Ganesa (Sansekerta गणेश ganeṣa dengarkan) adalah dewa ilmu pengetahuan. Dalam pewayangan disebut Batara Gana, merupakan salah satu putra Batara Guru (Siwa). Gana diwujudkan berkepala gajah dan berbadan manusia. Dalam pewayangan ia tinggal di kahyangan istananya disebut Glugu Tinatar.
Oleh orang-orang bijaksana, Ganesha diberi gelar Dewa pengetahuan, Dewa pelindung, Dewa penolak sesuatu yang buruk, Dewa keselamatan, dan lain sebagainya. Dalam ukiran-ukiran di candi, patung-patung dan lukisan, Beliau sering dilukiskan:
|
|
Ganesa juga dikenal dengan nama Vinayaka, dewa yang paling terkenal secara universal dan dipuja di mana saja di dunia ini, popular sekali di dunia barat, karena merupakan lambang ilmu-pengetahuan duniawi, spiritual dan sains, dan sekaligus menggambarkan manusia dengan segala peri-kemanusiaan, peri-kebinatangan dan peri kedewaannya secara utuh. Lambangnya hadir di agama Budha dalam bentuk Swastika merah, sebagai salib dalam kepercayaan Nasrani, dan dibalik oleh kaum Zionis (menjadi lambang istri Ganeshya yang bersifat iblis). Jangan sekali-sekali memuja lambang swastika berwarna hitam secara terbalik, iblis cepat sekali datang menyesatkan anda.
Tidak ada suatu upacara apapun juga di dalam Hindhu Dharma yang dapat dimulai tanpa memuja Dewa Ganeshya dulu, karena para dewa-dewi pernah melakukan kesalahan dalam menjaga kelestarian jagat-raya ini, maka mandate sepenuhnya dari Yang Maha Esa diwakilkan seluruhnya kepada Ganeshya, termasuk orang-tuanya harus tunduk kepada sabda Tuhan ini. Beliau juga adalah Vigneswara (penetralisir) dan Vighnaraja (pengusir bala atau bencana). Namun bentuknya yang aneh sering mengundang tanda tanya.
Sesungguhnya berbagai mantram-mantram menyiratkan Ganeshya pada awal mulanya telah hadir di Rig-Veda (2.33.1) dan (10.112.9), sebagai konsep paling dini, yang kemudian lambat laun berkembang menjadi Ganeshya masa kini. Ganapati-Brahmanaspati (konsep Rig-Veda) lambat laun mengalami evolusi spiritual dan menjadi Gajavadana-Ganeshya-Vighneswara. Di Rig-Veda beliau juga disebut sebagai Brhaspati dan Vasaspati (wujud cahaya). Beliau sering dilukiskan berwarna merah keemas-emasan dan kampak perang kecil adalah senjatanya yang paling ampuh, tanpa karunia dan persetujuan beliau semua ritus-ritus agama menjadi sia-sia, beliau tidak menerima caru dalam bentuk daging atau makanan berjiwa, namun selalu dalam bentuk manis-manisan saja, seperti buah dan berbagai sesajen buatan tangan sendiri. Beliau selalu didampingi para gana (grup penyanyi dan penari), beliau juga hadir sebagai penuntun para dewa selain manusia, dan senantiasa menuntun kita semua ibarat bundanya Durga dan Parwati ke arah kebajikan. Selain Subramaniyam, kakaknya yang amat terkenal kesaktiannya, beliau juga bersaudarakan para Marut (Marut-gana) yang pada saat ini kurang popular.
Mitologi tentang Dewa Ganesa Kenapa Beliau berkepala gajah
Dalam kitab Siwa Purana dikisahkan, suatu ketika Dewi Parwati (istri Dewa Siwa) ingin mandi. Karena tidak ingin diganggu, ia menciptakan seorang anak laki-laki dan diberi nama Ganesa. Ia berpesan agar anak tersebut tidak mengizinkan siapapun masuk ke rumahnya selagi Dewi Parwati mandi dan hanya boleh melaksanakan perintah Dewi Parwati saja. Perintah itu dilaksanakan Ganesa dengan baik.Alkisah Dewa Siwa hendak masuk ke rumahnya, namun Beliau tidak dapat masuk karena dihadang oleh anak kecil yang menjaga rumahnya. Ganesa melarangnya karena ia melaksanakan perintah Dewi Parwati. Dewa Siwa menjelaskan bahwa ia suami dewi Parwati dan rumah yang dijaga ganesa adalah rumahnya juga. Namun Ganesa tidak mau mendengarkan perintah Dewa Siwa, sesuai dengan perintah ibunya untuk tidak mendengar perintah siapapun.
