusul oleh kesedihan, kekecewaan atau kesulitan. Kebahagiaan yang lebih terang, sejuk dan tahan lama adalah, ketika bathin kita berhenti diguncang oleh dualitas kebahagiaan-kesedihan. Pergerakan bathin menuju kebebasan dari dualitas terjadi, ketika kita belajar mendidik diri menerima apapun dan siapapun sebagaimana adanya, tanpa menyalahkan siapa-siapa, termasuk menyalahkan diri kita sendiri. Itulah titik balik menuju "penyembuhan" bathin.

Karena cahaya dalam bathin baru bisa menyala ketika kita bisa menerima secara sama kelebihan dan kekurangan, bahagia dan sengsara, baik dan buruk, salah dan benar, suci dan gelap. Inilah yang dimaksud dalam teks-teks Hindu sebagai Dvandas dan yang dimaksud tetua kita di Bali sebagai Rwa Bhinneda. Dimana ada siang, disana ada malam. Dimana ada orang baik, disana ada orang jahat. Dimana ada sukses, disana ada gagal. Dimana ada kesucian, disana ada kegelapan. Dimana ada laki-laki tampan, disana ada laki-laki jelek. Gunung yg tinggi jurangnya juga dalam, dimana ada kelebihan disana ada kekurangan.



Catur Sadhana : Sesarining Dharma [Intisari Dharma]




Om bhūr bhuvaḥ svaḥ 
tat savitur vareṇyaṃ
bhargo devasya dhīmahi
dhiyo yó naḥ pracodayāt

Sebab kenapa dalam kehidupan ini kita jauh dari kebahagiaan-kedamaian, adalah karena kita SALAH PIKIRAN. Kita mengira harga diri kita yang paling penting, kita mengira melampiaskan marah itu yang paling penting, kita mengira nafsu seks itu yang paling penting, kita mengira banyak uang itu yang paling penting, kita mengira kekuasaan itu yang paling penting, kita mengira memamerkan kesucian dan pengetahuan itu yang paling penting, kita mengira badan kita ini yang paling penting, kita mengira menuruti pikiran dan perasaan negatif kita yang paling penting, dll, banyak sekali. Akhirnya bisa ditebak, hidup kita resah-gelisah, marah dan jauh dari kedamaian.

Banyak sastra dan banyak guru mengajarkan bahwa terlahir sebagai manusia tapi tidak melaksanakan dharma, itu mirip dengan pergi ke pulau harta karun. Karena kelahiran sebagai manusia itu sangat utama. Hanya dengan kelahiran sebagai manusia kita bisa merealisasi jivan-mukti [pembebasan]. Sayangnya banyak yang ketika kembali pulang ke rumah kematian sepasang tangannya kosong tidak membawa apa-apa. Yang paling celaka adalah kalau dalam kelahiran ini kita tidak saja gagal membawa harta karun bathin, tapi melakukan kesalahan-kesalahan berbahaya [membunuh, menyakiti, memeras, korupsi, mencuri, selingkuh, dll] disaat kita mengenakan tubuh manusia. Sehingga setelah kematian kita harus membayarnya dengan terjerumus ke alam bawah [bhur loka] atau mungkin terlahir kembali menjadi binatang.

Tapi sebagaimana contoh terang yang pernah dialami Maharsi Valmiki, semasih kita ada dalam hidup ini belumlah terlambat, bahkan manusia yang sudah melakukan kejahatan paling berbahaya sekalipun masih bisa diselamatkan [note : Maharsi Valmiki adalah perampok dan pembunuh yang bertobat, lalu menjadi salah satu Maharsi tercerahkan yang penting dalam sejarah Hindu]. Syaratnya : cepat-cepat bertobat, lalu masuki jalan dharma dan yang paling penting memurnikan bathin dengan melatih dan membiasakan diri melaksanakan catur sadhana sepanjang perjalanan kehidupan ini.