Akhirnya Dewa Siwa kehabisan kesabarannya dan bertarung dengan Ganesa. Pertarungan amat sengit sampai akhirnya Dewa Siwa menggunakan Trisulanya dan memenggal kepala Ganesa.
Ketika dewi Parwati selesai mandi, ia mendapati putranya sudah tak bernyawa. Ia marah kepada suaminya dan menuntut agar anaknya dihidupkan kembali. Dewa Siwa tersadar akan perbuatannya dan ia menyanggupi permohonan istrinya.
Atas saran Dewa Brahma, Beliau mengutus abdinya, Gana, untuk memenggal kepala makhluk apapun yang dilihatnya pertama kali yang menghadap ke utara. Ketika turun ke dunia, Gana mendapati seekor gajah dengan kepala menghadap utara. Kepala gajah itu pun dipenggal untuk mengganti kepala Ganesa.
Akhirnya Ganesa dihidupkan kembali oleh Dewa Siwa dan sejak itu diberi gelar Dewa keselamatan. Menyelamatkan seseorang sebelum ia memulai pekerjaanya, dengan memuja-muja Beliau
Adabeberapa versi kelahiran dewa Ganeshya ini:
- Suatu saat, para dewa dalam keadaan yang sulit memutuskan bahwasanya mereka membutuhkan seorang pemimpin baru guna mengakhiri berbagai rintangan, kemunduran Dewa Shiwa berinkarnasi melalui Dewi Parwati dan lahir sebagai Ganeshya.
- Suatu waktu secara iseng, karena marah kepada suaminya Dewi Uma membuat sebuah boneka kecil berkepala gajah (ada yang mengisahkan berkepala seorang pemuda tampan, ada beberapa versi dari kisah ini sendiri) dan melemparkannya ke sungai Gangga, dan kemudian lahirlah dewa berkepala gajah yang disebut juga Dvaimatura (yang beribu dua).
- Konon suatu hari, Dewi Parwati membuat sebuah boneka kecil dari selendangnya, dan memberikan nafas kehidupan kepada boneka ini. Setelah menjelma menjadi seorang pemuda kecil yang tampan, putra ini mendapatkan tugas menjaga pintu rumah Parwati dan menghadang siapapun yang masuk, karena beliau ingin menyendiri memuja Yang Maha Kuasa. Konon Dewa Shiwa yang serba tahu kembali ke rumahnya, dan ternyata sang putra tidak mengenalinya karena memang tidak diberi tahu oleh ibunya, maka beliaupun dihadang masuk oleh dewa kecil ini, yang mengaku putra Parwati. Dalam kemarahannya maka Shiwa sebagai Rudra langsung menebas kepala anak ini, dan langsung saja kepala tersebut dimakan habis oleh para gunasnya dewa Shiwa. Dewi Parwati sedih sekali akan perihal ini, dan minta anak tersebut dihidupkan kembali. Shiwa yang menyesal minta maaf kepada putranya dan mencarikan kepala baru yang sesuai dengan kodrat dan misinya berbentuk kepala gajah. Gajah yang sedang mengobrak-abrik sebuah desa ini dipenggal kepalanya untuk diletakkan di atas kepala Ganeshya, yang kemudian mendapatkan sebuatan Ganapati, bentuk Rudra yang keras. Ganeshya sendiri adalah bentuk lembut Sang Parwati.
- Ganeshya lahir dari unsur ether dewa Shiwa, karena teramat tampan, ia kemudian menyebabkan dewi Parwati mengutuknya menjadi buruk rupa.
- Ganeshya adalah Sri Krishna dalam bentuk manusia, sewaktu Sani, seorang dewa planet memandang ke arah Sri Kreshna ini, tiba-tiba kepala Sri Krishna terbang ke Goloka tempat kediaman Sri Krishna (Kreshna), raga tanpa kepala tersebut kemudian diganti dengan kepala gajah.
Adajuga kisah bagaimana ia mengalahkan kakaknya Skanda, dengan mengelilingi kedua orang tuanya, dengan demikian mendapatkan hadiah berupa dua orang putrid Riddi (Ridhi, dharma) dan Siddhi (kesesatan, adharma) sebagai istri-istrinya. Tentu saja kisah ini sarat simbol, karena Skanda Kakak Sri Ganeshya sebenarnya adalah seorang panglima perang, namun sangat emosional dan kurang suka berpikir panjang, sebalinya Ganseha sangat cerdas. Dalam kontes yang dimaksudkan untuk menguji kedua anak-anak mereka Shiva dan Parwati ingin menguji kecerdasan mereka, dalam perlombaan ini barang siapa mampu mengelilingi bumi sebanyak tiga kali lebih cepat dari yang lainnya, maka akan memenangkan perlombaan ini. Sewaktu Skanda terbang melesat memutari bumi, Ganeshya dengan santai saja memutari ayah-ibunya karena teringat sebuah sabda suci di dalam sebuah karya shashsta, bahwa barang siapa memutari ayah-ibunya penuh hormat tiga kali akan berpahala sama dengan memutari bumi sebanyak tiga kali, dengan demikian menanglah Ganeshya dalam perlombaan ini. Ganeshya dengan demikian juga bermakna kecerdasan dan bakti yang penuh dengan kesadaran.
Bentuk Ganeshya yang umum adalah kemerah-merahan, berbadan manusia yang gemuk pendek dengan berkepalakan gajah yang berkuping lebar sekali. Bertangan empat dengan salah satu gadingnya patah, bisa kiri bisa kanan. Keempat tangan masing-masing menggenggam Pasa dan Ankusa (kerang-kerang suci), berperut buncit (simbol kekotoran manusia yang ditampungnya setiap hari), mengenakan ikat pinggang berbentuk ular, juga mengenakan tali suci (yajnopavita). Duduk di atas singgasana emas dalam bentuk Padmasana, kadang-kadang duduk di atas bunga Padma. Kadangkala salah satu kakinya menjulur ke bawah, busananya senantiasa anggun walaupun bagian atas tidak mengenakan jubah seperti lazimnya dewa-dewa pria lainnya dan bermahkota gemerlapan. Beliau duduk dengan memadang ke satu arah, dapat ke kanan maupun ke kiri dan gemar menyantap berbagai manisan dan buah-buahan, beliau adalah simbol vegetarian sejati. Sesajen favorit beliau diIndiaadalah semacam onde-onde yang disebut Modaka. Seekor tikus kecil (lambang pencuri) senantiasa menjadi tunggangannya. Kalau anda ingin berhenti merokok, berjudi, bertajen, ingin menjadi vegetarian atau ingin melepaskan diri dari suatu dosa tertentu, maka duduklah dengan tulus di depan sebuah arca Ganeshya, dapat dilakukan dirumah, dengan meletakkan sesajen buah atau manisan sedikit secara sederhana, disertai dupa dan bunga sedikit, lalu diletakkan di atas rokok sisa terakhir, atau uang judi atau secara simbolis kebiasaan buruk anda, dan mohon kepada beliau agar semua yang berasal dariNya dikembalikan kepadaNya sesuai dengan kehendakNya. Bacalah mantra “OM NAMO GANESHYA NAMAH HA”, tiga kali, minumlah tirta suci yang telah anda siapkan sebelumnya, makanlah sesajen yang telah anda persiapkan sedikit, kemudian bagikan sisanya kepada yang lain-lainnya. Berpuasalah hari itu, atau pada hari-hari selanjutnya seperti Purnama dan Tilem, maka seandainya anda tulus, permintaan akan langsung terpenuhi saat itu juga. Bagi yang ragu-ragu dan ingin mencoba-coba sebaiknya tidak melakukan sembahyang ini, khusus untuk yang ingin berobat saja. Selanjutnya kalau terpenuhi dan terhapus kebiasaan buruknya, teruskan dengan yoga meditasi seperti yang tertera di Bab VI, Bhagawat-Gita. Silahkan mencoba, semoga sukses.
Kembali ke Gansehya yang bermata sipit (lambang meditasi yang berkesinambungan), dengan mata ketiga terposisi di tengah-tengah kedua matanya dalam bentuk horizontal. Kepalanya bisa bertembah sampai menjadi lima pada waktu-waktu tertentu, sebuah bentuk Rudra yang menyeramkan karena berkalungkan tngkorak-tengkorak, simbol kematian adharma, pada saat tersebut dengan sepuluh tangnnya mak ajumlah senjatanya bisa menjadi total sepuluh buah atau lebih.Paraistri sering dilukiskan duduk dipangkuannya di kiri dan sebelah kanan. Sedikit penjelasan tambahan untuk simbol-simbol ini: Kata Gana berarti kategori, sebuah wujud kategori yang maha utama dan tinggi, yang dikhususkan untuk Hyang Maha Esa itu sendiri. Gaja berarti gajah, gajanana atau Gajamukha berarti wajah gajah, adalah sebuatn-sebutan lain beliau. Gaja juga mengandung arti khusus sekali, yaitu tujuan akhir kehidupan alam-semesta, baik anda sadari ataupun tidak. Jadi arti lain dari gaja adalah: “DARI DIA ! UNTUK DIA! DAN KEMBALI KE DIA!”.