Moksha [pembebasan sempurna]



PENDAHULUAN

Sering kita mendengar istilah moksha, sebagai puncak dari ajaran Hindu. Tapi mungkin ada sebagian penganut Hindu yang tidak sepenuhnya paham apa itu moksha. Moksha secara literal dalam bahasa sansekerta berarti : pembebasan. Sedangkan moksha dalam ajaran dharma berarti pembebasan dari samsara [roda kelahiran yang berulang-ulang] beserta seluruh kesengsaraan yang diakibatkan oleh avidya [kebodohan, ketidaktahuan] di dalamnya. Realitas sejati kita adalah acintya [tidak terpikirkan], dalam kata-kata biasa bisa kita jelaskan sebagai maha damai, suci dan terang benderang. Tapi karena ke-aku-an dan kegelapan bathin, kita terjebak di dalam badan yang kotor ini.

Moksha sebenarnya adalah istilah bagi mereka yang sudah terbebaskan dan sudah meninggalkan dunia ini. Istilah moksha bagi yang masih hidup adalah Jivan-Mukti. Jiva berarti mahluk hidup, mukti berarti lepas / bebas. Jivan Mukti berarti mahluk hidup yang sudah terbebaskan.

Moksha dan Jivan-Mukti sejatinya tidak bisa dijelaskan, hanya bisa diketahui melalui pengalaman langsung [pratyaksa pramana]. Ketika sudah dialami-pun kita juga tidak bisa menjelaskannya. Itulah sebabnya Brhadaranyaka Upanishad menjelaskannya sebagai neti neti [bukan ini, bukan itu], karena memang tidak bisa dijelaskan. Tapi walaupun begitu, ada penjelasan-penjelasan yang mendekati yang bisa menjelaskan apa itu moksha dan Jivan-Mukti, walaupun tidak sepenuhnya tepat sempurna.

Tri Loka [Tiga kelompok Alam Semesta]

Di Hindu kita mengenal ajaran tentang alam semesta [bhuwana agung] beserta seluruh lapisan-lapisan dimensinya. Ada alam materi [dimana kita sekarang berada] dan ada alam-alam halus. Secara garis besar bisa dikelompokkan menjadi tiga, yang disebut Tri Loka, yaitu Bhur Loka [lapisan-lapisan dimensi alam negatif], Bvah Loka [lapisan-lapisan dimensi siklus samsara, siklus kehidupan-kematian] dan Svah Loka [lapisan-lapisan dimensi alam positif]. Bhur Loka dalam beberapa teks-teks Hindu disebut juga Sapta Petala. Bvah Loka dan Svah Loka dalam beberapa teks-teks Hindu digabung jadi satu dan disebut Sapta Loka.

Lapisan-lapisan dimensi alam ini tidak terletak vertikal [tinggi rendah] satu sama lain, tapi ada sama persis dengan kita sekarang. Hanya saja sebagian besar berada di dimensi [lapisan] yang halus [bukan alam materi]. Halus disini dimaksudkan diluar kemampuan indriya-indriya dan pikiran kita untuk melihatnya, sehingga kita yang masih di alam materi ini tidak bisa melihat, merasakan atau mengetahuinya. Kecuali bagi mereka yang memiliki indriya ekstra dan orang-orang yang sidha. Alam-alam halus ini semakin positif kehalusannya semakin halus, semakin negatif kehalusannya semakin kasar.

Komposisi alam semesta [bhuwana agung] ini sesungguhnya mirip dengan komposisi seluruh lapisan badan kita [bhuwana alit]. Ketika kita mati, kita akan memasuki salah satu dari lapisan-lapisan alam halus ini, sesuai dengan tingkat kemurnian bathin kita sendiri [badan halus]. Kita tidak bisa pergi dan menetap lama-lama di alam-alam yang berbeda dengan tingkat kemurnian bathin kita. Analoginya mungkin bisa dikatakan seperti kalau kita naik pesawat terbang terbuka, kita akan mengalami kesulitan untuk bernafas pada ketinggian dimana oksigen tipis, kita akan megap-megap, tapi bagi orang yang sudah biasa tinggal di pegunungan tinggi hal ini tidak masalah.