Beliau adalah tuntunan kita ke Kesadaran yang Tertinggi, dan berupa simbol dari buana alit dan buana agung (Suksmanda dan Brahmananda), dua dalam satu, atau satu adalah kedua-duanya. Kepala beliau melambangkan makro-kosmos dengan kata lain dari makro kosmos ke mikro kosmos dan sebaliknya adalah siklus kehidupan ini. Raga beliau adalah simbol dunia, mikro kosmis ini yang serba gemerlapan ditandai demi pemuasan berbagai nafsu. Kedua unsur tersebut adalah lambang duniawi dan spiritual, satu dalam dua dan sebaliknya. Ganeshya dengan ini menyiratkan dengan pasti inti sari Tat-Twam Asi, kata para Resi Upanishad!.
Beliau juga disebut sebagai Vighneswara, Vighnaraja (dewa penghalau berbagai rintangan), namun beliau juga dapat merintangi jalan spiritual kita dengan mengirimkan istrinya adharma untuk menjegal berbagai yagna dan upaya yang kurang tulus dan penuh pamrih duniawi dan materi, jadi berhati-hatilah dalam memujanya, jangan sampai salah. Di Indonesia kini, mulai lagi pemujaan kepada beliau ini, berbagai pura di Jawa-Bali mulai mengembalikan arca beliau ke Padmasari dan berbagai pura sakral. Syukurlah kalau eling begitu.
Beliau adalah juga simbol Vidya dan avidya (gading sempurna dan gading patah), sekali lagi istri-sitrinya adalah simbol dharma dan adharma, jadi beliau juga memiliki ilmu hitam dan putih. Unsur hitamnya di kenal dengan nama Saktiganapati atau Ucchistaganapati, namun yang lebih dikenal di India adalah unsur putihnya yang disebut Nrttaganapati, di unsur ini beliau disimbolkan sedang menari-nari, yang menyiratkan juga bahwa beliau adalah penguasa musik dan seni tari, berkat karunia dewa Brahma yang senang kepadanya.
Adabentuknya yang bersifat brahmacari dan di sebut Varasiddhi Vinayaka. Bentuknya yang feminin disebut Ganesani, Vinayaki, Sarpakarni, Lambhamekhala, dan berbagai sebutan lainnya. Ingat, semua dewa (unsur cahaya) berasaskan unsur Lingga-yoni, setengah pria dan setengah wanita, setengah keras dan setengah wanita.
Ganeshya dipuja dalam berbagai wujud seperti lukisan, linggas, salagramas, yantras dan Kalasas (guci-guci air suci). Salagram adalah benda yang teramat langka. Swastika adalah simbol beliau, swastika yang lengkap dan ampuh adalah yang bertitik empat ditengah-tengah setiap lekukan, ditambah dua garis masing-masing di kiri-kanan swastika yang melambangkan dharma dan adharma secara seimbang. Di Bali dilambangkan dengan kotak-kotak hitam-putih. Banyak pemeluk Hindhu di Bali dan Jawa, juga saudara-saudara umat lainnya yang tidak sadar bahwasanya penjor adalah simbol lambang belalai gajah, diBalimalahan maknanya sudah lain sekali. Belalai Ganeshya menandakan bahwa di lokasi tersebut ada upacara. Di India, masih berlaku di beberapa tempat dan upacara penjor-penjor yang terbuat dari kain warna-warni ataupun hiasan janur beserta kelapa bermakna seperti ini. Penjor merah berarti ada upacara pernikahan atau yang berhubungan dengan kejayaan dan ekonomi-sosial. Penjor putih melambangkan duka-cita kematian, penjor kuning melambangkan simbol upacara sakral, demikian juga dengan makna payung. Di Indonesia tradisi ini masih hidup, namun penjor untuk duka cita telah menjadi bendera serta berwarna kuning bagi yang non-Hindhu, makna kuning saat ini kurang jelas, mungkin hanya mengikuti adat yang sudah ada semenjak dulu saja, namun kurang menguasai makna sesungguhnya.
Kuil bagi Ganeshya bertebaran di seluruhIndonesiadanIndiapada zaman dahulu bersatu dengan pemujaan Shakti Durga dan Shiwa. Demikianlah sejarah dan peninggalan candi-candi di Indonesia danIndiamembuktikannya. Melihat bentuknya yang setengah manusia, setengah hewan namun adalah dewa yang tertinggi, maka beliau adalah simbol dari tiga unsur tersebut (vidya-avidya-kesadaran akan Yang Maha Esa), suatu bentuk yang amat bermakna. Dari hewan ke manusia baru ke tahap dewa, sebuah bentuk evolusi yang sempurna. Beliau juga sering digambarkan menggenggam daun-daun ranting tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat pengobatan. Inilah faktor yang menyebabkan seluruh jajaran dewa-dewi termasuk orang-tuanya menghornmati dewa atau unsur ilmu-pengetahuan tertinggi ini, karena dizaman Kali ini yang dibutuhkan adalah kesadaran total akan hakikat kehidupan ini, dan kemana kita akan berevolusi sesudah ini, seluruh alam semesta menanti eksplorasi manusia, para dewa akan menuntun, karena sudah menjadi tugas mereka. Namun di Bali, insanBalihanya sibuk saling berperang dengan sesama saudara, dan banyak perihan nonsense menjadi ajang pertarungannya di samping avidya seperti judi, mecaru, melupakan puasa dan tapa-brata. Kalau Ganeshya tidak dikembalikan dengan segera, mungkin saja pulau dewata akan berupa menjadi pulau asura, tanda-tanda sudah jelas ke arahsana. Pariwisata harus dikembalikan lagi, namun pariwisata spiritual yang merakyat dan bukan dengan menjual asset-aset religius kita kepada turis dengan mengorbankan adat-budaya dan kesakralan pemujaan kita. Terkutuklah manusia Bali, kalau para dewata marah, dan anak-anak kita berpaling ke agama lain yang lebih praktis sepintas lalu. Penuh dengan karunia Bali dan Jawa ini seandainya pemujaan ke Hyang Maha Esa, Hyang Widhi Wasa diarahkan secara tepat sesuai dengan kaidah Veda, Bhagavat Gita dan Upanishad yang semuanya adalah Ganeshya itu sendiri.
Kalau Ganeshya-Ganapati terkenal secara universal, bahkan terpuja dan dipuja oleh Kaum Hindhu, Buddhis dan Jains, dan sekarang oleh manusia Barat, maka kakak beliau terkenal di India Selatan, Malaysia, Singapura, Sumatera Utara dan Jakarta. Beliau yang bernama Subramaniyam atau Skanda ini adalah salah satu dewa tertuam dan sudah dipuja jauh sebelum ada faham akan Ganeshya. Beliau bahkan sudah dilukiskan di uang-uang logam kira-kira abad 1 s/d abad 5 A.D., di India Utara, basis permulaan wangsa Dravidian yang berkulit hitam sebelum mereka hijrah ke India Selatan. Tanggal enam setiap bulan kalender Syaka India, adalah hari pemujaan kepada dewa ini sampai sekarang. Shaktinya disebut Valliama. Burung merak adalah tunggangannya, kuil-kuil baginya dibangun di atas bukit termasuk di Malaysia. Beliau juga disebut dewa ular dan pepohonan (tumbuh-tumbuhan). Upacara beliau yang paling shakti adalah upacara Thaipussam yang terkenal dan menjadi ajang promosi pariwisata di Malaysia dan Singapura. Di zaman orde baru upacara ini dilarang diselenggarakan oleh pemerintahan Soeharto, sekarang telah semarak kembali di Jakarta, Tanggerang dan Sumatera Utara, khususnya di Meda, Binjai dan Pematang Siantar dimana banyak berdomisili kaum Hindhu turunan Tamil. Upacara ini unik karena mereka-mereka yang merasa hidup dan kaulnya berhasil, mengorbankan diri mereka denganmenghujamkan jarum-jarum panjang keseluruh tubuh mereka dalam keadaan kesurupan. Guru penulis telah melakukan upacara ini secara kecil pada tahun 1988 kepada penulis, namun karena mantram yang diberikan sangat ampuh maka kami tidak kesurupan, namun jug atidak merasakan sakit sewaktu lidah kami ditusuk dengan tombak kecil dewa ini. Setelah dicabut, tidak setetes darahpun yang mengalir keluar, seandainya ada darah maka upacara ini dianggap tidak berhasil. Umumnya seberat apapun, tidak pernah ada setetes darahpun yang mengalir keluar. Inilah kehebatan dan kesakralan dharma yang tidak dimiliki oleh aliran-aliran lainnya, mereka lebih sibuk berblack magic dari pada berdharma. Ternyata upacara ini diikuti oleh kaum Katholik di Eropah dan Filipina dalam bentuk memanggul salib dan di paku di salib tersebut sebagai peleburan dosa. Namun masih ada tanda paku di tangan dan kaki, pada upacara Tahipussam ini, tidak terlihat tanda-tanda bekas dihujam jarum-jarum panjang ini, ataupun bekas terpotong golok tajam yang sengaja dinaiki sewaktu trans.
Wujud lain beliau adalah sebagai Skanda yang terkenal, lalu Sanmatura (beribu enam orang), ada kisahnya yang tersendiri, kemudian beliau juga dikenal dengan sebutan sakral seperti Kartikeya, Brahma-sasta, Gangeya (putra Gangga) dan Swaminatha (pewaris ayahnya). Beliau selalu dilukiskan sebagai bocah cilik mirip rishna di masa anak-anaknya, dan teramat piawai dalam menumpas para asuras. Sering juga dilukiskan berkepala enam, simbol indriyas yang seandainya mampu dikendalikan oleh otak yang sadar akan membentuk seseorang menjadi superman, sama seperti seluruh indriyas masuk ke dalam trans total dan hanya sang jiwa yang berperan di bawah bimbingan Sang Atman, inilah maksud pembersihan upacara Thaipussam ini. Biasanya para bhakta yang telah menjalani upacara sakral ini akan berubah total cara hidupnya.
Sesuai dengan ajaran Yoga meditasi yang sakral, maka terdapat enam titik pusat energi di dalam raga yang disebut juga energikesadaran, energi listrik atau motor, yang dikenal dengan nama cakras. Dimulai oleh cakra Muladhara, yang terletak di antara anus dan kemaluan laki-laki, kemudian Svadhistana (dibawah organ seks), Manipura (pusar), Anahata (jantung), Visuddaha (tenggorokan), Ajna (diantara kedua alis mata) dan Sahasrara (di atas kepala). Sewaktu seseorang berhasil menaikkan energi raganya dari cakra yang paling bawah sampai ke yang paling atas maka ia akan berhasil mendapatkan Shiwa-shakti.
Untuk manusia awam yang sehari-harinya tidak melakukan kegiatan yoga plus meditasi, maka kekuatan raganya hanya terpusat pada tiga cakra yang berada di posisi terbawah sesuai dengan aktifitasnya sehari-hari. Bagi seorang yogi, maka seluruh sistim cakra-cakranya akan berfungsi secara sempurna, Dewa Subramaniyam adalah pengejawantahan dar tahap kesadaran spiritual ini. Mantram shakti beliau tertulis di setiap lukisan beliau, dan harus diturunkan oleh seorang guru suci yang handal demi bangkitnya Kundalini, bukan seperti yang dijual dalam seminar yoga yang komersil. Banyak guru yoga di Bali dan di Jakarta, kami perhatikan sakit berat dan gemuk-gemuk karena yoga meditasinya salah kaprah padahal promosi mereka termasuk kegiatan mengajar mereka tinggi sekali. Bagaimana mungkin nama-nama beken ini yang sering muncul di TV bisa menuntun umat ke meditasi, kalau mereka sendiri sakit berat dan tidak memiliki mantram dewa Subhramaniyam yang satu-satunya telah ditunjuk jadi gurunya Raja Yoga? (Ada yang teramat unik antara kisah dan simbol dewa yang satu ini dengan legenda Nabi Daud dan Goliath (David and the Goliath) yang ada di dalam agama dan kepercayaannya wangsa Yahudi, yaitu baik Dewa Subramaniyam maupun Daud berperawakan kecil namun mampu mengalahkan asura atau iblis yang berbadan raksasa dengan ketapel mereka. Kedua-duanya memiliki Yantra atau simbol bintang dengan enam sudut berbentuk piramid yang dijadikan lambang bintang David di Israel, dan lambing Dewa Skanda (Dewa Peperangan) di India. Bedanya di Israel, bagian kosong di dalam bintang Daud ini dibiarkankosong, namun di India, sampai kini berisikan enam huruf mantram Skanda atau Subhramaniyam yang sakti sekali, yang harus diturunkan oleh seorang guru suci kepada muridnya untuk membangkitkan Kundalini dan perang melawan dharma. Karena wangsa Israel telah menghapus mantramnya, maka mereka akan berperang terus sesama wangsa dan saudara-saudara mereka di Timur-Tengah ataupun di mana saja, akibat penghapusan mantram tersebut. Pemuda-pemudi Israel sekarang banyak yang kembali ke India untuk mempelajari fenomena ini, namun Yesus Kristus yang sadar akan hal tersebut kembali mempelajari Dharma di India selama belasan tahun dan kembali untuk menyadarkan wangsanya malahan disalib, karena dianggap ingin menyesatkan wangsa ini. Sebenarnya menurut para resi-resi suci kita, maka Tuhannya wangsa Israel yang mreka sebuat Jehovah adalah personifikasi dewa Brahma yang gemar marah-marah dan mengutuk kian kemari dengan berbagai bencana-bencana yang diturunkannya. Seluruh kitab perjanjian lamanya wangsa Israel adalah replika dari Vedanta dan puranas nenek moyang kita. Kata Sabda (Omkara) menjadi Sabbath bagi mereka, hari jumaat (Jumah) nya orang Hindhu yang merupakanhari Sang Narayana tidur beristirahat setelah mengayomi alam raya menjadi hari suci mereka. Dahulunya hari Jumaat ini adalah hari libur resmi kaum Hindu, pada hari tersebut, semua orang mati-geni dan tidak keluar rumah seharian, memakan makanan dingin yang telah dibuat sehari sebelumnya, dan boleh memakan hasil laut namun tidak daging lainnya. Hari Minggu tidak dikenal sebelum dipopulerkan oleh umat Nasrani dari Eropah. Ternyata anda mungkin merasa heran pada saat ini, apakah benar sejarah dan fakta ini, Menurut hikayat-hikayat di dalam Smritis (legenda kuno) seperti Mahabrata dan sebelumnya Ramayana, maka pengaruh raja-raja di zaman-zaman tersebut telah sampai ke Timur-Tengah melalui dua jalur. Jalur pertama capat lebih efisien yaitu melalui sungai Saraswati yang dilalui oleh kapal-kapal besar dan jalur lambat yang memakan ratusan atau seribu tahun lebih yaitu jalan darat dari India ke Timur-Tengah melalui perkembangan wangsa-wangsa seperti Afganistan, Turkesnistan, dan sebagainya yang dahulunya adalah kelanjutan dari negara Bharata itu sendiri. Peninggalan Hindu bahkan masih bisa ditemui dinegara-negara Eropah Timur, Mesir dan sebagainya. Raja-raja Mesir adalah anak cucu Rama, oleh karena itu disebut Ramses, sampai di Thailand di sebut Raja Rama sampai sekarang ini, sedemikian luasnya pengaruh dan penyebaran wangsa Bharata ini sehingga mendirikan India baru di Indonesia, bukan sebagai jajahan tetapi sebagai sister-country. Dalam perjalanan ke Indonesia (disebut Jambu atau Jawa Dwipa) melalui sungai Sawaswati ini, maka kapal-kapal besar ini menurunkan orang-orang Candala (kafir, terkutuk, buangan, pemakan anjing, yang tidak disentuh) dengan keluarga mereka di teluk Arab ini. Orang-orang buangan ini kemudian dibekali dengan buku-buku suci, onta berpunuk satu, keledai, anjing, itik, ayam, benih-benih gandung dan benih-benih lainnya , juga dibekali buku-buku suci dan alat-alat upacara agar merubah diri mereka. Sebagian dari mereka menjadi nenek moyang wangsa Arab yang di zaman itu dikenal kurang beradab (Zahiliyah)m sebagian berbaur dengan wangsa gunung-gunung di Israel. Yesus Kritus adalah sepertiga turunan campuran ini, karena bundanya Maria adalah setengah penduduk lokal dan setengah orang buangan ini, ayah Yesus adalah wangsa Israel, demikian yang kami dapati dalam pustaka-pustaka yang kami pelajari. Tiga orang Majus yang menanti kelahiran Yesus Kristus adalah sebagai kecil dari resi yang berhasil mencapai Jazirah Timur-Tengah setelah menjalani dan mengikuti bintang Andromeda yang menandakan sang Avatara akan turun jauh dari India, jadi segala persiapan spiritual telah dipersiapkan. Hebatnya lagi, bukan saja seluruh kisah kelahiran Yesus mirip dengan kelahiran Krishna, namun jumlah jajaran nabi-nabinya Israel dan Arab (kecuali Nabi Muhammad S.a.w.) dari Manu sampai ke Abraham ada dan hadir dengan nama-nama lain di dalam legenda-legenda kuno kami, jauh sebelum bangsa-bangsa India demikian juga, adat-budaya, budaya dan makanan beserta gen mereka. Yang membedakan mereka adalah mereka gemar berprang kemungkinan karena topografi yang ganas dan juga mereka adalah pemakan daging, sedangkan wangsa India adalah penganut ahimsa).
Manusia hanya berlengan-tangan dua, namun kemampuan intelektual dan intelegensia dan otak manusia mampu menemukan berbagai ilmu dan alat-alat canggih yang sekilas nampaknya mempermudah pekerjaan kita, di samping juga menjauhkan diri dari kehidupan alami dan menimbulkan dampak stress yang lebih berat. Dewa Subhramaniyam dengan kedua belas tangannya secara simbolis mewakili kekuatan dan kapasitas manusia ini. Gabungan antara enam kepala (cakras) dan dua belas tangan (kekuatan intelegensia) melambangkan manusia sempurna secara lahir dan batin (spiritual), yang bukan saja hadir sebagai seorang super-yogi namun sebagai seorang pekerja atau pemikir dan penemu ulung.
Dewa ini beristri dua, yakni Valli dan Devasena. Istri yang pertama adalah putri seorang kepala suku sederhana yang berlatar belakang kehidupan agrikultur dan seni pahat kayu. Istri kedua adalah putri Dewa Indra, rajanya para dewa, keduanya menyimbolkan persamaan derajat, dan sang dewa mencintai kedua-duanya secara sama rata. Maksud sebenarnya adalah sebuah hasil pemikiran yang menakjubkan yang sudah ada semenjak zaman dahulu yaitu, seandainya agrikultur dan industri digabung dengan kehidupan indra (sepiritual ke Yang Maha Kuasa), digabung dengan pertahanan negara, maka akan dihasilkan suatu masyarakat yang beradab dan sejahtera secara lahir dan batin, secara ekonomi, sosial dan tata negara, gemah ripah lohjinawi. Prinsip ini ternyata sudah sangat dihayati oleh nenek-moyang kita di Nusantara ini.
Sang dewa memiliki senjata berbentuk tombak yang ujungnya mirip mata pena, merupakan penghancur berbagai musuh-musuhnya. Senjata ini menyiratkan ilmu-pengetahuan dan kedigjayaan dalam menumpas unsur-unsur adharma, dalam diri kita sendiri. Burung merak adalah wahananya, dengan seekor ular yang selalu hadir diantara kedua kaki sang merak yang telah mengalahkan di ular (simbol dari sang waktu). Dengan mengendarai merak ini, sang dewa ingin menyiratkan bahwasanya ia berada di luar jangkauan sang waktu, beliau berada jauh dari dua fenomena alam yang saling beroposisi (dwandas), yaitu: dingin-panas, kaya-miskin, besar-kecil dan sebagainya.
Seandainya ular menyiratkan nafsu, mak amerak menyiratkan kehidupan selibat (brahmacari). Demikianlah dewa yang disebut juga Skanda ini menyiratkan dua faktor tersebut. Merak juga melambngkan penciptaan, dan bulunya menjadi penghias mahkota Sri Maha Vishnu, Narayana dan Krisna, karena dianggap sangat sakral dan simbolis mewakili unsur cahaya yang dilapisi warna-warni lainnya, jadi bukanlah seperti Ganeshya, maka Skanda adalah wakil langsung Sang Pencipta (Shiwa) itu sendiri. Inilah versi Shiwaistis yang diterima oleh pengikut Vaisvanawas dan lainnya di India secara lapang dada.
Ganesa merupakan putra Siwa dengan Dewi Uma, dimana di India dalam suatu upacara tampa diawali dengan pemujaan Ganesa, upacara tersebut dianggap tidak sah. Di Indonesia Ganesa menempati tempat-tempat yang angker seperti pertemuan dua buah sungai, perempatan jalan, tebing-tebing yang curam, goa-goa dan di tempat angker lainnya. Di samping itu Ganesa juga ada pada candi-candi yang menempati ruang belakang seperti yang terdapat pada candi Prambanan, candi Gebang, Candi Sambisari, candi Singosari, candi Jawi dan lainnya.
Dalam mitos kitab Korawasrama Ganesa sebagai pelebur dosa (peruwat) yang memiliki dua lontar Linggaptanala, sedangkanpada dalam Gana Stava Ganesa ditampilkan sebagai pengusir bala (rintangan) dengan ciri bermuka gajah, badan gemuk/cebol, memakai jatamakuta, nagovapita, memegang danta, pasa dan angkuda dengan perut besar, jumlah tangan empat membawa danta, aksamala, parasu, mangkok yang berisi air (ganesa India), Indonesia kosong (tanpa air).
Pada Bali modern bentuk Ganesa banyak variasinya, ada yang duduk, berdiri, tangan dua / empat, dengan atribut dana, parasu, cepupu, cemara, pustaka, dan aksamala. Dalam mitos lain, ada Ganesa menginjak tunas kelapa, dan ada pula Ganesa didampingi seorang bocah
sumber ::: http://puramedangkamulan.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar